Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Militer AS Ditarik dari Suriah Bisakah Suriah Menjadi Damai?

6 Februari 2019   21:27 Diperbarui: 6 Februari 2019   21:30 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: twitter.com/realDonaldTrump

Saat setelah terjadi bom bunuh diri di Manbij yang memakan korban banyak orang Amerika, pada 20 Januari waktu setempat Presiden Turki Erdogan menelpon Presiden AS Trump untuk menyampaikan balasungkwa, sekaligus mengatakan bahwa serangan bom bunuh diri di kota Manbiji di Suriah utara adalah provokasi terhadap keputusan Trump dan berharap AS akan menarik pasukannya dari Suriah secepat mungkin. Turki siap untuk mengambil alih urusan keamanan Manbij "tanpa penundaan", tidak hanya berbicara dengan AS tetapi juga berbicara dengan Rusia.

Pada 23 Januari, Presiden Turki Erdogan mengunjungi Moskow untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan fokus pada situasi di Suriah. Erdogan menegaskan kembali bahwa Turki berharap untuk membangun "daerah aman" sekitar 30 kilometer di sisi Suriah dari perbatasan Turki-Suriah.

Beberapa media telah memfoto beberapa senjata berat Turki seperti artileri self-propelled M10-203mm yang telah diangkut ke daerah perbatasan Turki. Apakah ini berarti bahwa Turki telah mulai mempersiapkan perang skala besar? Turki, Israel, dan dua sekutu AS terus menunjukkan kekuatannya di Suriah. Akankah dua putaran serangan di selatan dan utara memicu putaran baru konflik?

Jika AS tidak setuju dengan rencana Turki di Suriah, apakah Turki akan tetap menyerang Suriah?

Jika AS tetap tinggal di Manbij, Turki pasti tidak akan berani menyerang, khawatir akan mengenai prajurit AS. Tetapi jika tentara AS ditarik mundur dari sana, sesuai dengan karakter politik Erdogan, Turki pasti berani menyerang ke dalam Suriah utara.

Masalahnya teletak pada kenyataan dari tentara Turki, dalam beberapa tahun terakhir atas kinerjanya di Suriah utara, telah diberlakukan dua konsep, dengan efektivitas tempurnya saat ini dan niat aktualnya untuk perang melawan milisi bersenjata Kurdi yang masih belum terselesaikan.

Namun Suriah dan Rusia tidak akan berdiam diri melihat penyerangan Turki ini. Sedang dari Kurdi meskipun secara terbuka tidak ada yang mendukung, tapi secara diam-diam banyak sukarelawan yang menyokongnya.

Selain itu jika penyerangan Turki hasilnya jburuk, dampak dari ini akan sangat tidak menguntungkan bagi situasi politik di dalam negeri Turki. Hal ini adalah sesuatu yang harus pertama-tama dipertimbangkan oleh Erdogan.

Jadi yang benar-benar di khawatirkan Erdogan sekarang adalah jika AS tidak pergi dari sana, maka Turki tidak bisa menyerang.

Selain itu Rusia juga sebenarnya juga sedang berancang-ancang ke Manbij dan bahkan sudah ada tindakan tertentu, sedang Iran pun juga ada ide akan ke sana.

Dalam situasi komplek demikian, Turki tampakya pertama-tama perlu berkomukasi dengan Rusia. Kunjungan Erdogan ke Moskow pada 23 Januari lalu adalah sinyal yang sangat penting perlu berkomunikasi dengan Putin. Untuk membicarakan batas-batas dalam penyerangannya dengan jelas untuk menghindari kontradiksi. Lebih-lebih terkahir ini terlihat adanya pergerakan tentara Turki yang relatif besar di sebelah utara Suriah di wilayah Turki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun