Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kisah Galangan Kapal Jiangnan (Chiangnan) Go Internasional

13 September 2024   14:49 Diperbarui: 13 September 2024   14:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu, negara dengan industri pembuatan kapal paling maju di dunia adalah Jepang. Setelah berkoordinasi dengan banyak pihak, banyak galangan kapal Tiongkok yang menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama dengan galangan kapal Jepang. Diantaranya, mitra Galangan Kapal Jiangnan adalah Mitsubishi Heavy Industries Jepang.

Mitsubishi Heavy Industries Jepang didirikan pada tahun 1970 dan merupakan perusahaan pembuatan kapal terbesar di Jepang. Sejak tahun 1940-an, Mitsubishi Heavy Industries telah mencapai perkembangan pesat dengan dukungan kuat dari pemerintah Jepang. Pada tahun 1975, produksi pembuatan kapal tahunan Mitsubishi Heavy Industries mencapai 3,1 juta ton .

Pada bulan Mei 1978, Mitsubishi Heavy Industries mengirimkan delegasi ahli dari Jepang yang dipimpin oleh Shigenichi Koga ke Tiongkok untuk melakukan inspeksi di lokasi Galangan Kapal Jiangnan.

Koga Shigenichi, seorang lelaki tua yang antusias dan hangat yang secara aktif mempromosikan kerja sama antara kedua belah pihak, mengatakan kepada Chai Shufan, Menteri Departemen Permesinan Keenam Tiongkok, dengan terus terang setelah mengamati Galangan Kapal Jiangnan dari jarak dekat. Dia mengatakan bahwa tingkat pembuatan kapal Tiongkok telah tertinggal 25 tahun.

Untuk mempersempit kesenjangan dengan tingkat keamjuan dunia sesegera mungkin, Tiongkok mengorganisir tim inspeksi beranggotakan 15 orang ke Jepang pada akhir Juni 1978. Selama perjalanan 15 hari, mereka melakukan kunjungan inspeksi ke 23 perusahaan di bawah naungan Mitsubishi, tim inspeksi Tiongkok mendengarkan saran Jepang tentang transformasi.

Pada 1 Agustus 1978, Mitsubishi secara resmi mengusulkan rencana untuk peningkatan Galangan Kapal Jiangnan. Rencana ini pada dasarnya mewakili tingkat kemajuan pembuatan kapal dunia pada saat itu, namun karena tingginya biaya transformasi, kerja sama antara kedua pihak tetap berada pada tahap yang paling mendesak perlu mengisi kesenjangan tersebut.

Meskipun Pabrik Jiangnan dan Mitsubishi Heavy Industries tidak tercapai kesepakatan kerja sama yang mendalam pada saat itu, namun masyarakat Jiangnan tidak berhenti  untuk  terus belajar untuk mengejar kemajuan dunia dalam bidang pembuatan perkapalan, melalui kontak dengan Mitsubishi ini mereka juga telah menyerap konsep manajemen dan pembuatan kapal canggih.

Editorial "People's Daily" menyebutnya sebagai "pengenalan lembut". Kemudian Pabrik Jiangnan terus belajar dan mengeksplorasi sendiri, membuat kemajuan pesat baik dalam teknologi maupun manajemen, karena mereka memiliki impian di dalam hati untuk memasuki pasar internasional secepat mungkin.

Namun, ketika Tiongkok telah membuka pintunya bagi dunia dan masyarakat Jiangnan akan bergabung dengan pasar internasional, industri pembuatan kapal dunia berada dalam keadaan terpuruk.

Saat itu publikasi Jepang "Shipbuilding World" pernah menggambarkan industri pembuatan kapal dunia pada saat itu sedang tertutup awan dan sedang suram, seluruh tempat peluncuran kapal di dunia diselimuti oleh bayang-bayang gelap.

Dalam keadaan seperti itu, semakin sulit bagi industri pembuatan kapal Tiongkok untuk memasuki pasar internasional. Bagaimana managenent Jiangnan dapat memperoleh momentum dalam menghadapi kesulitan dan memenangkan era kapal-kapal besar Tiongkok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun