Perdana Menteri Italia Mario Draghi, yang menjabat sebagai presiden Bank Sentral Eropa, mengatakan bahwa jika Rusia menerapkan rencana seperti itu, kami akan menganggap ini sebagai pelanggaran kontrak yang ada. Dilaporkan bahwa mengingat meroketnya harga gas alam, Perdana Menteri Belgia Alexandre De Croo percaya bahwa proposal Rusia bukan tidak mungkin, tetapi tidak seperti yang diharapkan Rusia. Berbagai masalah, termasuk harga, dapat didiskusikan.
Dari berbagai komentar di atas terlihat bahwa negara-negara tersebut tidak mampu menahan lonjakan harga gas alam, dan harga yang ketat naik tajam dalam waktu singkat, karena mereka harus bergantung pada gas alam dan minyak mentah Rusia, warga negara mereka membutuhkannya untuk pemanasan untuk musim dingin.
Jadi kni mereka sedang menghadapi di satu sisi mereka ingin memberikan sanksi kepada Rusia, tapi tidak memberi sanksi untuk energi dan gas Rusia, tapi AS tidak setuju.
Terkahir ini Rusia telah ditendang keluar dari sistem penyelesaian global berupa SWIFT, belum lagi dolar AS dan euro tidak diizinkan untuk digunakan oleh Rusia. Jadi ini bagi AS telah menggali lubang besar negara-negara lain, yang akan menyebabkan pembalasan dan permasalahan:
Pertama, mengapa Rusia meminta negara-negara ini untuk membeli gas alam dalam rubel. Seperti kita ketahui bahwa rubel telah anjlok. Saat ini, jika mereka ini menggunakan rubel untuk transksi berarti mereka harus membeli dengan harga yang berlipat ganda dari harga yang sebelumnya mereka bayar untuk gas alam.
Negara-negara ini tidak bodoh. Mereka tidak mau. Jika rubel digunakan, sanksi AS terhadap Rusia tidak akan berpengaruh sama sekali, dan rubel ini akan segera terkumpul di tangan Rusia. Jadi pada saat-saat demikian tampaknya tidak mungkin bagi AS untuk mencoba mempertahankan hegemoni dolarnya berhasil.
Yang kedua adalah bahwa mereka akan menggunakan metode lain. Ada  proposal untuk menggunakan mata uang Tiongkok RMB. Tentu saja, ini adalah cara terbaik. Karena Rusia juga bisa menerima, dan Tiongkok jelas juga  menerima. Tapi AS akan tidak terima, karena sebelum ini transaksi minyak dan gas alam semua diperdagangkan dalam dolar AS, dan sekarang tiba-tiba beralih ke mata uang lain, seperti RMB, yang akan penerima manfaat utama tidak diragukan lagi adalah Tiongkok.
Dengan adanya sanksi AS saat ini terhadap Tiongkok, AS jelas tidak ingin melihat situasi seperti itu, karena jika demikian akhirnya sanksi AS akan tidak berguna.
Ketiga, negara-negara ini sekarang menolak permintaan semacam ini yang dibuat oleh Rusia, tetapi mereka belum mau juga memikirkan siapa yang menyebabkan hal ini, atau apakah itu disebabkan oleh AS. Negara-negara di UE ini juga akan relatif egois. Jika sekarang mereka tidak melakukan pembelian dari gas Rusia, itu berarti mereka akan menggigil di rumah pada musim dingin mendatang.
Tentu saja, mereka tidak ingin melihat pemandangan ini, dan hasil akhirnya adalah mereka semua akan melepaskan sanksi terhadap Rusia dan menggunakan persyaratan yang diusulkan oleh Rusia untuk membeli semua energi Rusia.
Keempat, dapat dilihat dari pembahasan di atas bahwa sanksi AS pada akhirnya tidak akan populer, dan sanksi AS hanya akan membawa NATO dan UE ke dalam situasi putus asa.