Suatu waktu ada laporan tentang "kematiannya" muncul di media dari waktu ke waktu. "Hindustan Times" pernah melaporkan bahwa Akhundzada tewas dalam ledakan di Balochistan, Pakistan pada tahun 2020, dan media mengatakan bahwa dia meninggal karena terpapar Covid -19. Desas-desus itu tentu saja tidak benar.
Sejak dia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2016, dia telah bekerja keras untuk memperbaiki angkatan bersenjata yang tersebar di berbagai tempat untuk membentuk kekuatan militer yang "dinormalisasi", dan membagikan seragam kamuflase standar.Â
Sejak pasukan AS dan NATO mulai mundur pada awal Mei, Taliban melancarkan serangan offensif untuk menyapu Afghanistan di puluhan wilayah, dalam seminggu terakhir, serangan gencar berturut-turut telah merebut beberapa ibu kota provinsi.
Pada malam 15 Agustus 2021, dia mengambil alih istana kepresidenan di Kabul, ibu kota Afghanistan. Meskipun Taliban mengumumkan amnesti bagi warga Afghanistan yang bekerja sama dengan pemerintah dan militer Barat, banyak orang masih berbondong-bondong ke Bandara Internasional Kabul, ingin segera kabur dengan pesawat.
Militer AS yang bersenjata lengkap masih mengendalikan Bandara Internasional Kabul, dan tentara AS yang gugup berteriak-teriak pada orang Afghanistan yang berbondong-bondong datang untuk mundur. . .
Staf Kedutaan Besar AS juga dievakuasi dengan tergesa-gesa. Dibandingkan dengan Akhundzada, dia terlihat sangat tenang. Bagaimanapun, 20 tahun penduduk AS dan perang sudah "berakhir". Kini giliran Afghanistan dan Taliban bagimana akan berubah, dia berkata: "Perdamaian dan keamanan Afghanistan seharusnya tidak bergantung pada orang asing. marilah kita selesaikan masalah kita sendiri".
Akhundzada lahir pada tahun 1961 di distrik Panjwayi di Provinsi Kandahar pada saat Kerajaan Afghanistan. Seorang Pashtun, dia dari klan atau suku Noorzai. Nama depannya, Hibatullah yang lebih umum digunakan sebagai nama anak perempuan yang berarti "hadiah dari Allah" dalam bahasa Arab.
Ayahnya adalah seorang imam desa tidak memiliki tanah atau kebun sendiri, keluarga bergantung pada apa yang jamaah bayarkan kepada imam secara tunai atau sebagian dari hasil panen mereka.
Akhundzada belajar di bawah bimbingan ayahnya. Keluarganya bermigrasi ke Quetta setelah invasi Soviet dan Hibatullah melanjutkan pendidikannya di salah satu seminari pertama yang didirikan di lingkungan Sarnan. Kandahar adalah base camp Taliban.
Sebagai guru di sekolah, banyak senior Atta yang mendengarkan ceramah-ceramahnya dan sangat dihormati.
Setelah Taliban berkuasa pada tahun 1996, Akhundzada, Â menjadi ketua mahkamah Islam, dan dia sangat dipercaya. Banyak orang yang pernah mengikuti cermah-ceramahnya mengatakan bahwa bahwa dia itu ilmunya tinggi dan pandai bicara.