Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Perang Informasi di Balik Operasi Militer Khusus Rusia-Ukraina

10 Mei 2022   16:29 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:39 1964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang bisa kita pelajari dari konflik Rusia-Ukraina kali ini? Ada pengamat dan analis berpandangan dari sini dapat diperoleh pencerahan setidaknya pada tiga tingkatan:

Pertama-tama, pada tataran strategis, disarankan harus lebih meningkatkan konstruksi wacana. Perebutan opini publik dalam perang informasi tampaknya merupakan operasi yang sangat hidup di tingkat "teknis", tetapi yang benar-benar menentukan kemenangan atau kekalahan seringkali adalah "potensi" di baliknya.

"Potensi" ini adalah hak untuk berbicara dan kredibilitas. Dalam Perang Irak tahun 2003, begitu banyak orang di dunia yang dimanipulasi oleh perang informasi AS dan Barat. Alasan mendasarnya adalah nilai-nilai dan hegemoni wacananya memiliki "potensi" ini.

Dalam konflik Rusia-Ukraina saat ini, metode perang informasi yang diinvestasikan oleh Barat jauh melebihi yang dilakukan pada tahun 2003, tetapi efeknya tidak begitu ideal, juga karena nilai-nilai dan hegemoni wacana Barat sendiri telah banyak yang bocor, sudah tidak "potensial" lagi seperti dulu.

Sebenarnya kita memiliki teori dan sistem wacana kita sendiri, yang dikenal sebagai kearifan orang timur, sehingga "potensial" kita meningkat dan memiliki vitalitas. Selain itu, kita masih memiliki peradaban ratusan bahkan ribuan tahun dan kepercayaan diri.

Tapi kalau soal pengaruh nilai-nilai Barat, kita tidak boleh terlalu optimis, ketika musuh sudah dekat, kita harus memikirkan apakah kita memiliki penangkalnya, begitu kita menghadapi perang informasi yang diluncurkan oleh lawan kita, kita harus yakin bisa menangkannya, tanpa harus dirugikannya.

Oleh karena itu, dewasa ini kita harus lebih mementingkan konstruksi "potensi" ini dari ketinggian strategis kelangsungan hidup dan keamanan nasional, mendekonstruksi wacana Barat dari akarnya, dan mengkritik serta menyingkirkan konsep yang mengatakan bahwa Barat mewakili masyarakat internasional dan merupakan arus utama peradaban dunia.

Kedua, di tingkat kelembagaan, kita perlu membangun pusat komando dan sistem tempur perang informasi yang baru. Perang informasi dari konflik Rusia-Ukraina mengingatkan kita sekali lagi bahwa perang tidak berarti hanya masalah militer; begitu perang dimulai, itu adalah perang skala penuh dan perang tidak terbatas, dan responsnya sudah pasti mendunia.

Sudah seharusnya kita mempertimbangkan untuk mendirikan pusat komando untuk perang informasi, untuk sepenuhnya memimpin perang informasi online dan perang opini publik selama masa perang, dan memulai perang wacana negara skala penuh, agar tidak memberi peluang bagi pasukan musuh untuk mengepung dan menekan informasi.

Setelah pembentukan lembaga pusat ini, harus ada lebih banyak ruang tersisa untuk kekuatan sipil dan rakyat. Tentu saja, premisnya adalah bahwa ada mekanisme identifikasi, pengekangan dan hukuman, dan mekanisme kepercayaan dan otorisasi harus dibentuk. Dengan cara ini, kita bisa membentuk pola ribuan kapal yang melaut dan perang rakyat bila diperlukan.

Terakhir, pada level taktis, kita harus sepenuhnya belajar dari pengalaman dan menempa keris/pedang kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun