Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Modernisasi Gaya Tiongkok dan Inovasi Teoritis Independen Ekonomi Struktural Baru (1)

11 Desember 2023   17:42 Diperbarui: 11 Desember 2023   19:02 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nottingham.edu.cn

Dalam 100 tahun terakhir, delapan negara ini selalu menduduki hampir setengah dari total ekonomi global, sehingga hubungan di antara mereka pada dasarnya menentukan apakah dunia dalam kedamaian atau perang.

Dengan meninjau kilas balik penyebab dua perang dunia. Pada masa Perang Dunia I, terjadi konflik kepentingan antara Jerman dengan Kekaisaran Austria-Hongaria yang membentuk Sekutu dan negara-negara lain yang membentuk Entente tidak dapat diselesaikan. Perang akhirnya pecah dan menyebar ke seluruh dunia.

Selama Perang Dunia II, Jerman, Italia, dan Jepang membentuk Poros Kekuatan (Axis Powers), dan negara-negara lain membentuk Sekutu. Begitu pula karena konflik antara kepentingan ekonomi dan politik yang tidak dapat diselesaikan, akhirnya pecahlah Perang Dunia II yang berdampak pada masyarakat di seluruh dunia.

Selama 100 tahun terakhir, struktur dunia sebagian besar ditentukan oleh hubungan antara delapan negara besar. Namun, pada tahun 2018, para pemimpin nasional Tiongkok mengusulkan konsep "perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu abad." Dari sudut pandang ekonomi, "perubahan" tersebut juga sangat nyata.

Pada tahun 2000, total output perekonomian delapan negara tersebut menyumbang 47% dari total perekonomian dunia. Pada tahun 2018, proporsi ini turun menjadi 34,7%, atau turun sebesar 12,3 poin persentase. Dalam 100 tahun terakhir, total pangsa ekonomi delapan negara tersebut hanya turun sebesar 3,4 poin persentase, dan pada tahun-tahun awal abad ke-21, penurunan tersebut menjadi lebih cepat.

Menurunnya kekuatan ekonomi ini menyebabkan menurunnya kemampuan kedelapan negara tersebut dalam memimpin dunia, terutama dalam menyikapi krisis keuangan dan ekonomi internasional pada tahun 2008.

Pada abad ke-20, selain peperangan, krisis keuangan dan ekonomi juga sesekali terjadi. Dulu, ketika menghadapi krisis, para pemimpin tujuh atau delapan negara terkemuka mengadakan pertemuan puncak untuk merumuskan rencana kebijakan. Institusi internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia akan melaksanakan rencana ini, dan negara-negara lain juga akan bertindak sesuai dengan rencana ini untuk mengendalikan krisis.

Namun, krisis keuangan dan ekonomi internasional pada tahun 2008 membuat G8 merasa tidak berdaya. Pada bulan Desember 2008, ketika mantan Presiden AS George W. Bush hendak meninggalkan jabatannya, dia mengadakan pertemuan puncak G20 yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk bersama-sama membahas cara menangani krisis yang terjadi saat itu.

Sejak KTT G20 pertama pada tahun 2008, mekanisme kepemimpinan terpenting dalam pemerintahan internasional telah bertransformasi dari G8 menjadi G20. Ini adalah perubahan besar yang belum pernah terlihat dalam satu abad terakhir. Dulu kedelapan negara ini selalu menjadi protagonis, namun seiring dengan menurunnya status ekonomi, pengaruhnya pun menurun, dan akhirnya digantikan oleh G20 dalam tata kelola global.

Sepanjang abad ke-20, status delapan negara ini dalam lanskap ekonomi dan politik dunia sangat stabil, dan total pangsa ekonomi mereka turun dari 50,4% menjadi 47%, atau hanya turun sebesar 3,4 poin persentase. Memasuki abad ke-21, terjadi perubahan besar yang terutama disebabkan oleh bangkitnya negara-negara emerging market, khususnya bangkitnya perekonomian Tiongkok.

Pada tahun 2000, perekonomian Tiongkok hanya menyumbang 6,9% dari total perekonomian dunia, namun pada tahun 2018 telah meningkat menjadi 16,8%, meningkat sebesar 9,9 poin persentase. Proporsi Kelompok Delapan turun dari 47% menjadi 34,7%, turun sebesar 12,3 poin persentase, sehingga 80% penurunan tersebut disebabkan oleh kebangkitan Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun