Bagi pertimbangan Min Aung Hlaing, jika Tiongkok mendiamkan kudeta, Â Min Aung Hlaing akan menggunakan keadaan darurat nasional satu tahun untuk mengubah aturan pemilihan dan kemudian menjadi Presiden Myanmar melalui "pemilihan".
Berdasarkan perhitungan Min Aung Hlaing setelah berkuasa, dia pasti akan dengan gencar menyerang kelopok sipil bersenjata di utara Myanmar, dengan membuat kekacauan di perbatasan antara Myanmar dan Tiongkok, kemudian memaksa Tiongkok turun tangan. Ini adalah angan-angan militer Myanmar.
Dan jika NLD memberontak dengan sengit, Min Aung Hlaing mungkin akan memulai perang di Myanmar utara sedini mungkin. Sebaliknya, begitu dia menjadi presiden, dia pasti akan memukul warga sipil di utara Myanmar.
Singkat kata, ini adalah ambisi dan spekulasi politik militer Myanmar dan Min Aung Hlaing yang menjadi satu.
Dan ini juga menjadi saatnya untuk menguji Tiongkok. Andai kata Tiongkok karena adanya tekanan dari tenggara Tiongkok (LTS) tidak mau membuat banyak masalah dan diam-diam saja, itu berarti menyetujui kudeta militer dan kuasanya Min Aung Hlaing.
Tetapi meskipun andai kata Tiongkok tidak menyetujui kudeta, namun bagaimana dengan kebijakan yang tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain? Tentu saja ini memerlu persyaratan yang tinggi untuk waktu, senjata, dan keberanian.
Bagi Tiongkok, hasil yang paling menguntungkan tentu saja situasi kembali seperti sebelum kudeta dan Min Aung Hlaing mengurungkan ambisinya dan mengundurkan diri.
Tetapi untuk mencapai tujuan ini, variabelnya tidak kecil dan koefisien kesulitannya sangat tinggi.
Coba Bergabung Dengan Indo-Pasifik
Ketiga, Min Aung Hlaing ingin bergabung dengan strategi Indo-Pasifik AS. Â Selain dua kemungkinan yang disebutkan di atas, ada kemungkinan lain untuk mencapai tujuan politiknya dengan penggunaan strategi Indo-Pasifik AS melalui India.