Mantan ketua Federal Reserve - Alan Greenspan mengakui dengan jujur setelah krisis ini bahwa dia berada dalam keadaan "sangat terkejut dan tidak dapat percaya" karena seluruh "alasan masuk akal atau banguan masuk akal" telah runtuh. Dia tidak dapat mempercayai keyakinannya pada pasar dan bagaimana perasaannya terhadap pasar, apakah pemahaman dengan operasinya telah salah.
Pemerintahan Bush Jr sendiri tidak pernah memprediksi krisis akan pecah sebelumnya, juga setelah krisis pecah tidak memiliki cara-cara terbaik untuk menangani krisis.
Oleh karena itu, pada tahun 2011, "Occupy Wall Street Movement" juga pecah untuk mengecam 1% keserakahan (kapitalis) dan kerusakan mereka terhadap 99% orang Amerika biasa. Dan sebagian besar orang-orang ini yang menjadi pendukung Trump.
Kemudian peristiwa ketiga adalah pemilihan Trump sebagai Presiden AS pada tahun 2016. Gaya memerintah Trump sudah tidak asing lagi bagi semua orang, terutama praktik populisme dan ekstremisme domestik.
Dia dapat secara terbuka pernah menyatakan: "Where I could stand in the middle of fifth avenue and shoot somebody and I wouldnt lose any voters, ok...its like, incredible (Saya bisa berdiri di fifth Avenue New York, menembak orang di tengah jalan tetapi tetap tidak akan kehilangan pemilih saya atau kehilangan dukungan mereka untuk saya, ok... ini sungguh luar biasa...).
Dibawah kepemimpinan Trump AS menjadi makin lama makin menjadi populis dan ekstrim, persaingan antara politisi telah menjadi persaingan hidup dan mati. Kedua belah pihak ingin menjebloskan satu sama lain ke dalam penjara.
Pemimpin tidak peduli dengan kredibilitas negara. AS lebih mengutamakan keunggulan unilateralisme internasional, tidak memainkan kartu menurut akal sehat, tidak bertindak sesuai dengan aturan internasional, dan terus menarik diri dari grup, sehingga menempatkan AS dalam situasi semakin terisolasi di dunia.
 Menurut laporan survei kredibilitas dunia bulan Juni-Agustus yang dirilis oleh "Pew Center of the United States" pada 16 September, kredibilitas internasional Trump menempati peringkat terakhir di antara para pemimpin dunia.
Kepercayaan orang dunia terhadap Trump hanya 16%, dibandingkan pada masa Obama kredibilitasnya setinggi 60%, sementara Prancis, Jerman, Inggris, Jepang, Kanada, dan Australia, yang disebut sebagai sekutu AS, menilai niat baik AS juga turun ke titik terendah dalam sejarah.
Yang ke-empat, penanggulangan AS terhadap Covid-19, tanggapan AS terhadap pandemi ini sangat buruk, sehingga menjadi negara yang paling parah terkena dampak di dunia, baik itu jumlah orang yang terinfeksi Covid-19 atau jumlah kematian, keduanya menajdi yang tertinggi di dunia.
Selain itu, dengan terbunuhnya dengan kejam warga kulit hitam George Floyd oleh polisi AS, yang menyebabkan gerakan protes yang melanda AS. Semua ini telah mengungkap krisis sistem demokrasi AS ke dunia. Baca: