Pangamat berpandangan, masalah mendasar dari hubungan AS-Tiongkok, AS tidak menganggap kebangkitan Tiongkok sebagai peluang untuk bekerjasama.
Selain itu, ada perhitungan rasional dan perasaan ada peluang untuk mengambil kesempatan untuk menang dari Tiongkok., ini menjadi masalah mendasar yang menjadi masalah utama, dengan kemudian mem-posisikan Tiongkok dalam sudut pandangnya.
Kemudian berikutnya mulai mencari masalah, saat ini masalahnya adalah perang dagang. Tapi di masa depan masih akan ada masalah lain, analis ada yang memperkirakan perang dagang akan berakhir pada paruh kedua tahun ini. Kerena AS menginginkan memberikan suatu yang konstan. Ada kasus gugatan internasional bahwa ada jebakan yang bernama Thucydide. Dimana bos harus melindungi yuniornya.
Karena yunior merasa ada penindasan dan ini adalah kontradiksi alami dalam hubungan internasional. Namun agak lain dari AS mereka secara profesional memakan yuniornya.
AS pada tahun 1894, tahun ketika terjadi perang Sino-Jepang, AS yang pertama melibatkan diri di dunia. Dimana menciptakan krisis di Venesuela, pada 1985 memaksa Britania Raya (Inggris) untuk sepenuhnya mundur dari Amerika Latin.Â
Padahal Britania Raya adalah nenek moyang orang Amerika, namun apa perdulinya bagi AS nenek moyang yang penting mereka bisa menguasai. Itulah ciri dari Amerikat Serikat. Maka kini jangan heran jika AS akan menekan kebangkitan Tiongkok dan sekaligus menguasainya.
Kini Tiongkok telah bangkit, AS ingin membendungnya, jadi hubungan AS-Tiongkok dalam masalah. Masalah mendasar tidak terima Tiongkok bangkit dan menjadikan sebagai masalah utama dengan memposisikan Tiongkok menjadi sangat negatif. Membangkitkan masalah-masalah baru untuk menjadikannya sangat negatif.
Dan ini dilakukan dengan terus-menerus mengubah kombinasi untuk beralasan untuk memukul Tiongkok. Maka tahun lalu terjadilah perang ilmu pengetahuan dan teknologi, perang keuangan, seperti yang terjadi dengan Standara Charter Bank, HSBC yang memutuskan hubungan dengan Huawei. Ini adalah bentuk perang keuangan.
Kemudian ada juga polemik dengan pertarungan opini publik. Yang mengarahkan opini tetang Tiongkok dengan mendorong berita-berita yang dapat memanipulasi opini publik Hongkong. Dengan menciptakan berita-berita hoax (seperti oposisi Jokowi di Indonesia) tentang kejahatan-kejahatan (seperti yang banyak beredar di medsos Indonesia tentang suatu peristiwa yang terjadi).Â
Sehingga banyak anak muda yang dungun dan tidak kritis tertipu dan terbius otaknya di Universitas Hongkong. Ini merupakan kegagalan pendidikan di Universitas Hongkong.
Kini banyak pihak yang mengkhawatirkan tentang Perang Dagang AS-Tiongkok paruh kedua tahun ini.