Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa AS Susah Melakukan Reformasi Konstitusi?

29 Desember 2020   14:42 Diperbarui: 1 Januari 2021   02:04 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Baker Library-Harvard Business School + www.onlyinyourstate.com

Stiglitz menyarankan cara untuk mengusulkan reformasi di AS dengan meningkatkan rasio Mahkamah Agung dengan hakim liberal.

Kemudian penafsiran terkait isi Konstitusi AS yang kondusif untuk reformasi adalah metode reformasi yang bercirikan AS.

Tampaknya sistem peradilan AS tidak terdapat pandangan "politik akal sehat" untuk kepentingan keseluruhan dan jangka panjang rakyat. Sehingga sulit ketika UU harus direvisi untuk direvisi, dan saat harus disesuaikan harus disesuaikan, jika tidak ada konsep "reformasi berdasarkan akal sehat" sulit untuk mendorong refomasi hukum di AS. Demikian pandangan pengamat dunia luar.

Contoh seperti UU pengedalian pemilikian senjata api di atas, American Rifle Association adalah salah satu organisasi pelobi paling berpengaruh di AS. Setiap tahun, menghabiskan banyak uang untuk melobi Kongres AS untuk memblokir setiap diskusi tentang masalah RUU pemilikan sejata api.

Politik uang terbuka semacam ini menyulitkan untuk memeras masalah dengan konsensus luas dalam agenda Kongres AS. Namun ada tiga reformasi yang relatif berhasil dalam sejarah AS.

Yang pertama, pada saat "Era Progresif" sekitar tahun 1880 hingga 1920, ketika AS menghadapi korupsi yang meluas dalam kehidupan politik dan ekonomi, kemudian Presiden Roosevelt saat itu mempromosikan serangkaian reformasi kelembagaan.

Waktu lainnya adalah Kesepakatan Baru Roosevelt, yaitu setelah AS mengalami Resesi Ekonomi Hebat pada tahun 1929. Presiden Roosevelt mulai mempromosikan intervensi negara pada tahun 1935, termasuk rekayasa sosial, bantuan sosial, dll., Sehingga AS terhindar dari pendekatan holistik untuk menghindari keruntuhan AS.

Terakhir kali apa yang disebut sebagai "Great Society" Presiden Johnson di tahun 1960-an mengesahkan serangkaian tindakan baru termasuk "menyatakan perang melawan kemiskinan", "melindungi hak-hak sipil", dan perawatan medis dan kesehatan.

(Pembunuhan Kennedy membuat warga AS terguncang. Mereka merasakan empati, bahkan simpati kepada Johnson saat dia menjadi presiden dalam keadaan sulit seperti itu. Johnson memanfaatkan dukungan ini untuk mendorong elemen-elemen kunci dari agenda legislatif Kennedy --- khususnya, undang-undang hak-hak sipil dan pemotongan pajak.)

Namun jika dilihat masa kini dan masa lalu, dengan membandingkan tiga preseden sejarah AS, kekuatan pemodal saat itu tidak sekuat yang digambarkan dalam buku Stigliz seperti sekarang, kini kekuatan pemodal berkali-kali lipat lebih kuat dari masa lalu.

Masyarakat AS masa ini bahkan lebih terpecah, kelas menengah AS yang berkembang yang biasanya mendorong kemajuan masyarakat AS. Tapi saat ini kelas menengah di AS telah menyusut, dan selama bertahun-tahun timbul politik identitas. Dan politik identitas itu sendiri memecah belah masyarakat AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun