Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Memahami Peluang dan Tantangan Tiongkok di Pentas Dunia (4)

16 Januari 2024   10:42 Diperbarui: 16 Januari 2024   12:29 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Poin kedua telah banyak dibicarakan baru-baru ini oleh banyak pengamat, yang bertanya tentang masalah resesi dengan mengatakan bahwa Tiongkok sekarang akan sama dengan Jepang pada tahun 1990-an.

Pada awalnya terjadi perkembangan pesat dalam bidang real estat, dan kemudian gelembung real estat pecah, yang menyebabkan Jepang mengalami resesi ekonomi yang telah berlangsung selama 30 tahun hingga saat ini. Lalu mengapa ada yang mengatakan akan terjadi resesi ekonomi dalam siklus 30 tahunan?

Karena ketika gelembung real estate sangat tinggi, sejumlah besar perusahaan menginvestasikan banyak uang di real estate, dan keluarga menginvestasikan banyak uang di real estate, dan kemudian industri real estate dibiarkan begitu saja. Dari perusahaan konstruksi hingga perusahaan manufaktur umum yang awalnya memproduksi produk kelistrikan seperti Sony, mereka juga pergi ke bank untuk meminjam uang guna mengembangkan real estate.

Jadi sebagian besar masalahnya adalah di bidang real estat, dan hal serupa juga terjadi di banyak perusahaan di Tiongkok. Kemudian rumah tangga juga meminjam banyak uang dari bank untuk berinvestasi di real estat, namun harga real estat anjlok, menyebabkan keluarga menjadi pemilik ekuitas negatif.

Di Hong Kong hal serupa juga terjadi, dan kemudian perusahaan-perusahaan juga mengambil banyak utang. Jadi dalam situasi ini, mereka mengatakan bahwa ketika perusahaan menghasilkan sedikit uang, mereka akan mengembalikan uang tersebut ke bank daripada berinvestasi. Rumah tangga tersebut memiliki banyak hutang dan untuk mengurangi hutang, simpan uang dan bayar kembali ke bank, yang menyebabkan seluruhnya terjadi situasi seperti ini, sehingga investasi negara menjadi sedikit,  konsumsi juga menjadi sangat sedikit. Karena investasi dan konsumsi yang sangat sedikit. Tentu saja perekonomiannya sangat lemah. Inilah yang disebut resesi neraca.

Harga real estat di “Paviliun China” sekarang sangat tinggi. Banyak perusahaan telah menginvestasikan uangnya di real estat dan memiliki banyak kewajiban bank. Rumah tangga sekarang juga memiliki banyak kewajiban bank real estat, dan kemudian harga real estat mungkin turun. Penurunan tersebut akan menyebabkan apa yang disebut sebagai “resesi neraca Jepang”.  Hal ini banyak dibicarakan.

Tampaknya analisis teoretis ini juga ada, tetapi apakah analisisnya benar? Perekonomian Jepang lemah karena perusahaan harus membayar utang bank dan rumah tangga harus membayar utang bank sehingga menyebabkan penurunan naraca.

Di permukaan terlihat seperti ini, namun sebenarnya menurut beberapa analis dan pengamat alasan yang lebih penting di baliknya berasal dari ilmu ekonomi baru dan analisis teoretis baru yang telah anjurkan antara lain oleh ekonom Lin Yifu. Menurut dia alasan yang paling penting adalah setelah dipelanjari dari lapangan (medan) pada tahun 1980-an, AS memaksa Jepang yang saat itu yang industri chipnya terkemuka di dunia. Saat itu Jepang masih menjadi industri chip terkemuka di dunia.

Maka kebijakan AS saat itu mirip dengan kebijakan saat ini terhadap Huawei. Memaksa tidak boleh mengembangkan chip, Jepang harus melepaskan pengembangan atas chip. Seperti yang dikatakan kepada Huawei sekarang bahwa Huawei tidak boleh mengembangkan ponsel 5G,  Huawei harus meniggalkan ponsel 5G. Seperti inilah gambaran penekanan AS kepada Jepang  pada saat itu.

Oleh karena itu, Jepang terpaksa menyerahkan industri chipnya, dan mengalihkan sebagiannya ke AS untuk produksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun