Pemikiran yang berorientasi pada rakyat adalah perwujudan nyata dari demokrasi. Ini jauh lebih tegas dan kuat dari pada khotbah demokrasi yang kosong.
Selama ada kemungkinan dimanipulasinya jajak pendapat hingga pemilihan umum, kita harus memberi tanda tanya besar padanya.
Ketika peneliti mengamati masyarakat Barat, mereka menemukan konsep umum dalam jajak pendapat. Masyarakat Barat menggunakannya untuk membentuk citra sosial mereka sendiri, dan pada saat yang sama menggunakannya untuk memperebutkan hak berbicara internasional.
Tapi bisakah kita benar-benar mencerminkan masalah sosial itu melalui jajak pendapat? Apa yang bisa kita lihat melalui jajak pendapat?
Ada banyak peneliti dan pakar yang mengatakan telah terjadi kemerosotan model demokrasi Barat merupakan fakta yang tak terbantahkan, ada juga sebagian politisi Barat yang ingin mengembalikan kemerosotan demokrasi Barat.
Pada 2017, mantan PM Denmark Anders Fogh Rasmussen  dan beberapa politisi lainnya memulai dan membentuk koalisi yang disebut Liga/Aliansi Demokrasi (Democracies League).
Sejak 2018, KTT Liga Demokrasi Kopenhagen telah diadakan di ibu kota Denmark setiap tahun, dan pada bulan Juni mereka mengadakan KTT serupa lainnya.
Rasmussen, penyelenggara konferensi, mengatakan dengan terus terang bahwa demokrasi harus bersatu melawan Tiongkok.
Dia mengundang Pompeo, Menlu AS, Pemimpim Taiwan Tsai Ing-wen, dan elemen "prokemerdekaan Hong Kong" Huang Zifeng untuk memberikan pidato via video.
Tetapi dengan kegagalan AS dan negara-negara Barat besar lainnya dalam perang melawan panddemi kali ini, model demokrasi Barat juga dipertanyakan secara luas di Barat.
Ketika peneliti menganalisis cacat genetik dari sistem demokrasi Barat, pertama-tama, ini mengandaikan bahwa orang itu rasionalis. Faktanya, keterlibatan uang, keterlibatan media sosial baru, dll. Semuanya menjadi kemewahan untuk tetap rasional.Â