Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memperkirakan Dampak dari Perang Rusia-Ukraina

30 Maret 2022   16:25 Diperbarui: 30 Maret 2022   20:53 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theguardian.com

Lebih dari 30 hari telah berlalu sejak konflik Rusia-Ukraina meletus. Hal tak terduga terjadi silih berganti. Konflik Rusia-Ukraina pada awalnya adalah perselisihan antara dua bersaudara Rusia dan Ukraina. Banyak sudah kita tahu bahwa kedua bersaudara ini pernah menjadi putra kandung Uni Soviet. Setelah Uni Soviet bubar, Rusia dan Ukraina menjadi dua negara yang masing-masing mewarisi warisan besar dari ayahnya sendiri.

Tetapi dengan berkembangnya Rusia selangkah demi selangkah, Ukraina tampaknya telah menjadi beban terakhir negara-negara Barat untuk menekan Rusia. Tetapi Presiden Ukraina Zelensky, apakah dia tidak mengerti atau memang sengaja mau dibodohi oleh negara lain (AS, NATO, Uni Eropa) sehingga menjadi lumpuh.

Sebelum ini Ukraina sering melakukan provokasi dadakan di perbatasan Rusia, sering membiarkan pasukan khusus mereka langsung melintasi perbatasan ke Rusia. Dan juga Ukraina mengklaim ingin bergabung dengan NATO, dan meminta AS menempatkan alutsista pertahanan udara THAAD di Ukraina, dan juga meminta tentara AS untuk ditempatkan secara permanen di Ukraina.

Sampai saat ini Zelensky masih belum bertobat, tetapi dia tidak pernah berpikir bahwa karena dia ingin bergabung dengan NATO dan Uni Eropa (UE), situasi ini berubah menjadi bencana bagi Ukraina.

Mungkin sebelum ini Zelenky berpikir Putin tidak mungkin berani menyerang Ukraina, karena mengira meskipun Ukraina relatif lemah tetapi dengan dukungan dan bantuan NATO, AS dan Uni Eropa, Putin tidak akan pernah berani bertindak gegabah, mereka sebelum ini meremehkan tekad dan kepercayaan diri Putin.

Maka pada 24 Februari, Putin secara resmi memerintahkan tentaranya untuk menyerbu Ukraina, Ukraina dengan sekejap menjadi lautan api yang menyengsarakan rakyatnya.

Akibat dari penyerbuan ini negara Ukraina akan menghadapi fragmentasi. Putin menggunakan tindakan praktisnya sendiri untuk menunjukkan kepada negara-negara Barat bahwa siapa pun yang ingin menggertak Rusia akan berakhir seperti Ukraina.

Namun kenyataan setelah beanr-benar perang pecah, AS, UE, NATO tidak juga berani mengirim tentaranya membantu Ukraina, alih-alih ikut berperang langsung, tapi hanya mengirim persenjataan ringan dan menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

Selama ini memang sanksi menjadi tongkat besar AS dan Barat untuk mendemontasikan kepada negara-negara lawannya. Namun jika sanksi ini telah mencapai sasarannya atau sebaliknya justru memukul dirinya sendiri, maka satu demi satu sanksi tersebut dicabut.

Dan kini sanksi berat yang telah dijatuhkan kepada Rusia, meskipun sampai sekarang bagi UE dan negara-negara NATO tampaknya sanksi mereka sudah memukul balik mereka sendiri dan sudah terlihat tidak tertahankan lagi bagi mereka, tetapi AS tetap tidak mau mencabut sanksi bahkan memperberat.

Kini tampaknya Ukraina tetap bertahan tidak mau menyerah. Rusia juga tampaknya tidak menyangka Ukraina bisa bertahan lebih dari satu bulan. Kini tampaknya semua pihak telah kelelahan, untuk menghentikan perang tampaknya Rusia tidak rela karena tujuannya belum tercapai, tatapi untuk melenyapkan Ukraina tampaknya juga dalam beberapa hal tidak realistis.

Selama Ukraina menerima lebih banyak bantuan dari negara-negara Barat, perang secara bertahap memasuki keadaan yang mencemaskan.

Pada 27 Maret, beberapa tentara Rusia yang relevan telah ditarik 70 kilometer dari Kyiv. Setelah itu, banyak tentara Ukraina menemukan apa yang mereka tinggalkan, seperti kendaraan lapis baja infanteri dan peralatan peluncuran lainnya. Beberapa media mulai berspekulasi bahwa Rusia tidak tahan lagi, tampaknya dikarenakan dana pasokan energi terlalu lemah, jika benar-benar terus bertempur, para prajurit di garis depan mungkin menghadapi bahaya kehabisan amunisi dan makanan, yang pada akhirnya akan berakhir dengan kegagalan.

Kabar terakhir Rusia sedang mengubah strategi perang, pasukan ditarik untuk menyerang Donbass. Hari ke-31 perang: tahap selanjutnya tujuan tentara Rusia  mengendalikan Donbass, dan tentara Rusia menggunakan rudal "kaliber" untuk menghancurkan gudang senjata dan amunisi tentara Ukraina.

Negara-negara Barat dan AS sering memamerkan otot-ototnya, dengan tujuan untuk mengancam dan manakut-nakuti seluruh dunia dengan senjata nuklirnya. Inggris meluncur rudal nuklir dengan hulu ledak kosong baru-baru ini.

Berharap Rusia mundur, tapi justru Rusia mengancam menggunakan senjata nuklir pembuat kiamat dunia dan bahkan senjata ultra-tingginya, untuk menunjukkan kepada AS dan Barat, apa pun yang mereka lalukan saya akan tetap menangkap Ukraina.

Bahkan Menlu Rusia dan juru bicara pers Putin pernah mengatakan jika terjadi ancaman terhadap keamanan nasional Rusia, mereka tidak menutup kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir.

Dalam perang ini, justru para pengungsi Ukraina yang benar-benar mengalami kesengsaraan besar dan mengalami bencana besar. Hingga saat ini, ada sebanyak 5 juta pengungsi, tentu saja jumlah ini akan terus meningkat. Kemana pengungsi ini harus pergi?? Ini adalah masalah terbesar bagi banyak orang.

Polandia, Hongaria, dan negara-negara lain telah menerima pengungsi satu demi satu, tetapi mereka tampaknya tidak tertarik pada pengungsi sama sekali, seperti Inggris, AS, dan negara-negara Barat lainnya, dan mereka juga tidak tertarik.  

Tapi pada saat yang sama, mereka juga sama sekali tidak tertarik pada pembicaraan damai. Beberapa negara bahkan mengatakan bahwa betapa miskinnya para pengungsi ini bagi negara-negara Barat, mereka hanya mengatakan simpati dan kasihan di bibir saja, tapi dibelakangnya yang mereka utamakan itu demi keuntungan dan untuk kepentingan mereka terbaik bagi dirinya sendiri.

Sebanarnya bagi Eropa dan AS benar-benar memalukan. Dalam situasi ini, kita telah melihat wajah AS dan UE yang memalukan dan keegoisannya. Ketika AS menjatuhkan sanksi kepada Rusia untuk pertama kalinya, mereka tidak memberikan sanksi untuk Energi Rusia Mengapa?

Karena mereka tahu bahwa sumber energi ini sangat membantunya. Jika sumber energi Rusia dikenakan sanksi, maka sumber energi mereka harganya dapat meroket dengan cepat. Kemudian beberapa negara di Eropa dan AS akan terus mengikuti tipu-tipuan AS.

Ketika situasi berangsur-angsur naik ke tingkat yang tidak terkendali, Zelensky sering mengeluarkan berbagai permintaan bantuan kepada dunia dan bahkan mengekspos wajah jelek negara-negara seperti Eropa dan AS.

Belakangan AS, Eropa, dan bahkan NATO telah memberlakukan sanksi terberat terhadap Rusia, termasuk minyak dan gas yang sebetulkan juga mereka bergantung padanya, juga dimasukkan dalam daftar yang dikenakan sanksi.

Akibatnya rakyat seluruh dunia juga benar-benar ikut menderita, dikarenakan situasi koflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina ini, banyak orang di dunia semua terseret dengan situasi ini berkaitan dengan terjadinya kenaikan harga minyak, lebih-lebih lagi dengan melonjaknya harga gas alam yang terus membungbung tinggi, yang diakibatkan dari sanksi yang kenakan kepada Rusia.

Putin Mengharuskan Negara Tidak Bersahabat Bertransaksi Dengan Rubel

Dengan dijatuhkannya sanksi berat AS, UE jelas tidak dapat mengikuti langka AS yang menghendaki sanksi terus di perberat. Mereka dapat mengikuti asal minyak dan gas alam Rusia tidak termasuk dalam daftar sanksi. Karena bagi Eropa tidak ada sumber lain yang lebih murah untuk mendapatkan minyak dan gas Rusia, demikian juga jika mereka membeli dari AS atau saluran lain.

Membeli Gas dan Minyak dari luar Rusia bagi Eropa menjadi mahal dikarenakan jaraknya yang jauh dan biayanya yang tinggi, sehingga membuat negara-negara ini sedikit tak tertahankan.

Tapi kini Rusia mengumumkan bagi negara-negara yang tidak bersahabat dengan Rusia (negara yang ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia), seperti negara-negara Eropa dan UE  serta Jepang, Taiwan dan Korsel transaksi minyak dan gas diharuskan dengan mata uang Rubel Rusia.

Pada 25 Maret, Associated Press melaporkan pada tanggal 24 di Brussel bahwa permintaan Putin untuk membeli gas alam Rusia dalam rubel bagi negara yang tidak bersahabat.

Negara-negara Uni Eropa yang telah diperlakukan kurang ramah oleh Rusia berkomentar, Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa mengatakan: Saya rasa tidak ada orang di Eropa yang benar mengetahui seperti apa rubel, tidak ada yang membayar dalam rubel selama ini.

Kanselir Jerman Olaf Schol mengatakan bahwa kontrak kami dengan Rusia telah ditetapkan, dan dapat dibayar dengan semua mata uang juga merupakan bagian dari kontrak.

Perdana Menteri Italia Mario Draghi, yang menjabat sebagai presiden Bank Sentral Eropa, mengatakan bahwa jika Rusia menerapkan rencana seperti itu, kami akan menganggap ini sebagai pelanggaran kontrak yang ada. Dilaporkan bahwa mengingat meroketnya harga gas alam, Perdana Menteri Belgia Alexandre De Croo percaya bahwa proposal Rusia bukan tidak mungkin, tetapi tidak seperti yang diharapkan Rusia. Berbagai masalah, termasuk harga, dapat didiskusikan.

Dari berbagai komentar di atas terlihat bahwa negara-negara tersebut tidak mampu menahan lonjakan harga gas alam, dan harga yang ketat naik tajam dalam waktu singkat, karena mereka harus bergantung pada gas alam dan minyak mentah Rusia, warga negara mereka membutuhkannya untuk pemanasan untuk musim dingin.

Jadi kni mereka sedang menghadapi di satu sisi mereka ingin memberikan sanksi kepada Rusia, tapi tidak memberi sanksi untuk energi dan gas Rusia, tapi AS tidak setuju.

Terkahir ini Rusia telah ditendang keluar dari sistem penyelesaian global berupa SWIFT, belum lagi dolar AS dan euro tidak diizinkan untuk digunakan oleh Rusia. Jadi ini bagi AS telah menggali lubang besar negara-negara lain, yang akan menyebabkan pembalasan dan permasalahan:

Pertama, mengapa Rusia meminta negara-negara ini untuk membeli gas alam dalam rubel. Seperti kita ketahui bahwa rubel telah anjlok. Saat ini, jika mereka ini menggunakan rubel untuk transksi berarti mereka harus membeli dengan harga yang berlipat ganda dari harga yang sebelumnya mereka bayar untuk gas alam.

Negara-negara ini tidak bodoh. Mereka tidak mau. Jika rubel digunakan, sanksi AS terhadap Rusia tidak akan berpengaruh sama sekali, dan rubel ini akan segera terkumpul di tangan Rusia. Jadi pada saat-saat demikian tampaknya tidak mungkin bagi AS untuk mencoba mempertahankan hegemoni dolarnya berhasil.

Yang kedua adalah bahwa mereka akan menggunakan metode lain. Ada  proposal untuk menggunakan mata uang Tiongkok RMB. Tentu saja, ini adalah cara terbaik. Karena Rusia juga bisa menerima, dan Tiongkok jelas juga  menerima. Tapi AS akan tidak terima, karena sebelum ini transaksi minyak dan gas alam semua diperdagangkan dalam dolar AS, dan sekarang tiba-tiba beralih ke mata uang lain, seperti RMB, yang akan penerima manfaat utama tidak diragukan lagi adalah Tiongkok.

Dengan adanya sanksi AS saat ini terhadap Tiongkok, AS jelas tidak ingin melihat situasi seperti itu, karena jika demikian akhirnya sanksi AS akan tidak berguna.

Ketiga, negara-negara ini sekarang menolak permintaan semacam ini yang dibuat oleh Rusia, tetapi mereka belum mau juga memikirkan siapa yang menyebabkan hal ini, atau apakah itu disebabkan oleh AS. Negara-negara di UE ini juga akan relatif egois. Jika sekarang mereka tidak melakukan pembelian dari gas Rusia, itu berarti mereka akan menggigil di rumah pada musim dingin mendatang.

Tentu saja, mereka tidak ingin melihat pemandangan ini, dan hasil akhirnya adalah mereka semua akan melepaskan sanksi terhadap Rusia dan menggunakan persyaratan yang diusulkan oleh Rusia untuk membeli semua energi Rusia.

Keempat, dapat dilihat dari pembahasan di atas bahwa sanksi AS pada akhirnya tidak akan populer, dan sanksi AS hanya akan membawa NATO dan UE ke dalam situasi putus asa.

Biden mungkin juga sudah panik saat ini, karena dia tidak pernah mengira bahwa serangkaian sanksi akan menyebabkan serangkaian dampak pada dirinya, atau bahkan menjadi tidak terkendali. Jika sanksi berlanjut, tidak tertutup kemungkinan hegemoni dolar AS akan runtuh tidak ekssis lagi.

Bagaimana Kiranya Krisis Ukraina-Rusia Akan Berakhir, Dan Apa Dampaknya?

Perkiraannya akan sebagai berikut: Diadakan pembicaraan damai dan gencatan senjata, Ukraina terkoyak, Donetsk dan Luhansk menjadi republik merdeka, dan tidak ada cara untuk memulihkan Krimea. Tentu saja, inilah yang paling diinginkan Rusia pada akhirnya.

Jika perang berlanjut, Ukraina akan semakin terluka. Dengan bantuan senjata dari Eropa dan AS dan negara-negara lain terus meningkat, Ukraina tampaknya semakin "bisa bertahan". Mereka berharap perang ini akhirnya bisa dimenangkan mereka, tetapi banyak orang mengabaikannya.

Sebuah fenomena bagaimanapun, Eropa dan AS enggan untuk membuat zona larangan terbang, dan negara-negara seperti Eropa dan AS enggan memberikan bantuan ke Ukraina dengan mengirim pasukan. Mereka semua khawatir hal ini akan membuat Rusia makin nekat dan situasi akhirnya akan di luar kendali.

Jika, Ukraina secara dramatis bergabung dengan UE dan NATO. Saat itu, Rusia akan menjadi musuh. Jelas bahwa tujuan akhirnya Rusia adalah tidak menginginkan Ukraina bergabung dengan NATO dan UE.

Saat ini, Ukraina telah mengklaim bahwa bergabung dengan NATO tidak mungkin dalam 5-10 tahun ini. Adapun Presiden Ukraina saat ini Zelensky, dan presiden Uni Eropa telah berjanji untuk bergabung dengan Uni Eropa sesegera mungkin.

Jika benar-benar bergabung dengan UE, maka AS dan negara-negara Barat lainnya akan langsung menempatkan senjata dan peralatannya Ukraina yang berarti keamanan Rusia akan lebih terancam, dimana rudal-rudal AS dan NATO akan bisa menghantam Moskow dalam 10 menit.

Andaikata Rusia dikalahkan, dan kontradiksi langsung akan ditujukan ke Tiongkok. Kita semua tahu bahwa hubungan antara Rusia dan Tiongkok relatif baik. Saat ini, tiga kekuatan besar di dunia adalah Rusia, Tiongkok, dan AS. Jika Rusia berakhir dengan kekalahan dalam pertempuran ini, maka hanya tinggal Tiongkok dan AS yang tersisa di dunia untuk bersaing satu sama lain. Menurut situasi saat ini, NATO dan bahkan Uni Eropa sudah terikat dengan AS.

Jadi apa yang akan terjadi pada Tiongkok setelah Rusia gagal? Akankah Tiongkok menjadi target serangan bersama AS, NATO dan Uni Eropa? Ini sangat mungkin.

Rusia terpaksa menggunakan senjata nuklir. Tentu saja, ini adalah pilihan terakhir dan jika sudah sangat terpaksa dan sudah tidak ada jalan lain. Namun sebagai orang yang cinta damai, kita tidak ingin melihat itu terjadi, tetapi jika AS tidak berhenti, NATO tidak berusaha mencagah, dan terus melakukannya dengan tidak menahan diri, dan Uni Eropa tidak menahan diri, maka Rusia menggunakan senjata nuklir kemungkinan menjadi kenyataan, dan seluruh dunia bisa menjadi bumi hangus.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.aa.com.tr/en/russia-ukraine-war/russian-troops-pushed-back-more-than-70-kilometers-from-kyiv-ukraines-defense-ministry/2546976

khaleejtimes.com/world/live-russia-ukraine-crisis-un-chief-wants-ukraine-humanitarian-cease-fire

https://www.theguardian.com/world/2022/mar/30/russia-ukraine-war-what-we-know-on-day-35-of-the-russian-invasion

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun