Sulit Merealisasi Terusan Kra
Tanah Genting Kra milik Thailand karena berada di wilayah teritori Thailand, jadi apakah proyek ini dapat diluncurkan, pertama-tama harus dipertimbangkan kepentingan Thailand.
Siapa pun yang membiayai pembangunannya dapat menyingkirkan Selat Malaka yang selama ini dikuasai/dikontrol AS. Yang lebih serius adalah pembukaan Terusan Kra akan menyebabkan Selat Malaka yang dikontrol oleh AS selama ini, statusnya akan sangat berkurang.
Situasi ini yang tidak ingin dilihat AS dalam hal untuk mengendalikan Asia Tenggara, dan bahkan bukan tujuan AS untuk melepaskan pengendalian tenggorokan ekonomi di Timur Jauh.
Oleh karena itu, AS pasti akan menekan Thailand. Situasi politik di Thailand selama ini sering  tidak akan stabil. Jika sampai juga di-intervensi AS, maka seluruh Thailand akan kacau balau.
Maka dari itu, AS tidak akan sudi dan diam diri menyaksikan pembukaan Terusan Kra, dan Thailand lebih mengkhawatirkan gejolak geopolitik.
Namun, untuk mencari solusi dengan membuat jalur lain di Thailand tidak akan menyelesaikan masalah macet, karena AS juga memiliki pasukan yang ditempatkan di Bangkok, Sattahip, Utapao, Thailand, jadi sia-sia untuk mencoba melepaskan diri dari pengaruh AS tidak peduli apakah itu menggali kanal atau memasang jaringan pipa di kawasan Tanah Genting Kra.
Pada 2016, jumlah kapal yang melewati Selat Malaka mencapai 84.000, mendekati kapasitas maksimum Selat Malaka, jika Terusan Kra selesai, itu bisa mengalihkan kepadatan lalu lintas tersebut, disitulah nilai dari Terusan Kra.
Pada tahun 2014, tim persiapan Terusan Kra yang dipimpin oleh Liugong Group, XCMG Sany dan perusahaan Tiongkok lainnya telah mulai beroperasi.
Setelah selesai secara tidak resmi, ASEAN, Tiongkok, Jepang dan bahkan badan perdagangan dunia akan mendapat manfaat dari pembukaan Terusan Kra.