Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dia juga memotong pampasan perang Jepang ke Filipina, dengan mengambil lebih dari setengahnya.
Menurut statistik media, kekayaan bersih Marcos Sr. mungkin melebihi 10 miliar dolar AS. Pada saat yang sama, Filipina terlilit hutang dan kehidupan masyarakatnya sengsara.
Pada akhirnya, Marcos Sr. diusir oleh rakyat Filipina yang marah melalui people power, dan diasingkan ke Hawaii, AS. Dia meninggal karena sakit pada tahun 1989. Berapa banyak warisan yang dia tinggalkan untuk Marcos Jr.masih menjadi misteri.
Seorang mantan anggota kongres Filipina yang seorang sarjana bernama Walden Flores Bello berpendapat bahwa ini menunjukkan bahwa karena Marcos Jr. mendapat sambutan dingin di AS, tampaknya keluarga Marcos memiliki hubungan yang biasa-biasa dengan AS, tetapi pada kenyataannya keluarga Marcos masih memiliki ratusan jutaan atau bahkan miliaran dolar di dunia dalam dollar AS.
Dengan sanderaan kekayaan Marcos, begitu dia bersikap terlalu pro-Tiongkok selama masa jabatannya, maka AS bisa menjatuhkan sanksi, dan uang itu akan langsung jatuh ke kantong pemerintah AS.
Inilah mengapa Marcos Jr. tidak berani melanggar niat dan kemauan AS, dia mungkin mengatakan beberapa kata ramah terhadapTiongkok, tetapi sebenarnya dia hanya akan mematuhi pengaturan (dikte) AS.
Apa yang akan terjadi pada negara Filipina, apakah rakyat akan menderita atau tidak, Marcos Jr. tidak akan mengambil dalam hati. Mempertahankan kepentingannya sendiri adalah hal terpenting baginya.
Beberapa orang ada yang mengatakan bahwa Filipina terlibat dalam permainan dan pertarungan Tiongkok-AS di isu LTS karena letak geografisnya yang khusus dan keterikatan sejarah yang mendalam dengan AS.
Namun Filipina bukanlah satu-satunya negara di sekitar LTS. Tapi mengapa Vietnam dan negara lain dapat mempertahankan netralitas dan menghindari konflik dan konfrontasi.
Menurut Walden Flores Bello dan beberapa kaum kiri di Filipina dengan jelas menunjukkan bahwa meskipun kebijakan luar negeri Duterte yang pro-Tiongkok  tapi sesungguhnya tidak pro-Tiongkok dalam arti sebenarnya, tindakan pemerintah Marcos Jr. saat ini akan memungkinkan sejarah kolonialisme terulang kembali di Filipina.
Belum lama ini, Walden Bello, mantan senator Filipina dan cendekiawan sayap kiri Filipina, menerbitkan sebuah artikel di "Rappler News Network" dan media Filipina lainnya, menganalisis alasan mengapa Filipina kembali merangkul AS dan kemungkinan konsekuensi yang merugikan. Â