Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pernyataan-pernyataan AS dan Barat Mulai Melunak terhadap Rusia

8 Mei 2022   08:26 Diperbarui: 8 Mei 2022   08:29 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: .forbes.com + unsplash.com

Konflik Rusia-Ukraina telah berlangsung selama dua bulanan lebih. Dalam dua bulan terakhir, negara-negara Barat terus menjatuhkan sanksi, tetapi Rusia tidak terpuruk seperti yang mereka bayangkan, malah melakukan serangkaian penyesuaian strategis dan taktis. Bahkan kini telah memasuki fase kedua pertempuran.

Dalam pertempuran awal "Pertempuran Penentuan di Donbass", kemenangan militer telah dicapai, diikuti oleh banyak suara menarik di AS dan Barat. Barat merilis tiga sinyal lunak penting, yang membuat orang bertanya-tanya, apakah situasi perang Rusia-Ukraina telah terjadi situasi pembalikan?

Sinyal pertama bahwa AS dan negara-negara Barat telah muncul untuk pernyataan yang cendrung diartikan kemenangan bagi Rusia. Pertama, PM Inggris Boris Johnson secara terbuka menyatakan bahwa Rusia memiliki "kemungkinan nyata" untuk memenangkan perang. Kedua, selain Johnson, editor keamanan dan pertahanan Sky TV Inggris Haynes, yang biasanya sering memberita hal-hal buruk Rusia, juga mengatakan bahwa operasi militer khusus fase kedua Rusia memiliki kemungkinan meraih kemenangan.

Dari sini dapat dilihat bahwa ini adalah titik balik yang sangat besar dalam sikap Barat, karena sebelumnya AS dan Barat selalu mendukung Ukraina, tetapi terus-menerus mengutuk Rusia dan menyebut Rusia melakukan "invasi", tetapi sekarang kata-kata ini jarang dikeluarkan.

Berita bahwa Rusia mungkin "menang" membuat pihak luar merasa bahwa AS dan Barat mengirimkan sinyal lunak.

Sinyal kedua adalah bahwa Inggris telah memberi wewenang kepada pengguna atau pelanggan untuk membayar pembayaran gas Rusia pada akhir Mei, dan UE juga telah mengeluarkan dokumen panduan yang menyatakan bahwa layak menggunakan rubel untuk membayar biaya gas ke Rusia tanpa melanggar sanksi.

Pernyataan publik Uni Eropa dan Inggris menunjukkan bahwa setidaknya dalam hal energi, tampaknya Barat sudah tidak tahan lagi dan harus menyerah pada Rusia.

Tindakan nyata Rusia yang memberi pelajaran kepada Polandia dengan melarang ekspor gas alam ke Polandia yang tadinya menyatakan tidak akan membayar Rusia dengan rubel, telah membuat Barat menjadi takut.

Barat Menyerah Atas Sanksi Minyak dan Gas 

Sumber: Dreamstime.com
Sumber: Dreamstime.com

Menurut berita Inggris telah melunak baru-baru ini tentang sanksi Migas Rusia. Menurut dokumen yang dirilis oleh Departemen Keuangan Inggris pada 22 April waktu setempat, Inggris telah memberi wewenang kepada Gazprom dan anak perusahaannya untuk membayar gas Rusia pada akhir Mei dengan mata uang Rusia-Rubel.

Sebelumnya, presiden Rusia mengusulkan agar pembeli migas dari berbagai negara membuka rekening di bank Gazprom Rusia dan pembayaran menggunakan rubel.

Kemudian Sekretaris Pers Presiden Rusia juga mengatakan hari itu bahwa penerbitan izin Inggris untuk Gazprom bersifat pragmatis, tetapi ini tidak berarti bahwa waktu penyelesaian gas alam dalam rubel ditunda, yang berarti bahwa Presiden Rusia telah memerintahkan itu menjadi periode penyelesaian tetap tidak akan berubah.

Faktanya, Inggris bukan satu-satunya negara Eropa yang tidak bisa duduk diam, sudah melunak di hadapan Rusia. Pada 3 April, Menteri Ekonomi Slovakia mengatakan di TV pemerintah bahwa Slovakia bersedia menggunakan rubel untuk membeli migas Rusia. Hongaria juga mengatakan pada 11 April bahwa mereka siap menggunakan rubel untuk membeli gas alam Rusia. Pejabat-pejabat itu mengatakan membeli miga Rusia dengan rubel tidak melanggar sanksi UE ke Rusia (karena tidak membayar dengan Euro atau dollar AS).

Kita dapat melihat bahwa banyak negara Eropa telah melunak, dan alasannya sangat sederhana. Saat ini, 40% gas alam, 27% minyak, dan 46% batubara di UE diimpor dari Rusia. Bahkan menurut data menunjukkan kebutuhan impor gas alam Finlandia, Latvia, Bosnia dan Herzegovina, Moldova, di pasok oleh Rusia ke negara-negara ini lebih dari 90%.

Selain itu, Bulgaria mendekati 80%, Jerman 55%, Polandia lebih dari 40%, dan Prancis juga mengimpor hampir 25% gas alamnya dari Rusia.

Kita dapat melihat bahwa seluruh Eropa terlalu bergantung pada gas alam Rusia, seperti diketahui perkembangan pesat ekonomi Eropa di masa lalu juga disebabkan oleh dividen yang disumbangkan ke mereka oleh gas alam murah Rusia. Dan dapat dikatakan harga energi murah dan nyaman (mudah) Rusia ini menjadi urat nadi kehidupan bagi Eropa, hampir tidak ada pilihan lain lagi. Dan ada lagi suatu hal yang paling penting, apa itu?

Embargo energi yang dikenakan pada Rusia telah mendorong harga sumber energi utama mereka sendiri naik secara signifikan di negara-negara ini, yang pada gilirannya berdampak pada ekonomi Eropa tahun ini.

Laporan bulanan terbaru yang dirilis oleh Bundesbank pada 22 April menunjukkan bahwa ekonomi Jerman telah jatuh ke dalam resesi sejak konflik Rusia-Ukraina dan larangan total impor energi Rusia.

Jerman akan menghadapi kontraksi ekonomi 2% tahun ini, dan Jerman dalam jangka pendek akan sulit jika akan impor energi dari negara lain untuk menutupi kekurangan pasokan energi Rusia.

Pada hari yang sama, menteri ekonomi Prancis juga mengatakan bahwa inflasi Prancis akan tetap berada di level yang tinggi di tahun-tahun mendatang 2022 ini, dan diperkirakan akan melambat pada 2023.

Menurut data yang relevan, tingkat inflasi di Prancis adalah 4,5% pada bulan Maret tahun ini, itu merupakan level tertinggi di Prancis dalam 40 tahun terakhir. Karena krisis energi saat ini, harga energi telah meningkat, yang telah menyebabkan inflasi yang tinggi di Eropa. Dapat dipahami bahwa lebih dari 60% inflasi disebabkan oleh kenaikan harga migas dan listrik.

Diperkirakan tingkat inflasi secara bertahap dapat menurun pada tahun 2023, karena Eropa dapat menyesuaikan kembali pasokan energinya pada saat itu, tetapi pengamat masih harus memberi tanda tanya di sini, karena itu terlalu sulit untuk dipastikan.  

Ekonomi Inggris juga mengalami pukulan besar. Pada bulan Maret tahun ini, tingkat inflasi Inggris telah melampaui 2%, yang merupakan tingkat inflasi tertinggi di Inggris dalam 10 tahun.

AS yang menjadi pemimpin dalam sanksi ekonomi terhadap Rusia, tetapi mulai melunak setelah mengalami rasa sakit kekurangan gas dan inflasi. Mereka memberi wewenang membayar kepada Gazprom dan anak perusahaannya untuk membayaran gas alam sebelum akhir Mei. Dari sini kita dapat melihat bahwa AS yang  meneriakkan slogan embargo dengan keras, tapi secara sembunyi-sembunyi membeli energi murah dari Rusia.

Namun, prospek energi Inggris masih mengkhawatirkan, karena sanksi Inggris terhadap Rusia pada awal-awalnya terlalu ketat dan lantang, bahkan dapat dikatakan bahwa kekuatannya tidak kalah dari AS, dan hasutan dan provokasi Inggris dalam konflik Ukraina-Rusia tidak kalah dari AS.

Lalu apa sebenarnya yang dilakukan Inggris terhadap Rusia di masa lalu? Mari kita lihat, hal itu termasuk membekukan aset bank terbesar Rusia dan Moscow Credit Bank di Inggris, menghentikan semua investasi perusahaan dan individu Inggris di Rusia, dan maskapai Rusia tidak diizinkan untuk beroperasi di Inggris.

Juga termasuk melarang sejumlah besar produk teknologi tinggi diekspor ke Rusia, dan menjatuhkan sanksi pada 3 orang kaya Rusia dan 5 bank Rusia. Sebagian besar aset Rusia di Inggris hampir dikuasai oleh Inggris.

Inggris juga telah memutuskan untuk melepaskan ketergantungannya pada batu bara dan minyak Rusia pada akhir tahun ini, sedangkan untuk gas alam, Inggris berniat untuk menyingkirkan impor dari Rusia secepat mungkin.

Inggris juga akan mengambil tindakan yang sesuai terhadap semua industri utama Rusia dan perusahaan milik negara, termasuk melarang impor produk baja Rusia, menjatuhkan sanksi pada oligarki di beberapa industri Rusia, dan menyerukan semua pihak di G-7 untuk menyingkirkan gas alam Rusia sesegera mungkin untuk melepaskan ketergantungan energi dari Rusia.

Tapi apa hasilnya Inggris menjatuhkan banyak sanksi Ke Rusia?

Rusia sekarang mengatakan bahwa setelah keputusan presiden berlaku, bahkan jika Inggris menanggapi akan penyelesaian gas alam dengan rubel, Rusia akan menolak untuk bekerja sama dengan mereka untuk gas alam, ini menunjukkan bahwa kali ini Rusia bertekad untuk memotong pasokan gas alam ke Inggris di masa depan. Bahkan meskipun Inggris memiliki uang tapi tidak dapat membeli gas Rusia.

Setelah perintah penyelesaian dengan rubel mulai berlaku, negara-negara Eropa lainnya masih akan memiliki penyelesaian dengan rubel untuk gas alam yang dibutuhkan, sementara Inggris akan menghadapi jalan buntu untuk energi. Saat itu Inggris seakan mengangkat batu menimpakan pada kaki sendiri.

Betapa kejamnya kata-kata yang mereka ucapkan di awal, tapi betapa sakitnya pukulan balasan Rusia sekarang. Faktanya, mentalitas banyak negara Eropa juga sangat mirip dengan Inggris ini.

Kita bisa lihat bahwa setelah Rusia berencana untuk menutup pipa gas alam Yamal dan pipa gas alam Nord Stream 1, Eropa cukup menyadari rasa sakit dari meroketnya harga energi, dan hampir setiap negara Eropa tidak terkecuali.

Pada 26 April, Menteri Energi Bulgaria mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Rusia akan menangguhkan pasokan gas alam mulai 27 April, dan Perusahaan Migas Polandia juga mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari yang sama bahwa mereka telah menerima pemberitahuan dari Gazprom untuk penangguhan penjualan gas alam kepada Polandia mulai 27 April.

Rusia benar-benar menambil tindakan. Slogan itu tidak hanya diteriakkan, tetapi Rusia tidak akan langsung membunuh seluruh Eropa, mengapa?

Karena biaya pemakaian gas alam publik yang dipakai mulai 1 April diselesaikan pada paruh kedua April atau Mei, yang berarti Eropa masih memiliki sedikit waktu bernapas, sehingga negara-negara Eropa sebenarnya memanfaatkan sedikit waktu bernapas ini untuk membeli secara besar-besaran energi Rusia, yang berada di balik kecemasan mendalam mereka tentang krisis energi.

Hal itu dilakukan agara dapat bertahan untuk sementara waktu di masa depan, dan memberi kesempatan pada dirinya sendiri supaya memiliki lebih banyak waktu untuk menyesuaikan rantai pasokan.

Padahal, AS sendiri tidak seperti ini, kita bisa lihat setelah AS mengumumkan akan embargo minyak Rusia, bukankah mereka juga buru-buru membeli minyak Rusia sebelum embargo berlaku? Dan dia membeli lebih banyak dari tahun lalu.

Pada awal Maret, AS membeli 148.000 barel minyak Rusia per hari. Dari 19 hingga 25 Maret, jumlah minyak yang dibeli AS dari Rusia meningkat 43% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Disini kita dapat melihat AS telah benar-benar memainkan pertujukkan yang bagus, membodohi sekutunya dengan embargo energi Rusia, tetapi mereka sendiri membeli banyak terlebih dulu dan membeli lebih banyak dari tahun lalu.

Itu benar-benar membuat Eropa terlihat tercengang, tetapi sekarang orang-orang di Eropa juga telah mempelajari trik ini. Mereka di depan meneriakkan slogan-slogan dengan keras, tapi pada saat harus membeli mereka membeli secara diam-diam, karena tidak ada seorang pun di negara-negara Eropa ini yang tahu berapa lama penyelesaian dengan rubel di Rusia. Setelah itu berlaku, dia tidak tahu berapa lama dia bisa bertahan, jadi jika mereka bisa membeli lebih cepat ada baiknya ditimbun untuk persediaan.

Jadi dalam permainan sanksi energi ini, mungkin terlalu dini untuk melihat siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah, tetapi yang pasti Eropa sekarang adalah pecundang terbesar yang terjepit di tengah-tengah.

Sikap Putin Tidak Mengendor

Sinyal ketiga adalah dari Menteri Keuangan AS Janet Yellen sendiri. Dia mengatakan bahwa larangan Eropa terhadap energi Rusia mungkin lebih berbahaya daripada kebaikan. Yellen mengatakan bahwa sangat penting bagi UE untuk mengakhiri ketergantungannya pada impor minyak, gas, dan batu bara Rusia, dan melakukan hal itu juga akan mengurangi pendapatan Moskow dari penjualan ini, tetapi pendekatan seperti itu oleh UE mungkin tidak merugikan ekonomi Rusia.

Sekarang harga migas yang meroket tidak baik untuk Eropa. Meskipun Yellen tidak berbicara tentang kata "penyesalan", tetapi dapat dilihat bahwa dia menyesali kelonggaran larangan migas di AS dan Barat.

Tiga sinyal di atas ini pasti akan sampai ke telinga Putin, tetapi Putin jelas tidak akan mengakhiri rencana asli pertempurannya atau mengurangi kekuatannya. Lagi pula, bagi negara-negara Barat apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan di belakang berbeda.

Bagaimana mungkin Putin tidak mengetahui trik semacam ini. Oleh karena itu, Putin tidak akan berhenti begitu saja, tetapi malah membuat langkah besar dalam menanggapi beberapa sinyal lunak AS dan Barat yang berpura-pura ini.

Pada tahap pertempuran ini, tentara Rusia telah menghubungi dan melaporkan kabar baik. Wakil komandan Wilayah Militer Rusia bagian Tengah mengatakan bahwa tugas selanjutnya adalah menanguasai seluruh Donbass dan Ukraina selatan dan menyelesaikan semua "tugas yang telah ditentukan".

Tentara Rusia tidak akan pernah melunak. Dalam pandangan Rusia, karena tidak ada cara untuk mencapai konsensus dengan Ukraina tentang demiliterisasi dan de-Nazifikasi di meja perundingan, itu hanya dapat diselesaikan dengan kekerasan.

Misi selanjutkan dari tentara Rusia kemungkinan besar akan menstabilkan kembali Ukraina timur dan selatan dalam sekali jalan, menyerang Odessa di barat, dan bahkan memukul tepi kiri wilayah Transnistria untuk mengalahkan Ukraina hingga ke titik di mana tidak ada outlet laut, sehingga Ukraian menjadi "negara daratan".

Menurut berita Reuters pada 30 April, Rusia terus melancarkan serangan sengit. Tentara Ukraina cepat-cepat mengirim berita ini melalui Walikota Mariupol Vadym Boichenko, dia mengatakan bahwa tentara Ukraina berperang dengan tentara Rusia. Di lini depan pabrik baja Azovstal, persediaan makanan, air dan obat-obatan sangat terbatas, mereka berharap gencatan senjata dapat dicapai sesegera mungkin, sehingga penduduk lokal yang bersembunyi di pabrik baja dapat dievakuasi dengan aman.

Menurut Boichenko, tentara Rusia telah menggunakan senjata berat untuk mengebom pabrik baja Azov selama beberapa hari. Kondisi di situ sangat buruk. Hampir tidak ada makanan, air, dan obat-obatan.

Secara khusus, dinyatakan olehnya tentara Rusia benar-benar mengebom dan menembaki sebuah rumah sakit di lokasi. Kemudian, jumlah yang terluka meningkat dari 170 menjadi lebih dari 600. Ada banyak wanita, anak-anak dan orang tua yang menunggu untuk dievakuasi.

Tapi faktanya, tentara Rusia telah membuka jalur kemanusiaan berkali-kali dan menyerukan evakuasi warga sipil, tetapi tentara Ukraina melawan ofensif tentara Rusia dan angkatan bersenjata Chechnya dengan menyandera rakyat.

Dalam hal ini, Putin memilih untuk memerintahkan pengepungan pabrik baja daripada menyerang, dan memberi kesempatan tentara yang bertahan untuk menyerah atau akan mati kelaparan dan meninggal karena sakit.

Antisipasi NATO

Situasi medan perang tampaknya mengarah yang demikian. Dalam situasi tentara Ukraina yang demikian. Maka NATO meluncurkan latihan militer skala besar. Puluhan ribu tentara dari NATO dan sekutu Eropanya berpartisipasi dalam rangkaian latihan militer ini. Para pemimpin militer Inggris mengklaim ini adalah "salah satu pengerahan bersama terbesar sejak Perang Dingin".

Pasukan Inggris dan sekutu "akan menahan agresi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di Eropa abad ini". Dilaporkan bahwa serangkaian latihan militer akan dilakukan di Finlandia, Polandia, Macedonia Utara dan daerah perbatasan Estonia dan Latvia, dengan pesawat, tank, artileri dan kendaraan lapis baja, untuk memberikan dukungan, dan tidak ragukan ini adalah latihan militer skala besar NATO untuk memberi semnagat kepada Ukraina dalam menghalangi Rusia.

Pada saat yang sama, mempersiapkan intervensi bersenjata NATO dalam konflik Rusia-Ukraina. Semua orang tahu bahwa konflik Rusia-Ukraina sebenarnya adalah perang proxy antara AS dan NATO melawan Rusia. Tujuannya adalah untuk memukul Rusia. Untuk melestarikan ruang hidup strategis negara, Rusia mungkin akan dipaksa untuk melakukan serangan nuklir.

Tapi target serangan nuklir ini tidak akan ditujukan ke Ukraina, tapi Polandia mungkin akan menjadi Jepang kedua. Dalam sejarah manusia, hanya AS yang telah menggunakan senjata nuklir selama P.D. II.

Sekarang Polandia telah menjadi garda depan NATO yang anti-Rusia dan sangat mungkin terkena serangan nuklir. Konsekuensi dari penggunaan bom nuklir hanya akan membuat semua pihak kalah dan hancur.

Oleh karena itu, jika terjadi perang nuklir, Rusia tidak akan memilih untuk bertarung dengan AS, tetapi hanya akan memilih untuk bertarung dengan negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir, untuk mencapai efek menggentarkan dan menghalangi negara lain, jika dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir, kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir taktis. Dalam kasus upaya terakhir, andaikata pemboman terus menerus ke daratan Rusia, tentara Rusia dapat menggunakan senjata nuklir.

Tentu saja, Rusia tidak mungkin menggunakan senjata nuklir untuk melawan Ukraina. Pertama, Rusia memiliki keunggulan luar biasa atas tentara Ukraina dalam hal kekuatan militer konvensional, dan tidak perlu "membunuh ayam dengan pisau jagal sapi".

Kedua, masih banyak etnis Rusia di Ukraina, awalnya operasi khusus pasukan Rusia ke Ukraina adalah untuk "demiliterisasi dan de-Nazisme". daripada untuk menduduki atau mencaplok Ukraina.

Sekarang, lebih dari setengah tujuan operasi khusus militer Rusia telah selesai, dan tidak perlu menggunakan bom nuklir di Ukraina, jika itu dilakukan maka akan kehilangan dukungan moral internasional.

Beberapa analis menunjukkan bahwa begitu negara-negara NATO bergabung dalam perang, sifat Rusia akan benar-benar berbeda, dan Rusia akan menganggapnya sebagai agresi dan menimbulkan ancaman strategis yang tidak dapat diterima.

Jika Rusia tidak bisa mengalahkan lawan-lawannya dalam perang konvensional, Rusia akan terpaksa menggunakan senjata nuklir. Menlu Rusia Sergei Lavrov telah secara terbuka memperingatkan bahwa tindakan AS dan NATO terhadap Rusia sangat berbahaya, dan kemungkinan perang nuklir tidak boleh diremehkan.

Ancaman Nuklir Putin Cukup Serius

Menurut pernyataan Ukraina, Rusia telah mengerahkan sistem rudal Iskander berkemampuan nuklir di Kaliningrad, sebuah kantong yang berbatasan dengan Polandia.

Dan media Jepang juga memperhatikan bahwa ketika Putin muncul di depan umum, orang-orang di sekitarnya selalu membawa koper berwarna hitam. Menurut pengamatan itu adalah "koper nuklir" Putin dapat memerintahkan serangan nuklir kapan saja dalam keadaan darurat.

Pada awal Januari tahun ini, ketika situasi di Ukraina tegang, tetapi masih tidak ada perang. Lima kekuatan nuklir dunia Tiongkok, AS, Rusia, Inggris dan Prancis telah mengeluarkan pernyataan bersama yang jarang dilakukan bersama dengan menganjurkan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan oleh siapa pun. Ini mencerminkan pemahaman mendalam lima negara tentang sifat senjata nuklir, yaitu senjata nuklir hanyalah merupakan pencegah (deterrence) utama, fungsinya untuk mencegah perang nuklir, bukan untuk memenangkannya.

Pada saat yang sama, ini juga untuk menarik garis bawah untuk perang di masa depan. Mungkin saat itu, lima kekuatan nuklir telah menyadari kemungkinan perang nuklir dan berharap untuk menghindari perang nuklir melalui pernyataan bersama. Pernyataan adalah kesepakatan di atas kertas, tergantung pada perkembangan situasi, karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa perang nuklir tidak akan pecah.

Sama seperti pada P.D. II, siapa sangka Jerman akan mengobrak-abrik kesepakatan yang dibuat oleh PBB dan membombardir Polandia menjadi luluh-lantak yang menjadi pemicu meletuskan P.D. II.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.forbes.com/sites/davidbressan/2017/08/12/even-a-small-nuclear-war-would-still-have-effects-on-global-scale/?sh=58cef0f3507d

https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-04-27/four-european-gas-buyers-made-ruble-payments-to-russia

https://www.reuters.com/business/energy/several-european-traders-have-started-pay-russian-gas-roubles-sources-2022-04-28/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun