Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa AS Susah Melakukan Reformasi Konstitusi?

29 Desember 2020   14:42 Diperbarui: 1 Januari 2021   02:04 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Baker Library-Harvard Business School + www.onlyinyourstate.com

Joseph E. Stiglitz: Ekonom pemenang Hadiah Nobel dan penulis buku terlaris menantang kita untuk membuang fundamentalis pasar bebas dan merebut kembali ekonomi

Di AS dan Barat semua memiliki perasaan bahwa ekonomi mereka condong ke arah bisnis besar, tetapi, seperti yang dijelaskan Joseph E. Stiglitz dalam People, Power, and Profits, beberapa perusahaan sekarang mendominasi seluruh sektor, berkontribusi pada meroketnya ketimpangan dan pertumbuhan yang lambat. Beginilah cara industri keuangan berhasil membuat peraturannya sendiri, perusahaan teknologi telah mengumpulkan banyak sekali data pribadi tanpa pengawasan, dan pemerintah telah merundingkan kesepakatan perdagangan yang gagal mewakili kepentingan para pekerja. Terlalu banyak yang membuat kekayaan mereka melalui eksploitasi orang lain daripada melalui penciptaan kekayaan. Teknologi baru dapat memperburuk keadaan, meningkatkan ketidaksetaraan dan pengangguran.

Stiglitz mengidentifikasi sumber kekayaan yang sebenarnya dan peningkatan standar hidup, berdasarkan pembelajaran, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan aturan hukum. Dia menunjukkan bahwa serangan terhadap peradilan, universitas, dan media merusak institusi yang telah lama menjadi fondasi kemakmuran ekonomi dan demokrasi. Dia menetapkan solusi ekonomi yang akan memanfaatkan keuntungan pasar sambil menjinakkan ekses mereka.

Joseph E. Stiglitz, adalah seorang pakar Barat dengan pengaruh global, dia adalah kepala mantan ekonom Bank Dunia, dan analisisnya tentang ekonomi dan sistem politik AS sangat dalam dan kuat.

Setelah pecahnya krisis keuangan AS tahun 2008, dia mengubah ungkapan terkenal dari Presiden Lincoln "Demokrasi, aturan rakyat, dan kesejahteraan rakyat" "Of the people by the people for the people (Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat)" menjadi "1% punya rakyat, 1% untuk rakyat, 1 "% rakyat menikmatinya" Of the 1% by the 1% for the 1%, yang dapat digambarkan sebagai satu kata yang merangkum situasi politik AS saat ini yang didominasi oleh orang kaya dan jurang yang sangat besar antara si kaya dan si miskin.

Memang harus diakui kita semua sedang menghadapi perubahan besar yang tidak terlihat dalam satu abad. Era dimana yang membutuhkan pemikiran pasti untuk memimpin era ini.

Dalam buku barunya, Stiglitz pertama-tama menunjukkan bencana yang disebabkan oleh neoliberalisme atau fundamentalisme pasar di AS. Datanya sebenarnya sangat memilukan.

Dia mengatakan bahwa dalam 40 tahun terakhir, yaitu dari tahun 1974 hingga 2014, setelah dikurangi faktor harga yang menyumbang 90% penduduk, rata-rata pendapatan masyarakat kelas bawah hampir tidak berubah. Pendapatan rata-rata orang kaya AS yang terdiri dari 1% dari populasi AS, melonjak.

Dia mengunjungi Tiongkok setiap tahun, dan memberitahu bahwa di AS selama 40 tahun ini, pendapatan sebagian besar orang AS tidak meningkat. Sedang di Tiongkok tingkat pendapatan orang Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi yang paling cepat berkembang di dunia. Menurut statistik Biro Statistik Nasional Tiongkok sejak 40 tahun reformasi dan keterbukaan, pendapatan riil orang Tiongkok telah meningkat 23 kali lipat, dengan tingkat pertumbuhan riil tahunan rata-rata 8,5%.

Stiglitz juga menyebutkan bahwa di kampung halamannya di Gary, Indiana-AS,  pernah menjadi lokasi perusahaan baja terbesar di AS, tetapi dengan terjadi de-industrialisasi, karena terjadi kemerosotan ekonomi, kini pabrik baja  itu menjadi penuh dengan atap bocor disana sini dan hancur, kini menjadi basis pembuatan film untuk film Hollywood yang bertemakan  hari kiamat.

Sumber: Baker Library-Harvard Business School + www.onlyinyourstate.com
Sumber: Baker Library-Harvard Business School + www.onlyinyourstate.com
Dalam bentuk kalimat paralel, dia menunjukkan bahwa ekonomi AS membutuhkan reformasi, politik membutuhkan reformasi, dan nilai-nilai AS membutuhkan reformasi. Dia menulis bahwa ekonomi di AS ada yang salah, dan orang selalu berpikir bahwa pasar yang tidak terkekang mencakup pemotongan pajak dan deregulasi. Itu adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan semua masalah ekonomi.

Tetapi mereka tidak tahu bahwa bahaya yang dibawa oleh kekuatan pasar disebut market power. Dia mengatakan bahwa orang AS telah percaya dengan buta selama bertahun-tahun bahwa setiap orang mengejar maksimalisasi kepentingan mereka sendiri dan secara otomatis meningkatkan kesejahteraan keseluruhan masyarakat.

Namun hasilnya tidak demikian, praktik model ekonomi neoliberal di AS selama beberapa dekade terakhir telah membuktikan bahwa mereka telah melahirkan "hak monopoli di pasar" di mana-mana.

Kemudian Stiglitz lebih memperdalam analisisnya, dia mengatakan bahwa politik AS salah, dan terlalu banyak orang percaya bahwa pemilu berarti demokrasi.

Orang Amerika tidak mengerti bagaimana uang dapat mengganggu demokrasi, mereka juga tidak mengerti bagaimana elit AS menggunakan uang untuk membentuk kembali sistem ekonomi dan politik AS. (Bagaimana dengan sistem pemilu Indonesia sekarang?)

Dengan demikian, mereka semakin terkonsentrasi pada kekuatan ekonomi dan politik mereka.

Stiglitz berkata AS telah terjerumus ke dalam perangkap "satu dolar, satu suara." Semua orang tahu bahwa satu orang, satu suara dalam bahasa Inggris adalah One Man One Vote. Sekarang dia mengatakan itu bukan Satu Orang Satu Suara, tetapi telah menjadi Satu Dolar Satu Suara. Dikatakan bahwa sistem politik AS saat ini dimanipulasi oleh uang. Dalam kata-kata lain itu telah dimanipulasi oleh kekuatan modal.

Stiglitz mengatakan bahwa nilai-nilai AS juga salah dan ada yang tidak beres. Orang AS telah lupa bahwa ekonomi harus melayani masyarakat, bukan sebaliknya.

AS mengacaukan tujuan dan cara. Globalisasi seharusnya menciptakan ekonomi yang lebih kuat dan membuat ekonomi melayani masyarakat dengan lebih baik.

Tapi di AS hasilnya tidak begitu. Stiglitz mengatakan bahwa AS saat ini menghadapi tantangan yang sangat serius, AS ternyata telah menjadi negara di mana minoritas bermain dan menguasai mayoritas, dan minoritas meremehkan hak-hak mayoritas.

Misalnya, sebagian besar orang AS ingin adanya mengendalikan senjata, menaikkan upah minimum, dan menikmati asuransi kesehatan universal.

Tapi mereka tidak bisa mewujudkan. Dia menyebut ada segelintir orang AS yang menjadi penghisap. Mereka punya kepentingan dan agenda sendiri. Mereka tahu bahwa kepentingan dan agenda mereka sendiri tidak bisa didukung oleh mayoritas.

Tapi mereka mencoba segala cara untuk mencabut hak kewarganegaraan dari warga negara mayoritas mereka, termasuk menghalangi suara populer, termasuk membagi distrik pemilihan secara tidak adil, termasuk Mahkamah Agung yang mengizinkan uang untuk mempengaruhi politik AS.

Namun menurut para pakar yang waras sistem politik seharusnya membutuhkan kekuatan politik untuk mencapai negara ideal yang berfungsi dengan baik, harus ada keseimbangan hubungan antara kekuatan sosial dan kekuatan modal yang bermanfaat bagi kebanyakan orang.

Tetapi masalahnya bagi AS sekarang adalah bahwa kekuatan pemodal terlalu kuat. Ini menerkam kekuatan sosial dan politik AS. Demikian menurut sebagian pakar.

Dalam  buku Stiglitz dikatakan AS perlu memperkuat demokrasi dan memperkuat mekanisme check and balances, tetapi jika jenis check and balances semacam yang disebut kekuasaan eksekitif (administratif), yudikatif, dan legislatif, yaitu yang disebut pemisahan kekuasaan di AS, namun telah dikuasai kekuatan pemodal (besar) eksternal, bagaimana untuk bisa melakukan reformasi?

Maksudnya, esensi dari apa yang sering bicarakan pakar bahwa politik pemerintahan, keadilan, dan undang-undang AS, ketiga departemen yang termasuk dalam bidang politik ini, semuanya dikendalikan oleh pemodal.

Bagaimana reformasi dapat dilakukan dengan memperkuat check and balances dari tiga kekuatan? Ketika pertanyaan ini dikemukakan oleh seorang pakar ke Stigliz, tanggapan dia untuk pertanyaan ini sangat menarik.

Dia mengatakan bahwa pada dasarnya dia setuju dengan hal ini. Apa yang dia katakan adalah ketika ketimpangan sosial terlalu menonjol, sistem check and balances tidak akan berfungsi. Orang super kaya dapat hidup dengan satu atau lain cara untuk mendapatkan posisi dominan.

Dilihat dari struktur sistem AS, AS memiliki mekanisme check and balances, namun pengaruh kekayaan pemodal kini mengesampingkan mekanisme tersebut. Inilah keadaan buruk AS saat ini.

Kemudian Stigliz mengatakan bahwa untuk alasan inilah dia menyerukan penghapusan ketimpangan kekayaan di AS sebagai isu inti.

Namun dia juga percaya bahwa ketimpangan di AS begitu serius sehingga tidak mudah untuk membalikkannya, tetapi dia tetap menegaskan bahwa demokrasi AS masih dapat berperan dalam hal ini.

Pandangan Pakar Dunia Luar

Bagaimana suatu masyarakat dapat membentuk konsensus dan kemudian bekerja sama? Seharusnya suatu rencana pembangunan negara selayaknya melalui konsultasi di semua tingkat negara untuk mencapai konsensus tentang tujuan di semua tingkat,  untuk mencapai kosensus tentang tujuan mereka masing-masing dan menghasilkan rencana yang layak. Keputusan akhir dibuat untuk dukungan. Kemudian seluruh negeri mulai menerapkannya bersama. (Ini yang dipraktekkan di Tiongkok selama ini menurut beberapa pengamat).

Namun kenyataannya sekarang AS berada pada tingkat perpecahan sosial yang tinggi. Meskipun Stigliz menyebutkan banyak gagasan dalam bukunya yang ingin dukung kesetaraan, mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si miskin, mengelola dan mengendalikan pengeluaran, dll, mendapatkan dukungan sosial yang luas, tetapi pada saat yang sama di AS terdapat juga oposisi yang sangat besar. Sehingga tidak terdapat konsensus dalam masyarakat AS ini. Pertanyaannya bagaimana untuk mempromosikan reformasi yang diperlukan dalam situasi demikian?

Stiglitz mengatakan, meskipun partai oposisi sangat keras, tapi kebanyakan orang di masyarakat AS yang mayoritas masih memiliki konsensus untuk banyak masalah. Kebebasan berbicara dan kebebasan pers di AS belum sepenuhnya dihancurkan. Mungkin saja untuk mengkritik Presiden Trump di depan umum, kami semua mengkritiknya. Kami bahkan mengatakan bahwa dia pembohong. Maka dari itu AS masih memungkinkan melakukan reformasi.

Namun ada pakar yang pikir mengkritik atau menyalahkan pemimpin adalah suatu hal, tetapi seberapa besar pengaruhnya dari kiritikan itu pada eksekusi dari eksuktifnya, apa gunanya boleh mengeritik namun tidak berpenaruh apa-apa (participation without influence).

Nyatanya, melihat sejarah AS pada 1960-an, Presiden Johnson menghadapi gejolak gelombang anti perang di negaranya. Dia bahkan menyeret AS ke dalam Perang Vietnam. Dalam menghadapi banyak oposisi, Bush Jr menyeret AS ke dalam Perang Irak dan Afghanistan. Dalam perang, Trump secara umum menghadapi kritik yang luar biasa dan bahkan ancaman pemakzulan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi dia masih melakukan keinginannya sendiri selama empat tahun, bahkan jika dia kalah dalam pemilihan ini, pengaruhnya diperkirakan akan terus berlanjut.

Pada akhirnya, apapun kebijakan dan kemauannya tetap dijalankan, dan tidak ada yang bisa mencegahnya. Model AS siapapun bisa memarahi presiden. Tapi itu tidak membuat banyak perbedaan, dan seringkali butuh empat tahun untuk menyesuaian (sesuai periode pemilu).

Tapi seperti yang kita ketahui, laju masyarakat modern begitu cepat sehingga tidak boleh melakukan proses koreksi kesalahan dengan lambat. Sama seperti pandemi saat ini di AS yang menyebabkan lebih dari 250.000 kematian dalam 9 bulan selama proses pencegahan dan pengendalian pandemi Covid-19, tidak ada mekanisme koreksi kesalahan yang terlihat berfungsi selama periode ini.

Sistem AS terlalu lambat untuk menanggapi masalah sosial. Sekarang AS telah jatuh ke dalam krisis politik dunia ketiga. Pemilu telah usai, di satu sisi salah satu kontestan yakin telah memenangkan pemilu, sedangkan di sisi lain menyangkal keabsahan hasil pemilu.

Masalah Kepemilikan Senjata Api

Di AS terdapat legalisme yang berlebihan atau kekakuan puluhan sistem hukum. Misalnya, publik AS pada umumnya berharap pemerintah untuk mengontrol senjata api dengan lebih baik, tetapi ini memerlukan amandemen Konstitusi, Amandemen kedua atas Konstitusi AS (Bill of Rights).

Bill of Rights bunyi lengkapnya: "Milisi yang diatur dengan baik, yang diperlukan untuk keamanan Negara yang merdeka, hak rakyat untuk memiliki dan membawa Senjata, tidak boleh dilanggar." (A well-regulated militia, being necessary to the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed.)

Sederhana. Tapi tidak sederhana yang dikira. Dengan asumsi itu berarti apa yang dikatakannya, tidak benar apa yang dikatakannya?

Para pakar telah mengurai kata-kata tersebut, dan pengadilan serta pengacara telah memperdebatkan artinya. Para sejarawan memperdebatkan apa yang dimaksud dengan "milisi yang diatur dengan baik" pada tahun 1789.

Beberapa orang mengatakan para perumus hanya dimaksudkan untuk melindungi milisi yang terorganisir dengan baik di masing-masing negara bagian, pelopor Pengawal Nasional saat itu. Yang lain mengatakan para perumus juga dimaksudkan untuk melindungi senjata individu, senjata yang akan mereka gunakan jika milisi itu dipanggil untuk berperang.

Kongres mencoba untuk melarang "senjata serbu" pada tahun 1994 tetapi menetapkan ketentuan 10 tahun provisi sunset dalam undang-undang. Itu selamat dari tantangan pengadilan pada saat itu, tetapi ketika masa jabatan 10 tahun telah berlalu, kendali mayoritas Kongres juga telah disahkan - dari Demokrat, yang telah memberlakukan larangan tersebut, tapi Partai Republik mendiamkannya hingga berakhir.

Sejak itu, semua upaya untuk membatasi penjualan senjata semacam itu gagal. Bahkan upaya yang relatif bipartisan untuk memperkuat pembatasan lain, seperti RUU perluasan pemeriksaan latar belakang Manchin-Toomey (usulan Seantor Virginia Barat) pada tahun 2013, telah gagal mencapai supermayoritas yang diperlukan untuk disahkan di Senat.

Presiden Barack Obama mendukung RUU tersebut, seperti yang ditunjukkan Senator Pat Toomey, seorang Republik Pennsylvania, kepada Trump. Partai Republik menggagalkan RUU itu, yang mendapat 54 suara. Karena kurang mendapat dukungan dari Presiden Trump.

Seperti diketahui seperti masalah di atas ini, ambang batas untuk mengamandemen konstitusi AS sangat tinggi. Ini membutuhkan dua pertiga mayoritas dari kedua majelis Kongres untuk mengesahkannya, dan kemudian tiga perempat legislatif negara bagian harus menyetujuinya.

Oleh karena itu, politik AS telah menjadi sangat radikal, bahkan, persyaratan ini tidak dapat dipenuhi. Bagaimana kami dapat mempromosikan reformasi yang diperlukan dalam situasi seperti ini? Demikian menurut pendapat Stigliz

Jadi jawaban Stiglitz sangat menarik. Dia membahas masalah penuntutan yang telah disebutkan di atas. Dia mengatakan bahwa Konstitusi AS tidak menentukan bahwa jumlah hakim agung boleh bertambah. Orang mengira Mahkamah Agung harus ditambah jumlah hakimnya.

Penafsiran Amandemen Kedua Konstitusi tentang Hak Milik Senjata dibentuk lebih dari seratus tahun yang lalu, jelas bisa menafsirkan amandemen ini secara berbeda.

Tetapi Stiglitz juga menunjukkan bahwa AS harus mempelajari atau mempertanyakan niat para pembuat undang-undang di masa lalu, para legislator ini adalah pemilik budak dan harus membimbing (melaksanakan) untuk AS di abad ke-21 berdasarkan pengetahuan mereka, ini benar-benar sangat konyol.

Stiglitz menyarankan cara untuk mengusulkan reformasi di AS dengan meningkatkan rasio Mahkamah Agung dengan hakim liberal.

Kemudian penafsiran terkait isi Konstitusi AS yang kondusif untuk reformasi adalah metode reformasi yang bercirikan AS.

Tampaknya sistem peradilan AS tidak terdapat pandangan "politik akal sehat" untuk kepentingan keseluruhan dan jangka panjang rakyat. Sehingga sulit ketika UU harus direvisi untuk direvisi, dan saat harus disesuaikan harus disesuaikan, jika tidak ada konsep "reformasi berdasarkan akal sehat" sulit untuk mendorong refomasi hukum di AS. Demikian pandangan pengamat dunia luar.

Contoh seperti UU pengedalian pemilikian senjata api di atas, American Rifle Association adalah salah satu organisasi pelobi paling berpengaruh di AS. Setiap tahun, menghabiskan banyak uang untuk melobi Kongres AS untuk memblokir setiap diskusi tentang masalah RUU pemilikan sejata api.

Politik uang terbuka semacam ini menyulitkan untuk memeras masalah dengan konsensus luas dalam agenda Kongres AS. Namun ada tiga reformasi yang relatif berhasil dalam sejarah AS.

Yang pertama, pada saat "Era Progresif" sekitar tahun 1880 hingga 1920, ketika AS menghadapi korupsi yang meluas dalam kehidupan politik dan ekonomi, kemudian Presiden Roosevelt saat itu mempromosikan serangkaian reformasi kelembagaan.

Waktu lainnya adalah Kesepakatan Baru Roosevelt, yaitu setelah AS mengalami Resesi Ekonomi Hebat pada tahun 1929. Presiden Roosevelt mulai mempromosikan intervensi negara pada tahun 1935, termasuk rekayasa sosial, bantuan sosial, dll., Sehingga AS terhindar dari pendekatan holistik untuk menghindari keruntuhan AS.

Terakhir kali apa yang disebut sebagai "Great Society" Presiden Johnson di tahun 1960-an mengesahkan serangkaian tindakan baru termasuk "menyatakan perang melawan kemiskinan", "melindungi hak-hak sipil", dan perawatan medis dan kesehatan.

(Pembunuhan Kennedy membuat warga AS terguncang. Mereka merasakan empati, bahkan simpati kepada Johnson saat dia menjadi presiden dalam keadaan sulit seperti itu. Johnson memanfaatkan dukungan ini untuk mendorong elemen-elemen kunci dari agenda legislatif Kennedy --- khususnya, undang-undang hak-hak sipil dan pemotongan pajak.)

Namun jika dilihat masa kini dan masa lalu, dengan membandingkan tiga preseden sejarah AS, kekuatan pemodal saat itu tidak sekuat yang digambarkan dalam buku Stigliz seperti sekarang, kini kekuatan pemodal berkali-kali lipat lebih kuat dari masa lalu.

Masyarakat AS masa ini bahkan lebih terpecah, kelas menengah AS yang berkembang yang biasanya mendorong kemajuan masyarakat AS. Tapi saat ini kelas menengah di AS telah menyusut, dan selama bertahun-tahun timbul politik identitas. Dan politik identitas itu sendiri memecah belah masyarakat AS.

Misalnya idenditas berdasarkan jenis kelamin, apakah mendukung homoseksualitas atau menentang homoseksualitas. Idenditas berdasarkan etnis, apakah kulit putih atau kulit berwarna etnis minoritas. Indenditas berdasarkan ideologi, berdasarkan status partai, dll., Masyarakat AS saat ini jauh dari kohesi masa lalu.

Beberapa pakar berpandangan, reformasi membutuhkan pemimpin yang cakap, berani, dan berpandangan jauh, dan sistem politik saat ini di AS dan seluruh model politik Barat lebih cenderung menghasilkan politisi populis yang picik daripada politisi reformasi.

Kita tahu apakah pemimpin seperti Roosevelt akanlaoihir lagi di AS, tetapi setiap era (presiden) di AS selalu lahir tipe pemimpin yang berbeda, Stigliz mengharapkan Joe Biden bisa menjadi pemimpin seperti itu.

Stiglitz memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang masalah ekonomi dan sistem politik AS, tetapi banyak dari langkah-langkah reformasi yang dia usulkan dirangkum dalam wacana akademis termasuk dalam " yang seharusnya" bukan yang "sesungguhnya" berarti itu teremasuk "bagaimana dan apa yang harus dilakukan" dan tidak sepenuhnya yang dapat diwujudkan. Demikian menurut pandangan beberapa pakar dunia luar.

Namun Stigliz juga menyatakan dengan tegas bahwa dia harus menolak "The End of History and The Last Man" dari Fukuyama, dia sepakat sejarah tidak akan semuanya masuk ke sistem Barat. Setiap negara harus mendalami sistem politik yang sesuai dengan kondisi nasionalnya sendiri.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

People Power and Profits

Repeal The Second Amendment? That's Not So Simple. Here's What It Would Take

Outcome of Manchin-Toomey gun bill depends on Trump

Great Society

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun