Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Militer Inggris Ikut-ikutan Kembali ke Asia-Pasifik?

29 Januari 2019   12:11 Diperbarui: 29 Januari 2019   12:17 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.navytimes.com

Upaya untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan Inggris, dan untuk "berporos" ke Asia, mungkin lebih sedikit hubungannya dengan pertahanan daripada dengan mencari bantuan untuk kesepakatan perdagangan di dunia yang berpotensi terkucilkan pasca-Brexit.

Upaya-upaya untuk "Global Britania" (Menduniakan Inggris) terakhir ini menurut David Dodwell karena dua alasan: indikasi bahwa Inggris ingin mendirikan pangkalan AL di Asia Timur - yang berpotensi di Singapura atau Brunei - setelah menarik diri dari Pasifik hampir setengah abad yang lalu; dan upaya Menhan Inggris Gavin Williamson untuk meningkatkan anggaran pertahanan Inggris sebesar 50 persen untuk membangun empat kapal selam nuklir Dreadnought baru.

Menempatkan pada satu sisi pertanyaan apakah wajib pajak Inggris akan mendukung peningkatan pengeluaran (pertahanan sudah menjadi item terbesar keempat pemerintah setelah untuk pensiun, kesehatan dan pendidikan, di mana anggaran semua berada di bawah tekanan), memang benar bahwa Inggris tetap signifikan kekuatan militernya.

Menurut Stockholm International Peace Institute (SIPRI), mereka memiliki anggaran pertahanan terbesar kelima di dunia pada sekitar US$ 47 miliar pada 2017, dan penyumbang produk domestik bruto ketiga terbesar bagi NATO. Investasi dalam pertahanan ini juga menjadikan Inggris sebagai pengekspor peralatan pertahanan terbesar kedua di dunia, dengan ekspor sekitar US$ 11,5 miliar pada tahun 2017.

Pangkalan AL Inggris yang direncanakan di Asia Tenggara dipandang sebagai "pengenduran otot" melawan Tiongkok (mungkin juga dengan nasionalisme yang ditunjukkan Jokowi di Indonesia? Yang telah mengusai Freeport, Blok Marsela, Rokan dan program penguatan kemaritiman di Nusantara).

Tapi mari kita simpan segala sesuatunya dalam perspektif ini. Anggaran pertahanan AS adalah US $ 610 miliar, dan Tiongkok adalah US $ 228 miliar. Sebagaimana Financial Times mencatat pada pertengahan minggu lalu, "Tiongkok membangun yang setara dengan hampir seluruh AL Kerajaan Inggris setiap tahun".

Rencana Inggris membangun empat kapal selam nuklir Dreadnought baru (yang hanya akan beroperasi 20 tahun dari sekarang) mungkin secara masuk akal hanya akan memberikan kontribusi bagi keamanan Kepulauan Inggris jika terjadi perang, tetapi jika terjadi konflik di Pasifik hanya akan berkontribusi sedikit saja.

Dan membangun pangkalan AL di Asia Tenggara untuk menyediakan kapal-kapal AL Inggris dengan ambang batas Pasifik adalah tidak masuk akal. Demikian menurut David Dodwell.

Seperti yang diingatkan oleh FT, "Ambisi militer tanpa sumber daya untuk mendukung mereka berisiko membuat Inggris terlihat bodoh daripada kuat."

Sejak penutupan garnisun Inggris di Singapura pada tahun 1971, dan penarikan garnisun dari Hong Kong ketika kedaulatan dikembalikan ke Tiongkok pada tahun 1997, Inggris sudah tidak lagi ada kehadirannya di Asia timur Duqm di Oman. Cukup masuk akal, karena Inggris telah menyesuaikan diri dengan peran yang lebih sederhana sebagai kekuatan internasional. Inggris telah memfokuskan sumber daya pertahanannya pada Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Dari 81 atase militer yang saat ini berada di pos di seluruh dunia, 27 di Eropa dan 28 di Afrika. Hanya 18 yang ada di Asia.

Logika untuk membalikkan tren ini dan membangun kembali kehadiran di Pasifik terbuka untuk dipertanyakan. Meskipun dimungkinkan untuk mengidentifikasi kontribusi militer Inggris yang berarti bersama negara-negara lain di Timur Tengah, atau di NATO, atau bahkan Afghanistan, itu pasti penting, sebelum mengerahkan personilnya dan peralatannya di Pasifik, untuk memikirkan kontribusi apa yang dapat diberikan oleh Inggris. Akan berbuat apa di Pasifik, dan bahkan jika mereka bisa beroperasi tanpa dukungan material yang luas dari militer AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun