Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dunia Sedang Berlomba Menguasai Teknologi Tenaga Surya Terefisien

17 Januari 2024   15:26 Diperbarui: 17 Januari 2024   16:50 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita tahu bahwa di masa lalu (dalam G7), pernyataan seperti itu terutama terfokus pada arah umum. Misalnya, arah apa yang harus diambil oleh Kelompok Tujuh (G7)? Selama semua pihak mencapai konsensus sudah akan OK,OK saja, akan tidak membuang banyak waktu untuk teknologi tertentu.

Namun kali ini, secara aktif menenkankan tentang baterai voltaik perovskit, ini berarti bahwa baterai tersebut telah diangkat ke tingkat yang strategis. Faktanya, bukan hanya pertemuan ini saja. Pada awal tahun 2020, AS dan Jepang telah bertaruh besar pada baterai voltaik perovskit.

Dengan AS sebagai negara terdepan, atas nama pemerintah, mereka akan berinvestasi dua kali dalam penelitian dan pengembangan sel volta perovskit, sebesar US$ 76 juta, dan mereka juga menekankan bahwa AS harus menggunakan sel fotovoltaik (PV) generasi baru untuk meningkatkan daya saingnya.

Tak perlu diragukan lagi, daya saing ini ditujukan untuk perusahaan fotovoltaik Tiongkok. Di bawah bimbingan pemerintah AS, perusahaan fotovoltaik Amerika juga mulai mengerahkan upaya mereka. Raksasa fotovoltaik mereka First Solar mengakuisisi Evolar AB--pemimpin teknologi perovskit Eropa, seharga US$80 juta.

Sebenarnya, tidak hanya AS, Jepang, Jerman, Inggris, Finlandia dan negara-negara maju lainnya juga menerapkan teknologi ini, di antaranya media Jepang langsung menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa mereka perlu menggunakan sel voltaik perovskit untuk bangkit  kembali, tidak ada keraguan bahwa "Perang teknologi fotovoltaik" telah dimulai lagi.

Perusahaan-perusahaan seperti AS, Jepang, dan Eropa bertaruh pada perovskit untuk mengepung dan menekan Tiongkok, mencoba menyalip Tiongkok, berniat mematahkan keunggulan Tiongkok dalam seluruh rantai industri di industri fotovoltaik.

Dalam tulisan ini kita coba membahas tentang apa itu sel fotovoltaik perovskit? Dapatkah perusahaan AS, Jepang dan Eropa benar-benar memanfaatkannya untuk menyalip perusahaan Tiongkok?

Perovskite sebenarnya adalah istilah umum untuk suatu jenis mineral seperti yang telah disebutkan di atas. Pada tahun 2009, dua ilmuwan Jepang secara tidak sengaja menemukan bahwa perovskit sangat fotoreaktif dan dapat digunakan sebagai bahan pembangkit listrik fotovoltaik saat meneliti bahan baru untuk sel surya.

Kiranya seberapa bagusnya?

Menurut perhitungan para ilmuwan, efisiensi konversi fotolistrik teoretis dari sel voltaik perovskit satu lapis dapat mencapai 33%. Jika dalam keadaan bertumpuk, nilai batasnya bisa mencapai 45%.

Perlu diketahui bahwa efisiensi konversi batas teoritis sel fotovoltaik silikon kristalin mainstream saat ini adalah 29,43%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun