Pada tahun 1976, Radio Corporation of America menemukan baterai film tipis silikon amorf pertama di dunia, dan meningkatkan tingkat konversi fotolistriknya menjadi 5,5% pada tahun berikutnya.
Fitur terbesar dari baterai film tipis silikon amorf adalah baterai tersebut hanya membutuhkan lapisan yang sangat tipis untuk menghasilkan listrik.
Dengan cara ini, baterai dapat dibuat sangat tipis dan lembut, serta dapat diaplikasikan pada permukaan berbagai peralatan dan bangunan.
Justru karena karakteristik inilah meskipun baterai silikon amorf lahir di AS, tapi negara yang paling banyak berinvestasi dalam teknologi baterai silikon amorf adalah Jepang, yang tidak memiliki batu bara, minyak, tanah/lahan yang luas, dan jumlah penduduk yang besar, mereka sangat tertarik pada baterai silikon amorf yang hanya perlu menempati lahan yang sangat sedikit.
Jepang menginvestasikan banyak sumber daya di bidang sel silikon amorf, dan segera melampaui AS dan mulai memimpin pengembangan sel silikon amorf. Pada tahun 1978, Jepang memproduksi sel surya silikon amorf terintegrasi pertama, memulai proses aplikasi komersial sel silikon amorf.
Pada tahun 1980, Perusahaan Sanyo Jepang meluncurkan kalkulator saku pertama yang dilengkapi sel surya silikon amorf ke pasar.
Pada tahun 1993, Institut Penelitian Teknologi Industri Jepang menggabungkan berbagai rencana subsidi fotovoltaik asli ke dalam Rencana Sinar Matahari Baru (New Sunshine Plan) yang besar, mencantumkan teknologi sel fotovoltaik silikon amorf sebagai proyek pengembangan besar dan berencana untuk menginvestasikan sekitar 500 miliar yen subsidi untuk mendukungnya.
Sejak tahun 1996, kapasitas terpasang fotovoltaik Jepang tetap menjadi yang pertama di dunia, tapi hingga tahun 2004 dilampaui oleh Jerman.
Sejumlah perusahaan raksasa fotovoltaik juga bermunculan di Jepang. Pada tahun 2003, Sharp, Kyocera, Sanyo, dan Mitsubishi Jepang menyumbang 46,4% dari produksi sel fotovoltaik global. Namun, industri fotovoltaik Jepang segera jatuh ke dalam kebiasaan lama perusahaan Jepang yang selalu ingin memakan sendiri keseluruhannya.
Perusahaan fotovoltaik Jepang bersikeras untuk memproduksi sendiri segala sesuatu mulai dari bahan silikon hulu hingga komponen hilir. Mereka juga menghargai tingi beberapa teknologi yang dipatenkan dan memonopoli paten untuk membatasi pengembangan.
Pada awal tahun 1990, Sanyo mengembangkan sel HJT. Baterai ini mirip dengan kombinasi film tipis silikon amorf dan sel silikon kristal. Efisiensi konversi fotolistrik dapat dengan mudah mencapai lebih dari 25%, jauh melebihi sel silikon kristal.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya