Tiga dekade yang lalu(1990-1992), ketika pemerintah Somalia runtuh, hanya sedikit yang membayangkan bahwa keadaan tanpa hukum yang berkelanjutan di negara itu pada akhirnya akan melahirkan pembajakan dalam skala sedemikian rupa sehingga keamanan kawasan Samudra Hindia bagian barat dapat terancam.Â
Kapal yang lewat dapat dengan cepat dilumpuhkan. Tetapi masalahnya telah berkembang menjadi penyakit global yang sejauh ini memerlukan tujuh resolusi PBB, salah satunya mengizinkan "semua cara yang diperlukan untuk menekan pembajakan dan perampokan bersenjata di laut."
Menurut Organisasi Maritim Internasional PBB (IMO/ The UN's International Maritime Organization), masalahnya adalah masalah global, dengan 276 tindakan pembajakan atau perampokan bersenjata terhadap kapal dilaporkan di seluruh dunia pada tahun 2010. Jika dengan upaya yang gagal ditambahkan, totalnya naik menjadi 489, meningkat 20 persen dari 2009. Meskipun di Laut Tiongkok Selatan mengalami serangan paling banyak, pembajakan di Afrika Timur, sebagian besar dilakukan dari Somalia, berada di urutan kedua.
Menurut laporan IMO, serangan di perairan internasional, di Afrika Timur terjadi terbanyak pada 2010. Satu-satunya nyawa yang hilang tahun itu adalah selama serangan di Afrika Timur, sementara jumlah awak yang disandera di sana, biasanya untuk tebusan, mencapai 629, jauh lebih tinggi daripada di tempat lain.
Menurut IMO, sebuah pusat pelaporan pembajakan yang berbasis di Malaysia, sekitar 54 awak dan penumpang telah tewas di seluruh dunia sejak 2006.
Perompak Somalia adalah kelompok yang terkenal kejam. Mereka sepanjang tahun mengawasi Selat Mandeb (Bab-el-Mandeb), ketika melihat ada kapal lewat, mereka bergegas maju dan menyandera kapal dan merampas muatan atau menuntut tebusan kepada pemilik kapal untuk mendapatkan sejumlah besar uang.
Somalia adalah negara yang sangat miskin dan terbelakang sepanjang tahun negeri ini dilanda perang, sehingga Somalia tidak memiliki industri dalam negeri, menjadi bajak laut bagi orang Somalia adalah untuk mencari nafkah.
Selat Mandeb, dekat Somalia, menjadi daerah perlintasan kapal-kapal perdagangan internasional, berperan sangat penting, sejumlah besar kapal barang internasional lewat selat ini setiap hari.
Karena keterbatasan lingkungan alam di Selat Mandeb, kapal hanya dapat berlayar dengan kecepatan rendah di sini. Kondisi ini memberi kesempatan yang sangat baik untuk menghadang dan merompak kapal yang lewat.
Menurut statistik dari instansi terkait, setiap perompak Somalia dapat memperoleh US$ 79.000 per tahun dengan menyadera kapal di Selat Mandeb.
Kerugian ekonomi juga sangat besar menurut Yayasan non-pemerintah "One Earth Future" yang berbasis di AS, dalam sebuah studi tentang pembajakan laut, memperkirakan bahwa perompak Somalia memeras sekitar US$ 177 juta uang tebusan pada tahun 2009 dan $ 238 juta pada tahun berikutnya. Termasuk biaya premi asuransi yang lebih tinggi, re-routing kapal, keamanan anti-pembajakan dan dampaknya terhadap ekonomi regional, total biaya tahunan dapat berkisar antara $7 miliar dan $12 miliar, menurut studi tersebut.
Dapat dilihat bahwa menyandera kapal merupakan bisnis yang sangat menguntungkan bagi perompak Somalia, namun saat ini preistiwa perompakan di Selat Mande, Somalia jauh lebih baik dari sebelumnya. Ini karena keamanan Selat Mandeb sudah sangat ditingkatkan.
Menurut laporan media, setelah tahun 2008, Teluk Aden mulai dipatroli oleh AL dari berbagai negara. Selain itu, di atas kapal kargo saat ini pada dasarnya telah ditugaskan penjaga keamanan bersenjata. Dalam hal ini, bagi orang Somalia sudah sulit untuk menjadi bajak laut lagi.
Dalam menghadapi militer dan persenjataan modern, perompak Somalia tidak memiliki kemampuan untuk menghadapinya, dan mereka tidak diragukan lagi jatuh ke dalam kemiskinan lagi.
Mencegah atau menghalangi pembajakan dengan patroli dan konvoi AL adalah kebijakan saat ini, yang telah menyebabkan armada kapal AL yang mengesankan dari lebih dari selusin negara di seluruh dunia berpatroli di perairan sekitar Somalia. Kapal kargo yang melewati Teluk Aden bahkan dapat memanfaatkan konvoi AL untuk perlindungan.
Sejauh ini, tampaknya masih belum berjalan sesuai rencana; patroli AL tidak dapat menghentikan atau memperlambat pembajakan di lepas pantai Somalia. Perairan terlalu luas, kapal kargo terlalu banyak, dan perhitungan risiko dan "hadiah" terlalu menggoda bagi bajak laut Somalia.Â
Bahkan dalam kasus yang jarang terjadi ketika kapal AL cukup dekat untuk mecegah serangan pembajakan, ada komplikasi besar yang terkait dengan penembakan terhadap kapal yang dicurigai sebagai bajak laut, terutama ketika bajak laut menggunakan kapal (komando) --- kapal penangkap ikan atau kapal penangkap ikan dengan nelayan yang tidak bersalah di dalamnya.Â
Ada juga komplikasi lanjutan seputar dispensasi hukum tersangka setelah ditangkap. Meskipun Kenya telah setuju untuk mempertimbangkan penanganan persidangan terhadap perompak yang ditangkap, tapi kemampuan pengadilan Kenya yang juga sudah sibuk untuk menangani beban kasus tambahan yang rumit tetap menjadi perhatian.
Hampir semua orang setuju bahwa dengan aramada AL saja tidak dapat menghentikan pembajakan Somalia, dan bahkan mungkin tidak dapat mengurangi insiden pembajakan.
Tiongkok Maju Membantu Penanggulangan
Belakangan ini Tiongkok melangkah maju untuk membantu Somalia dalam membangun patroli maritim dan kerja sama perdagangan.
Sebenarnya, perairan Somalia kaya akan berbagai sumber daya ikan, terutama ikan tuna, jika masyarakat Somalia bisa memanfaatkannya dengan baik maka akan banyak kekayaannya yang bisa digali.
Namun, bagi orang Somalia, menangkap ikan di laut adalah hal yang sangat aneh, dan mengandalkan laut untuk mencari makan laut secara legal adalah sesuatu yang tidak pernah dipikirkan orang Somalia.
Saat ini, Tiongok menyumbangkan 31 kapal penangkap ikan laut berikut dengan pengurusan izin penangkapan ikan. Dengan izin penangkapan ikan ini, kapal peangkap ikan Tiongkok ini dapat berlayar dengan bebas dalam jarak 24 mil laut dari wilayah perairan Somalia dan melakukan operasi penangkapan ikan.
Namun, sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak, kapal nelayan Tiongkok di perairan Somalia hanya bisa menangkap ikan tuna dan ikan sejenis tuna. Selain itu memberi pelatihan untuk orang somalia cara penangkapan ikan di perairan Somalia sekali gus memberi perlatan dan teknik penangkapan ikan.
Maka, dengan bantuan nelayan Tiongkok, warga Somalia secara bertahap mulai menguasai teknologi tersebut. Hasil laut yang mereka tangkap juga akan dibeli oleh kapal nelayan Tiongkok, sehingga orang Somalia akan memiliki cara yang sehat untuk menghasilkan uang. Dengan demikian jumlah bajak laut secara alami diharapkan berkurang.
Kendala Tiongkok
Tiongkok selama ini diakui oleh pengamat militer memiliki AD terkuat di dunia, tetapi AL dan AU nya masih ada kekurangan dan ketertinggalan tertentu, dan selama ini terus diprovokasi oleh negara yang menganggapnya lebih kuat. Saat ini, kekuatan AL dan AU Tiongkok telah berkembang pada posisi terdepan di dunia. Namun, jika dibandingkan dengan beberapa negara, mungkin masih ada celah kecil, ini terkait langsung dengan perkembangan AL dan AU nya yang dikembangkan lebih terlambat.
Seperti banyak orang tahu bahwa proyek pertahanan laut dan udara Tiongkok mulai berkembang perlahan setelah berdirinya negara itu (1949), dan perlahan-lahan dimulai dari eksplorasi tanpa teknologi atau teknologinya masih terbelakang.Â
Dapat dilihat dari sini bahwa satu-satunya kekuatan dan ketekunan orang Tiongkok adalah sama cerdas dan gigihnya dengan orang pendahulunya. Empat penemuan besar Tiongkok: bubuk mesiu, kompas, pembuatan kertas, dan teknologi percetakan telah membawa dunia berkembang hingga hari ini.
Bubuk mesiu adalah kekuatan inti dari semua jenis senjata api. Sedang kemampuan kompas untuk menunjukkan arah dan psoisi, jika orang Tiongkok dulu berniat mengembangkan senjata termal dan kapal perang seperti apa yang disebut kekuatan militer di dunia sekarang, maka certitanya akan lain.Â
Perang internal di Tiongkok kuno pada abad pertengahan penyebabnya terjadi sebagian besar adalah perang saudara, antara etnis Tiongkok. Sebagian besar untuk kebebasan dan kelangsungan hidup, bukan unutk kehancuran. Ini mungkin yang menjadi akar penyebab keengganan dan ketidak sengajaan rakyat Tiongkok untuk tidak memproduksi senjata pemusnah massal.
Tujuan perangnya adalah untuk perdamaian, bukan pembunuhan. Ketika Tiongkok diserbu oleh kekuatan asing, untuk pertahanan diri dan perdamaian permanen Tiongkok sekarang harus memperkuat kekuatannya sendiri untuk menghalangi mereka.
Di masa lalu, tampaknya tidak ada orang Tiongkok yang berpikir untuk mempelajari mengembangkan kapal perang laut, karena hanya ada satu alasan bagi mereka pengembangan kekuatan maritim untuk pelayaran laut lepas untuk perang adalah agresi, dan itu yang menjadi dasar pemikiran orang Tiongkok di masa lalu, sedang Tiongkok tidak pernah ingin menyerang bangsa atau negara mana pun di masa lalu. Karakter orang Tionghoa ini menyebabkan Tiongkok menderita kerugian besar di zaman modern ini, menurut pemikiran mereka dan sebagian pengamat.
Tapi sekarang berbeda, Tiongkok berupuya untuk menjadi kuat, dan mejadi kuat juga untuk perdamaian bagi Tiongkok sendiri. Pada saat yang sama, juga untuk menjaga perdamaian dunia menurut ikrar mereka.
Banyak juga yang mengharapkan Tiongkok juga harus tetap melakukan sesuatu untuk perdamaian dunia. Seperti yang diketahui semua orang, perdamaian dan pembangunan adalah tema utama dunia saat ini.
Namun, dengan merebaknya wabah pandemi Covid-19 yang melanda dunia tak pelak lagi telah mengekspos penyakit negara-negara di seluruh dunia, terutama beberapa negara Barat, bahkan dapat dikatakan bahwa wabah pandemi telah membuat situasi global semakin kacau.Â
Jelas, beberapa negara telah memilih untuk mengadopsi metode paling langsung setelah tidak dapat mengatasi kontradiksi domestik yang semakin intensif, yaitu dengan cepat mentransfer senjata dari dalam negeri ke luar negeri. Jika kita ingin berbicara tentang hal ini, yang paling mewakili negara-negara ini, semua orang akan setuju adalah: Amerika Serikat.
Memang, selama ujian penanggulangan pandemi, AS menggunakan trik "pencuri berteriak menangkap pencuri", mencoba melampar Tiongkok sebagai pendosa besar dunia, dan pada saat yang sama, bersama dengan sekutunya, datang ke Asia--Pasifik dari waktu ke waktu untuk mengganggu dan memprovokasi situasi.
Baru-baru ini, penarikan pasukan dari Afghanistan telah memicu perang panas lokal, yang telah menyebabkan gejolak situasi di Afghanistan dan kepanikan di antara orang-orang di negara itu.Â
Selain itu, AS telah merayu negara-negara Eropa Barat untuk digunakannya sebagai senjata melawan Tiongkok dan Rusia. Dan di ASEAN dengan mengirim pejabat tinggi AS akhir-akhir ini untuk merayu dan membujuk negara-negara ASEAN untuk melawan Tiongkok, serta mengirim alutsista perang besar-besaran di perairan Asia-Pasifik dan LTS.
Oleh karena itu, banyak orang di dunia luar berpikir bahwa di bawah gangguan berulang-ulang dari AS, perang dunia ketiga ini sangat mungkin bisa pecah.
Rasa sakit yang disebabkan oleh Perang Dunia masih tetap bertahan lama bagi orang-orang dari semua kelompok etnis di seluruh dunia. Dan jika terjadi perang global, maka luka-luka dan penderitaan akibat perang pasti akan tidak bisa disembuhkan dalam waktu yang cepat dan akan lama.
Andaikata Pecah P.D. III Negara Mana Yang Akan Lenyap Dahulu?
Maka banyak orang yang berpikir secara "berandai-andai", jika P.D. III pecah negara mana yang akan hilang terlebih dahulu?
Sebenarnya, ini bukan proposisi yang salah, karena media Barat tertentu telah membuat laporan publik tentang topik ini sebelumnya, dan negara yang mereka memprediksi akan hilang lebih dulu sama banyaknya dengan orang luar yaitu: Jepang.
Tentu saja, ini bukan omong kosong, dan alasan mengapa sejumlah besar orang mencapai konsensus tentang masalah ini terutama karena tiga alasan berikut.
Pertama, letak geografis dan hubungan pribadi Jepang membuatnya berpeluang menjadi pusat pecahnya Perang Dunia Ketiga (P.D.III).
Pertama-tama, dari perspektif lokasi Jepang, kita tahu bahwa negara Jepang kecil dan dikelilingi oleh laut, tetapi pada saat yang sama, ambisi Jepang tidak kecil untuk  memenuhi ambisi mereka untuk perang, Tiongkok dan Rusia tentu tidak akan tinggal diam dengan ambisi perang Jepang ini.
Saat itu, Rusia akan meluncurkan hulu ledak nuklir, yang cukup untuk menghancurkan sebagian besar wilayah Jepang. Kedua, bagi rakyat Jepang, semuanya juga harus tahu ini. Karena setelah Perang Dunia II, sebagai pion paling setia AS di kawasan Asia-Pasifik, Jepang tidak populer di kawasan Asia-Pasifik, bahkan tetangganya Korea Selatan sangat tidak menyukai.
Oleh karena itu, sekalipun Jepang menjadi pusat Perang Dunia Ketiga, akan sangat sedikit negara yang akan membantu Jepang.
Oleh karena itu, kita dapat membayangkan dari sini bahwa jika perang dunia ketiga pecah dan AS jelas hanya akan memikirkan kepentingannya sendiri, Jepang dapat diserang oleh banyak kelompok negara hingga menuju kepunahan.
Kedua, Jepang adalah perisai yang didirikan oleh AS di kawasan Asia-Pasifik, begitu peperangan pecah maka akan menjadi senjata dan tameng bagi AS.
Sejak berakhirnya P.D. II, Jepang yang sebelumnya sebagai negara militerisme yang dikalahkan, kini  menjadikan AS sebagai negara pelindungnya. Oleh karena itu, sebagai negara yang kalah perang (P.D. II), Jepang, yang tidak boleh memiliki pasukan perang sendiri, semakin memegangi paha AS.
Tentu tidak dapat disangkal bahwa Jepang yang hanya dapat memiliki Pasukan Bela Diri dengan bantuan AS, namun tidak dapat diabaikan kekuatan militernya. Tetapi pada saat yang sama, pangkalan militer yang didirikan oleh AS di Jepang juga telah menyebabkan ikatan mendalam antara Pasukan Bela Diri Jepang dengan AS, namun AS akan tetap mendasarkan pada sifat utamanya mementingkan dirinya.
Begitu situasi di wilayah itu tidak menguntungkan, AS akan tidur dan pergi tepat waktu (terkahir terbukti di Irak dan Afghanistan), sementara Jepang hanya bisa menyaksikan AS dengan lambaian tangan mengucapkan selamat jalan.
Di sisi lain Jepang harus menanggung kemarahan yang seharusnya ditujukan kepada AS. Dalam menghadapi serangan yang sengit, keunggulan militer Jepang yang asli juga telah hilang. Jadi Jepang akan menjadi kambing hitam terbaik bagi AS di Pasifik Barat.
Namun Jepang mungkin sudah menyadari situasinya sendiri dan mencoba untuk melepaskan diri dari AS dengan cara-cara tertentu, dan AS bukan tidak sadar akan hal ini.
Oleh karena itu, jika Jepang dengan sadar tidak akan menjadi pasukan perang AS, dan mencoba melepaskan ikatannya dengan AS. Maka mungkin yang akan melancarkan ofensif bukan negara-negara Asia Pasifik, tetapi justru AS yang akan mengakhirinya secara pribadi.
Maka pada saat itu, Jepang akan tidak punya tempat untuk bertahan hidup. Selain itu, letak geografis Jepang sangat tidak baik. Di satu sisi, berada di zona gempa vulkanik. Di sisi lain, beberapa ahli telah menyatakan bahwa geografis Jepang sudah berada pada tahap tenggelam.
Dalam hal ini, Jepang tidak dapat menahan ancaman itu. Begitu sebuah negara menggunakan senjata nuklir menghantamnya, hasilnya mungkin akan terbukti dengan sendirinya.
Tentu saja, semua penilaian di atas ini hanya didasarkan pada proposisi "berandai-andai". Adapun perang, kita masih berharap tidak terjadi.
Bagaimanapun, hanya dalam lingkungan yang damai dunia dapat berkembang lebih baik.
Sedangkan untuk Jepang, mungkin kita harus benar-benar memikirkan mengapa ada yang memprediksi akan menghilang jika terjadi P.D. III, yang dikemukakan oleh media dari berbagai negara dan bahkan juga media AS.
Jadi, pada akhirnya, kita perlu memperingatkan ke negara-negara tertentu dan lainnya. Harap berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu, harus tetap memikirkan kemana kiranya akibatnya atas perbuatannya.......
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H