Qassem Suleimani telah melakukan perjalanan puluhan kali, menaiki pesawat yang tidak mencantumkan namanya di manifes dan mendarat di bandara tempat kedatangannya tidak terdaftar. Ketika Qassem Suleimani melintasi daerah itu selama 20 tahun terakhir, tidak ada jejak gerakannya. Penerbangan yang ditumpanginya dari bandara Damaskus pada dini hari Jumat (3 Januari 2020) akan tampak tidak berbeda.Â
Seperti diketahui di Irak masih dalam puncak perang sektarian, Suleimani disinyalir telah mengkonsolidasi cengkramannya cukup luarbiasa di negara itu, mereka menyadari perjalanan dari bandara Baghdad berbahaya. Bom mobil penembak gelap di kedua sisi jalan secara tersembunyi bisa saja membunuh mereka dalam perjalanan.
Namun kali ini musuh tersembunyi di kegelapan malam ada di atas kepala---pesawat tanpa awak AS.
Menurut situs web AU-AS, MQ-9 Reaper berkemampuan "waktu loiter yang signifikan, sensor jangkauan luas, rangkaian komunikasi multi-mode dan senjata presisi" berarti alutsista ini "berkemampuan unik untuk melakukan serangan, koordinasi dan pengintaian terhadap target dengan cepat bernilai target sensitif dalam waktu yang tepat".
AS kemudian melancarkan serangkaian serangan balasan terhadap pangkalan-pangkalan KH, tiga di Irak dan dua di Suriah. Iran dan Rusia mengutuk serangan itu, yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 25 orang.
Ratusan pemrotes juga menyerbu kedutaan besar AS di dalam Zona Hijau Baghdad pada 31 Desember. Setelah menyatakan kedutaan aman, Trump tweeted: "Iran akan bertanggung jawab penuh atas nyawa yang hilang, atau kerusakan yang terjadi, di salah satu fasilitas kami. Mereka akan membayar HARGA yang sangat BESAR! Ini bukan Peringatan, ini Ancaman. Selamat Tahun Baru!"
Iran memiliki proksi dan sekutu di negara-negara di kawasan itu, yang di masa lalu telah dipersiapkan untuk melakukan perhitungan balasan terhadap AS yang memiliki pangkalan dan penempatan pasukan di banyak negara tetangga Iran, yang bisa menjadi sasaran.Â