Eksplorasi dan pemahaman masyarakat manusia dalam berpolitik masih jauh dari selesai dan akhir, dan Barat masih harus menempuh jalan panjang untuk reformasi politiknya sendiri.
Dunia Barat saat ini telah mengalami krisis demi krisis, termasuk krisis politik yang mendalam. Dari sini, perlu dipikirkan untuk pencerahan dalam sejarah Eropa. Pencerahan menggantikan "neo-bodohisme" (masa bodohisme) dan absolutisme dengan rasionalisme. Secara umum, memang kemajuan sejarah berkat adanya revolusi industri di Barat.
Tapi juga membawa banyak masalah, namun seiring berjalannya waktu, Barat mendorong model politik dan ekonominya sendiri dan wacana ke kemutlakan, membentuk semacam  "neo-bodohisme" kepada dunia.
Dengan segala kekuatan dan gencarnya menjual ke dunia non-Barat, maka tidak mengherankan jika kegagalan ini secara alami bisa diperkirakan.
Kebangkitan Tiongkok telah menyentuh banyak saraf sensitif di dunia, dan telah melampaui kemampuan interpretatif wacana politik Barat di Barat. Tiongkok memainkan peran penting dalam perubahan besar ini. Rakyat Tiongkok, terutama para intelektualnya, tidak dapat lagi mengambil wacana Barat sebagai ajaran satu-satunya, tidak lagi percaya ajaran dengan wacana yang dilontarkan oleh filsuf dan cendikiawan terkenal Barat, dan secara membabi buta menelannya.
Mereka tampaknya berpkir secara mandiri dalam semangat mencari kebenaran dari fakta, dalam semangat hati nurani, pengetahuan dan patriotisme mereka sendiri, sambil menyerap kearifan Barat, menolak "neo-bodohisme" dan absolutisme Barat, dan mengeksplorasi dan membangun wacana Tiongkok di era "wacana pasca-Barat". Sistem tersebut membuat kontribusi unik orang-orang Tiongkok terhadap kemajuan manusia.
"Teori Penyakit Tiongkok" Persepsi Barat Untuk Tiongkok
Negara-negara Barat (Eropa) memiliki perbedaannya sendiri, kecuali "Teori Keruntuhan Tiongkok" yang telah dilontarkan secara bergelombang berulang kali, ada juga yang disebut dengan "Teori Penyakit Tiongkok" istilah yang dikemukakan cendikiawan Tiongkok.
Argumen ini memiliki efek yang sama dengan "Teori Kerutuhan Tiongkok", yang menggambarkan pada penggambaran fenomena tertentu di Tiongkok sebagai "kelemahan fatal sistem politik Tiongkok."
Misalnya pemberitaan "penganiayaan para pembakang di Tiongkok"; "Teori Kehanuran Lingkungan di Tiongkok"; Teori Masalah Tibet di Tiongkok" ; " Tiongkok Menciptakan Teori Inferior" dan terakhir ini "Teori Genosida dan Kamp Konsentrasi di Xinjiang (Uirgur)" ; "Teori Pandemi Covid-19". Dan Barat terus meneriakkan terus menerus model Tiongkok tidak akan berumur panjang.
Argumen ini muncul terkait erat dengan cara pengakuan (kognisi) negara-negara Barat tentang Tiongkok yang secara umum serupa, esensinya sama hanya bentuknya yang berbeda.