Hal kedua adalah mereka benar-benar melihat kebangkitan ekonomi Tiongkok. Kemudian media arus utama Barat melihat lonjakan permintaan konsumen Tiongkok dari acara-acara seperti libur Hari Nasional. Ekonomi Tiongkok telah mulai berada di jalur yang benar, dan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat telah pulih menjadi normal.
Tiongkok menjadi menjadi satu-satunya ekonomi besar di dunia dengan pertumbuhan ekonomi positif pada tahun 2020. Kemudian IMF memprediksi angka pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2021 bisa mencapai 8,2%.
CNN juga melakukan evaluasi semacam itu, mengatakan bahwa mereka telah melihat kepercayaan diri Tiongkok dari situasi saat Hari Nasional Tiongkok (1 Oktober), dan Tiongkok telah menunjukkan rasa bangga bahwa pandemi telah dikendalikan. Mereka mengatakan hal ini sangat kontras dengan pandemi di belahan dunia lain, terutama di negara-negara Eropa, India, dan Brazil yang wabahnya masih merajalela.
Mereka mengatakan negara berpenduduk 1,4 miliar orang ini menjadi satu-satunya yang dilanda pandemi di dunia yang bisa memenangkan perang melawan pandemi Covid-19. Yang membuat bangga semua rakyat Tiongkok sendiri.
Namun tampaknya pada laporan media arus utama Barat yang relatif obyektif tentang Tiongkok ini sebagian besar karena mereka penasaran mengapa keadaan tidak menjadi lebih buruk.
Kemudian New York Times menerbitkan artikel dengan refleksi diri pada 13 Maret 2020. Seorang penulis yang tinggal di Beijing bernama Ian Johnson. Dia mengatakan "Tiongkok telah diuntungkan dari dunia Barat, tetapi sebaliknya justru Barat yang menyia-nyiakan saja "Tiongkok telah menghadapi keadaan darurat yang serius, tetapi pemerintah Barat yang sudah menerima pemberitahuan itu beberapa minggu sebelumnya, tetapi negara-negara Barat tampaknya gagal belajar dari pengalaman dan pelajaran Tiongkok dan menutup mata terhadap tindakan efektif yang telah diambil Tiongkok. Bahkan beberapa pihak luar ingin mengatakan bahwa pengalaman Tiongkok itu eksklusif atau keterkecualian. Sebenarnya, ini semacam menghibur diri. Mereka berpikir bahwa letak Tiongkok masih terlalu jauh, dan penyakit menular pasti tidak akan menyebar sejauh ini kepada kita (negaranya)."
Namun, menurut penulis ini, alasan penting kelompok ini adalah bahwa dunia luar, terutama Barat, terobsesi dengan sistem politik Tiongkok dan meremehkan nilai pengalaman Tiongkok bagi mereka.
Sebenarnya penulis Barat ini seperti Ian Johnson ingin menggunakan keberhasilan Tiongkok dalam memerangi pandemi untuk merangsang pemerintah mereka agar sadar dan secara aktif berpartisipasi dalam perang melawan pandemi ini.
Secara relatif, kelompok yang dapat melihat Tiongkok dengan mata terbuka hanyalah kelompok ilmuwan asing dan profesional medis. Banyak dari mereka yang memperhatikan epidemi Tiongkok dan sangat meyakinkan serangkaian tindakan pencegahan dan pengendalian Tiongkok cukup efektif.
Saat itu, seseorang di media Barat bertanya kepadanya, bukankah pendekatan Tiongkok merupakan pelanggaran hak asasi manusia? Aylward menjawab seperti ini, "Tidak, ini adalah humanitarianisme yang hebat." Dia berulang kali mengatakan bahwa "Saya telah melihat orang-orang Tiongkok menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar kepada keluarga, komunitas, untuk melindungi keselamatan negara, komunitasnya dan dirinya sendiri serta melindungi umat manusia." Dia berkata "Ini sungguh membuat kita sangat terharu."