Tapi sekarang situasinya telah berubah. Karena The Fed terus menaikkan suku bunga, suku bunga acuan bank telah mencapai sekitar 5%, yang jauh melebihi suku bunga utang AS. Oleh karena itu, dari perspektif ini, Tiongkok juga akan menjual sejumlah besar surat utang AS untuk dijadikan uang tunai atau disimpan di bank atau dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkan dolar (Turki, Argentina, Brasil, dan negara lain).
Alasan ketiga Tiongkok menjual surat utang AS: Menjual sejumlah besar utang AS dengan imbalan uang tunai dolar AS dapat memungkinkan Tiongkok memperoleh lebih banyak keuntungan.
Di masa lalu, Tiongkok memegang sejumlah besar dolar AS karena dolar AS adalah mata uang internasional, dan Tiongkok membutuhkan sejumlah besar dolar AS untuk membeli berbagai komoditas secara internasional.
Namun sekarang keadaan sudah banyak berubah, kini AS terus menekan Tiongkok dan menjatuhkan berbagai sanksi terhadap Tiongkok. Khusus di bidangchip, Tiongkok sudah kena berbagai sanksi.
Selain itu, karena laju internasionalisasi RMB (mata uang Tiongkok/yuan) terus meningkat, Tiongkok tidak perlu lagi menggunakan dolar AS untuk membeli barang secara internasional. Sebagai gantinya, mereka bisa membelinya langsung dengan RMB.
Menurut laporan data statistik keuangan 2022 yang dirilis oleh bank sentral Tiongkok, nilai total impor dan ekspor perdagangan barang Tiongkok melebihi RBM 40 triliun yuan untuk pertama kalinya pada tahun 2022, mencapai 42,07 triliun yuan.
Skala penyelesaian dengan RMB untuk barang perdagangan telah mencapai 7,92 triliun yuan, meningkat dari tahun ke tahun sebesar 37%, dikiuti dengan ketika AS menutup pintu untuk menjual barangnya.
Perang Rusia-Ukraina menyebabkan Eropa menjadi semakin miskin dari hari ke hari.
Jumlah impor dan ekspor di Tiongkok telah sangat berkurang, yang juga mengurangi permintaan akan dolar AS bagi  Tiongkok.
Menghadapi pengepungan negara-negara Eropa dan Amerika, untuk mengurangi risiko, Tiongkok juga telah merumuskan kebijakan untuk memperkuat sirkulasi internal (pasar domestik) dan mengurangi ketergantungan pada internasional.
Sejak November 2022, proporsi impor Tiongkok terus tumbuh negatif. Dari Januari hingga Februari 2023, impor Tiongkok kembali turun tajam dengan peningkatan year-on-year  (y.o.y) sebesar -10,2%.