Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perang Dagang AS-Tiongkok, Berbagai Serangan AS Tampaknya Termentahkan

1 September 2021   17:11 Diperbarui: 1 September 2021   18:24 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AS memulai perang dagang dengan Tiongkok tiga tahun lalu. Sekarang tiga tahun telah berlalu. Menurut laporan Moody's, hanya sekitar 7,6% dari tarif yang dikenakan dalam perang dagang ditanggung oleh perusahaan Tiongkok, dan sisanya 90%. Tarif ditanggung oleh perusahaan dan konsumen AS.

Biaya Ekonomi Perang Dagang

Perang dagang menyebabkan kesengsaraan ekonomi di kedua belah pihak dan menyebabkan pengalihan arus perdagangan dari Tiongkok dan AS. Seperti yang dijelaskan oleh Heather Long di Washington Post, "pertumbuhan ekonomi AS melambat, investasi bisnis membeku, dan perusahaan tidak mempekerjakan banyak orang. Di seluruh negeri, banyak petani bangkrut, dan sektor manufaktur dan transportasi barang telah mencapai titik terendah yang tidak terlihat sejak resesi terakhir. Tindakan Trump merupakan salah satu kenaikan pajak terbesar dalam beberapa tahun."

Sebuah studi September 2019 oleh Moody's Analytics menemukan bahwa perang perdagangan telah merugikan ekonomi AS hampir 300.000 pekerjaan dan diperkirakan 0,3% dari PDB riil. Studi lain menempatkan biaya terhadap PDB AS sekitar 0,7%. 

Sebuah laporan tahun 2019 dari Bloomberg Economics memperkirakan bahwa perang perdagangan akan merugikan ekonomi AS sebesar US$ 316 miliar pada akhir tahun 2020, sementara penelitian yang lebih baru dari Federal Reserve Bank of New York dan Universitas Columbia menemukan bahwa perusahaan-perusahaan AS kehilangan setidaknya $1,7 triliun dalam harga saham mereka sebagai akibat dari tarif AS yang dikenakan pada impor dari Tiongkok.

Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa perusahaan-perusahaan AS terutama membayar tarif AS, dengan biaya yang diperkirakan hampir US$ 46 miliar. Tarif memaksa perusahaan-perusahaan AS untuk menerima margin keuntungan yang lebih rendah, memotong upah dan pekerjaan bagi pekerja AS, menunda kenaikan atau perluasan upah potensial, dan menaikkan harga untuk konsumen atau perusahaan AS. 

Seorang juru bicara Biro Pertanian AS menyatakan bahwa "petani telah kehilangan sebagian besar dari apa yang dulunya merupakan pasar senilai US$ 24 miliar di Tiongkok" sebagai akibat dari tindakan pembalasan Tiongkok.

Sementara itu, defisit perdagangan barang AS dengan Tiongkok terus tumbuh, mencapai rekor US$ 419,2 miliar pada 2018. Pada 2019, defisit perdagangan menyusut menjadi US$ 345 miliar, kira-kira sama dengan 2016, sebagian besar sebagai akibat dari berkurangnya arus perdagangan. Perlu dicatat bahwa, sementara defisit AS dengan Tiongkok menurun, defisit perdagangan secara keseluruhan tidak.

Tarif sepihak Trump terhadap Tiongkok, menyebabkan pengalihan arus perdagangan dari Tiongkok, menyebabkan defisit perdagangan AS dengan Eropa, Meksiko, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan meningkat sebagai akibatnya.

Tiongkok juga merasakan kepedihan ekonomi sebagai akibat dari perang dagang, meskipun tampaknya tidak cukup untuk menyerah pada tuntutan inti pemerintahan Trump untuk reformasi struktural utama.

Memang, ketika perang perdagangan berlarut-larut, Tiongkok menurunkan tarifnya untuk mitra dagang lainnya karena mengurangi ketergantungannya pada pasar AS. Kesepakatan akhir yang diumumkan kedua belah pihak pada 15 Januari 2020, sebagian besar mirip dengan tawaran yang diajukan Tiongkok sejak awal -- peningkatan pembelian barang ditambah komitmen pada peningkatan perlindungan kekayaan intelektual, mata uang, dan transfer teknologi secara paksa.

Yang hilang dari kesepakatan itu adalah gerakan maju apa pun tentang subsidi, perusahaan milik negara, dan penggunaan kebijakan industri Tiongkok untuk menguntungkan perusahaannya sendiri daripada pesaing asing. Kemajuan dalam akses pasar juga terbukti mengecewakan di luar sektor keuangan. Tantangan ini dan lainnya ditunda untuk negosiasi fase dua, yang belakang dikatakan Trump tidak sedang dipertimbangkan saat itu.

Sumber: South China Morning Post
Sumber: South China Morning Post
AS Mencetak Uang Dollar

Setelah wabah pandemi Covid-19, AS mati-matian mencetak uang, tetapi Tiongkok tidak mau menjadi "tukang terima". Oleh karena itu, setelah AS mencetak uang krisisnya tidak dapat ditransfer. Selama Tiongkok tidak menjadi "tukang terima", AS akan kelimpungan sendiri.

Akibatnya, inflasi di AS terus berlanjut, dan masalah polarisasi dan kesenjangan antara si kaya dan si miskin menjadi lebih serius. Kenyataan situasi dunia kini, hari ini hanya AS yang meminta bantuan dari Tiongkok dan hanya Tiongkok yang bisa membantu AS, negara lain benar-benar tidak bisa banyak membantu.

Ambil contoh, Jepang. Meskipun memiliki banyak dolar AS, namun Jepang sendiri adalah negara yang berhutang banyak, dan utang domestik dalam negerinya juga besar. Negara-negara Eropa sekarang kewalahan oleh ekonomi mereka.

Tidak ada negara lain yang memiliki kekuatan untuk mengatasi gap besar AS, tetapi meskipun AS ingin Tiongkok untuk membantu, tetapi di sisi lain sikapnya terhadap Tiongkok tidak ramah-tamah, terus masih mengutuk Tiongkok dan memandang rendah. Akhirnya, ada pertemuan di Tianjin pada 26 Juli 2021.

Sumber: bbc.com
Sumber: bbc.com
Tiongkok telah menarik tiga garis merah dan dua daftar tuntutan keapada AS untuk itu. Konsekuensi buruk dari perang dagang hanya dapat ditanggung oleh AS.

Artikel ini menerjemahkan sebagian dan ringkasan dari dua daftar yang diberikan Xie Feng kepada Sherman, dua set tuntutan, yang pertama dari dua persyaratan ini adalah untuk mencabut pembatasan visa pada anggota Partai Komunis Tiongkok (pencabutan pembatasan visa pada anggota Partai Komunis), mengabaikan sanksi terhadap pejabat Tiongkok, tidak lagi menuduh organisasi media Tiongkok di AS sebagai agen asing, tidak melakukan penindasan terhadap perusahaan Tiongkok dan menarik permintaan ekstradisi Meng Wanzhou (Huawei).

Menlu Tiongkok Wang Yi menegaskan kembali persyaratan dari Beijing dalam pembicaraan di Tianjin dengan Wakil Menlu AS Wendy Sherman, bahwa AS berhenti mengkritik sistem politik Tiongkok, membatalkan semua sanksi dan tarif, dan menjauh dari urusan Hong Kong, Taiwan dan Xinjiang.

Tentu saja, karena ini perang dagang, Tingkok mengalami lebih sedikit kerugian, karena pencegahan dan pengendalian pandemi di Tiongkok jauh lebih baik daripada AS.

Pesanan dan dana dunia tetap mengalir ke Tiongkok, termasuk dana AS juga mengalir ke Tiongkok, meskipun harga produk Tiongkok telah meningkat, perusahaan-perusahaan AS masih nekat membeli barang-barang Tiongkok.

"Kartu Hong Kong"

Tetapi dalam keadaan demikian AS masih memainkan "kartu Hong Kong", namun  Tiongkok telah mengadopsi (mengkonter) dengan metode atau jurus taktik ke-19 dari "36 The Art of War" yaitu mencabut bahan bakar dari yang menimbulkan masalah (mencabut akar permasalahannya), dengan menerbitkan UU Kemananan Nasional Hong Kong (HK). Yang berakibat semua kekuatan pro-kemerdekaan Hong Kong langsung sirep.

Kerusuhan Hong Kong akhirnya juga menimpa Kongres AS di Capitol seolah sebagai kualatnya dari ulah AS dan pernyataan Nancy Pelosi ketua DPR AS, yang sebelumnya mengatakan bahwa kerusuhan HK sebagai "pemandangan indah", namun belakangan justru "pemandangan indah" ini terjadi pada Capitol di kantor pribadinya.

Sumber: People.com
Sumber: People.com
Dibandingkan dengan polisi Hong Kong dan polisi AS dalam memadamkan kerusuhan, polisi Hong Kong lebih terkendali dan profesional. Kongres AS telah mengeluarkan begitu banyak resolusi (UU dan sanksi) terkait Hong Kong, tetapi tindakan balasan Tiongkok sama sekali tidak lunak.

Menanggapi sanksi AS, memutuskan untuk mengambil tindakan balasan timbal balik. Berdasarkan "Anti-Foreign Sanction Act", mantan Menteri Perdagangan AS Ross, ketua US-China Economic and Security Review Committee (USCC) Caroline, Bartholomew, Jonathan, former office director of the "Congress-Executive China Committee" (CECC). Stilworth, "American Nationality Affairs Democratic Association" Jin Duyun, "American Nationality Republic Institute" authorized representative in Hong Kong Adam King, "Human Rights Watch" China Director Sophie. Tujuh personel dan entitas AS termasuk Richardson dan the "Hong Kong Democracy Committee" dijatuhi sanksi oleh Tiongkok.

Dan ini merupakan yang  pertama kalinya bagi AS telah dijatuhi sanksi oleh pihak asing. Ini menjadi persis sama seperti apa rasanya jika dijatuhi sanksi oleh negara lain, sehingga AS juga merasa bagaimana rasanya jika dijatuhi sanksi negara lain seperti apa yang sering AS lakukan selama ini.

"Kartu Xinjiang"

Kemudian AS memainkan "kartu Xinjiang" lagi. Namun, kenyataan Tiongkok di Xinjiang telah melakukan jauh lebih baik daripada AS dalam semua aspek. Di Xinjiang tidak terjadi insiden teroris selama empat tahun berturut-turut.

Xinjiang telah menerima lebih dari 200 juta turis selama setahun, rekor tertinggi dalam sejarah. Bahkan seharusnya akan ada lebih banyak turis tahun ini, tetapi tahun terakhir ini tiba-tiba terjadi wabah pandemi, jika tidak maka akan melebihi lebih dari 200 juta dari pada tahun 2019.

Tahun ini diperkirakan tidak akan terlalu kecil, hal ini tidak terlepas dari pengembangan lebih lanjut dari pencegahan dan pengendalian pandemi domestik Tiongkok. Jika dibandingkan dengan AS, situasi AS yang melakukan tindakan kontra-terorisme, kenyataan semakin AS melaukukan kontra-terorisme, tapi terorisme semakin terlihat makin menakutkan.

Jika kita lihat setelah peristiwa "9/11(11 september)", AS meluncurkan apa yang disebut "perang global melawan terorisme." Dengan melancarkan Perang Afghanistan, Perang Irak, dll. Perang ini telah berlangsung selama 20 tahun, dan perang justru telah menyebar ke lebih dari belasan negara.

Menurut statistik dari Brown University di AS, lebih dari 800.000 orang tewas dan lebih dari 37 juta orang mengungsi dalam dua dekade terakhir.

AS dapat dikatakan telah menciptakan tragedi manusia paling banyak sejak Perang Dunia II, jadi harus jujur dapat dikatakan, serangan AS terhadap Tiongkok dengan "kartu Xinjiang" menjadi mentah menurut pandangan umum publik.

Belum lama ini (bulan Juni) Senat Kanada menolak proposal terkait Xinjiang. Artinya, ini menunjukkan lebih banyak orang di Barat mulai menyadari bahwa desas-desus dan fitnah mereka terhadap Xinjiang keterlaluan dan tidak benar.

Senat Kanada menolak untuk melabeli perlakuan Tiongkok terhadap populasi minoritas Muslim Uyghur sebagai genosida Selasa malam (29 Juni 2021).

Sebuah mosi yang diajukan oleh Senator Leo Housakos meminta Senat untuk mengakui bahwa genosida saat ini sedang dilakukan terhadap Uyghur dan Muslim suku Turki lainnya.

Dua puluh sembilan senator memberikan suara mendukung mosi tersebut, 33 senator memberikan suara menentang dan 13 abstain. Yang berarti mosi ini gagal. Baca:

Aksi AS dan Barat di PBB untuk Uyghur Xinjiang dan Konter Tiongkok

Mengapa AS Dan Barat Terus Meributkan Uyghur Xinjiang?

"Kartu Teknologi"

AS juga memainkan "kartu teknologi", sehingga Huawei telah menderita beberapa kerugian, tetapi masih bisa bertahan. Namun, sebaliknya justru perusahaan chip AS yang sedikit tidak dapat menahannya. Perusahaan chip AS menghadapi perintah administratif dari pemerintah AS menderita satu demi satu, dan daftar hitam yang diumumkan oleh pemerintah satu demi satu mengganggu rantai pasokan global, berakibat produksi chip di seluruh dunia kekurangan.

AS masih berjuang di bidang-bidang seperti 5G, dengan sedikit kemajuan. Namun, AS masih terus saja meluncurkan perang ilmiah dan teknologi, tapi Tiongkok telah mengerahkan seluruh lapisan masyarakatnya untuk membulatkan tekadnya mengembangkan sendiri teknologi dalam negerinya.

Dengan tanpa ragu dan tegas memulai mengembangkan jalan inovasi teknologi indepeden, dengan mencari terobosan untuk apa saja yang diblokir AS, dan akhirnya justru Tiongkok menemukan jalannya dan menghasilkan produk khas Tiongkok dan ketrampilan unik Tiongkok. Baca:

Huang Lingyi Penyelamat Industri Ponsel Pintar Tiongkok Dari Embargo Chip AS

Baru-baru ini, industri kedirgantaraan Tiongkok sering melaporkan kabar baik. Sebagai contoh baik dimana kali ini, meskipun AS telah memblokir dan menuntup dengan rapat teknologi kedirgantaraannya, namun Tiongkok berhasil  mendaratkan Rover di Planet Mars, dan berputar-putar dan mendarat di Bulan beberapa bulan yang lalu.

Baru-baru ini, sebuah stasiun luar angkasa dibangun melalui pesawat ruang angkasa Shenzhou. Lebih dari 20 negara telah mengajukan kerjasama dengan stasiun luar angkasa Tiongkok, dan AS juga telah ikut melamar, tetapi Tiongkok mengatakan bahwa aplikasi AS untuk proyeknya tidak memenuhi syarat, jadi ditolak.

"Kartu Pelacakan Sumber Pertama Pandemi Covid-19"

Setrelah semua serangan AS di atas telah termentahkan oleh Tiongkok, kini AS melancarkan serangan dengan "Kartu Pelacakan Asal Usul Pandemi Covid-19" .

Tahun lalu, Trump meneriak-neriakan tentang "China Virus" , namun tampaknya belum berhasil. Dengan serangan-serangan bertubi-tubi di atas tidak membawakan hasil kini Biden mengambil alih warisan Trump dan terus menyebarkan kabar "virus eksprimen bocor dari Lab. Wuhan"

Bahkan departemen intelijen AS diharuskan untuk membuat kesimpulan dalam waktu 90 hari. Tapi sekarang dunia berada di era Internet. Data digital Internet mudah dilacak dan dibaca. Pada 15 Juni tahun ini, kepala National Institutes of Health AS (NIH) ) menyatakan bahwa bukti menunjukkan bahwa virus corona mahkota baru terjadi pada Desember 2019 dan telah menyebar di AS.

Dan sekarang, lebih dari 25 juta orang Tiongkok telah menandatangani di Internet meminta agar AS membuka laboratorium Fort Detrick dan Universitas Carolina di AS untuk diselidiki oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tiongkok dengan jelas menyatakan permintaannya untuk segera menyelidiki negara-negara di mana virus muncul lebih awal dari Tiongkok, termasuk AS disertakan.

Banyak pengamat yang sberuara rasional seperti itu semakin mendapat perhatian dari komunitas internasional. Namun AS masih akan memainkan berbagai kartu, tetapi tampaknya tidak ada yang luar biasa.

Meskipun AS telah coba menyerang dengan kartu HK dengan mengacaukan HK dengan isu demokrasi, dan mencetuskan desas-desus tentang HAM dan genosida di Xinjiang, namun sebegitu jauh hingga kini AS tidak berhasil dengan tidak terlihat adanya dukungan dari negara-negara Muslim untuk AS.


Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun