Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perseteruan Antar Aliansi AS-Turki Gara-gara Kurdi

7 Februari 2018   07:31 Diperbarui: 7 Februari 2018   07:34 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akankah sekutu lama AS dan Turki terpecah? Akankah garis pertempuran baru di Timur Tengah berubah? Gara-gara AS mendukung militan Kurdi---Syrian Democratic Forces (SDF/Pasukan Demokratik Suriah).

Belum lama ini, AS mengumumkan akan membangun "Pasukan Keamanan Perbatasan (Border Security Force/BSF)," yang segera mendapat tentangan keras dari Suriah, Rusia, Turki dan Iran.

Dari negara-negara ini Turki yang paling banyak mendapat perhatian dunia. Terlebih lagi setelah Turki melontarkan peringatan keras dan menyalakkan artilieri dari seberang perbatasan Suriah. Turki dikenal sebagai "negara NATO dengan kekuatan militernya terkuat kedua" secara langsung menentang AS yang merupakan pemimpin dari NATO.

Perilaku ini mengejutkan dunia. Jadi, mengapa Turki melakukan ini?

Ini mungkin untuk pertama kalinya kita mendengar sekutu NATO mengancam untuk "menghancurkan pasukan militer yang didukung AS."

Pada 14 Januari, koalisi yang dipimpin oleh AS bersiap untuk membentuk Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) 30.000 tentara yang terutama terdiri dari tentara orang Kurdi.

Kekuatan militer ini akan dideplotasi ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF/Syrian Democratic Force) di wilayah utara dan timur Suriah, serta daerah sepanjang perbatasan Turki dan Irak dan tepi Sungai Efrat.

Dalam hal ini pemerintah Turki langsung "mengkonsentrasikan pasuka" di perbatasan Suriah. Dalam pidatonya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan: AS datang dari puluhan ribu kilometer jauhnya untuk membentuk tentara bagi mereka sendiri di sini. Dan mereka menyebutnya untuk keamanan perbatasan ini. Keamanan perbatasan apa?

Selain itu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk keras koalisi internasional yang dipimpin oleh AS karena secara terbuka melanggar kedaulatan, persatuan, integritas teritorial suriah, dan secara terbuka melanggar hukum internasional.

Pada 20 Januari, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa Turki telah meluncurkan sebuah operasi militer yang menargetkan militan Kurdi di Afrin, Syria, yang diberi kode "Operation Olive Branch."

Presiden Erdogan menyatakan: "Mulai dari barat, kita akan membersihkan koridor ini (dari militan) dengan satu pukulan sekaligus. Operasi Afrin sebenarnya sudah dimulai."

Pada 20 Januari, militer Turki memobilisasi 72 pesawat, termasuk pesawat F-16 dalam serangan di wilayah Afrin di barat laut Suriah. Staf Umum Turki mengatakan bahwa mereka menghancurkan 108 dari 113 sasaran.

Dalam operasi ini, militer Turki bergabung dengan oposisi Suriah yang dikenal sebagai Free Syrian Army (FSA). Seorang perwira FSA mengatakan bahwa sekitar 25.000 anggota FSA bergabung dalam operasi tersebut.

Situasi Dan Kondisi Militan Kurdi

Kelompok militan Kurdi setempat, " People's Protection Units/Unit Perlindungan Rakyat" mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan Afrin sampai mati. Mereka memobilisasi tentara dan senjata dari kamp utama mereka di Al-Hasakah, di utara Suriah, untuk menghentikan serangan gabungan dari Turki dan oposisi Suriah.

Seorang prajurit Kurdi yang sedang di bungker diwawancarai wartawan TV dengan menyatakan: "Orang-orang kita (rakyat Kurdi) seharusnya tidak mempercayai rumor. Kami akan terus membela. Kami tidak akan membiarkan musuh menyerbu tanah kami. Kita tidak akan pernah mundur dari sini sampai kita meneteskan darah terakhir kita."

Sumber: Grabed from CCTV China & RT TV
Sumber: Grabed from CCTV China & RT TV
Militan Kurdi berani dan mahir berperang, terutama untuk perang gerilya, dan mereka memiliki sejumlah besar persenjataan canggih AS. Karena Afrin berada di daerah pegunungan di utara Suriah, pergerakan unit lapis baja terbatasi. Karena itu, meski Turki telah memobilisasi kekuatan yang dahsyat, masih ada banyak variabel bagaimana pertempuran akan berkembang.

Analis dan ahli kemiliteran melihat, jika ingin menghabisi puluhan ribu militan Kurdi di Afrin, dan menyingkirkan pasukan utama mereka dan menduduki Afrin dengan mudah adalah menghayal, paling tidak sekurang-kurangnya 10.000 orang akan tewas atau terluka yang akan menjadi korban, jika tidak,  itu tidak akan mungkin. 

Tidak peduli berapa banyak pihak lawan mengebom mereka, orang Kurdi dikenal sebagai orang pegunungan. Mereka terbiasa tinggal di pegunungan, dan pandai menghindari bom.

Namun, kelemahan terbesar militan Kurdi adalah mereka tidak memiliki kekuatan anti-udara, dan sangat kekurangan sistem pertahanan udara portabel.

Dan kini armada helikopter serang T-129 militer Turki telah memasuki medan perang. Jika tidak ada cukup bantuan luar negeri, militer Turki memiliki peluang besar untuk menang.

Sumber: Military Edge + Grabed from CCTV China
Sumber: Military Edge + Grabed from CCTV China
Posisi Strategis Afrin

Turki bertekad menang. Seberapa pentingnya Afrin, sehingga militan Kurdi bersumpah untuk mempertahankannya?

Kawasan Afrin merupakan komponen dan lokasi penting bagi Federasi Demokratik Suriah Utara. Dari wilayah Afrin juga bisa langsung menuju ke Laut Mediterania.

Grabed from CCTV China
Grabed from CCTV China
Jika Federasi Demokratik Suriah Utara ingin menjadi negara dalam suatu negara, maka harus memiliki jalur perdagangan, dan memiliki pelabuhan. Jika Federasi Demokratik Suriah Utara diambil oleh Turki, gagasan tentang saluran dan pelabuhan ini akan ter-eliminasi.

Dan itulah sebabnya kaum militan Kurdi ingin fokus pada mempertahankan mati-matian Afrin, namun pasukan pertahanannya terlalu lemah jika dibandingkan dengan kekuatan Turki.

PM Turki Binali Yildirim mengatakan sebelumnya bahwa "Operation Olive Branch" akan dilakukan dengan strategi blitzkrieg (serangan kilat) dan tujuannya untuk membangun zona keamanan 30 kilometer di Afrin.

Namun seperti yang diketahui militer Turki sejak awal ingin mengobarkan api perang di luar Afrin. Sebelumnya, presiden Turki Erdogan mengatakan bahwa militer Turki akan berperang paling tidak ke Manbij.

Erdogan mengatakan: "Operasi militer kita di wilayah Afrin untuk menghancurkan militan Kurdi di sepanjang perbatasan Turki-Suriah telah dimulai secara resmi. Langkah selanjutnya kita akan maju ke Manbij."

Manbij berjarak 100 km sebelah timur Afrin, dan berbatasan dengan Sungai Efrat. Lokasi ini sangat strategis, karena menghubungkan dua daerah yang dikuasai Kurdi ke timur dan barat di utara Suriah. Perlu juga diketahui ada  sebuah garnisun militer AS di Manbij.

Pada tanggal 27 Januari, Menteri Luar Negeri Turki meminta AS untuk segera menarik personil militer dari Manbij. Namun, laporan mengatakan bahwa komandan Komando Pusat AS Joseph Votel mengatakan bahwa militer AS tidak akan menarik diri dari posisinya di kota Manbij, Suriah.

Ini berarti bahwa jika pemerintah Turki menepati janjinya untuk memasuki Manbij, militer AS mungkin akan terlibat dan berhadapan dengan serangan militer Turki di Suriah utara.

Erdogan atau orang di bawah Erdogan mengatakan bahwa mereka pertama kali akan mengambil Afrin, dan kemudian menyerang Manbij. Pada kenyataannya, itu hanya gertak saja. Jika mereka menyerang Manbij, itu berarti mendesak militer AS keluar dari suatu kawasan tertentu.

Turki adalah anggota NATO, dan jika mereka mengumumkan perang terhadap AS dan menyerang sebuah pangkalan militer AS, kita harus tahu bahwa AS memiliki pangkalan militer yang cukup besar di Manbij, jadi jika berani menyerang pangkalan tersebut, maka Trump akan menjadi percaya bahwa Turki benar-benar mendeklarasikan perang terhadap AS, dan pembalasannya mungkin akan terjadi di luar imajinasi. Jadi Turki tidak akan berani melakukan itu.

Sebenarnya, "Operation Euphrates Shield" yang diluncurkan Turki pada Agustus 2016, dan "Operation Olive Branch" pada bulan Januari tahun ini tidak dapat menghindari "militan Kurdi".

Alasan yang diberikan untuk kampanye militer Turki semuanya adalah untuk melawan kelompok teroris. Bagi Turki, "militan Kurdi" adalah kelompok teroris, namun sekutu Turki --- AS, tidak setuju dengan definisi tersebut.

Jadi, apa perbedaan terbesar antara Turki dan AS untuk urusannya dengan  "militan Kurdi"?

Sumber: Zero Hedge
Sumber: Zero Hedge
Ini adalah peta terbaru situasi Suriah yang dikeluarkan oleh BBC yang berbasis di Inggris pada bulan Januari 2018. Area-area ungu di peta adalah wilayah yang dikuasai Kurdi, dan mereka menempati sebagian besar wilayah utara Suriah.

Sudah sejak lama, masalah Kurdi telah menjadi masalah yang telah mengganggu kepentingan utama Turki. Ini karenakan pada saat ini ada 25 sampai 35 juta orang Kurdi yang tinggal di daerah perbatasan Suriah, Irak, Iran dan Turki bertemu. Kebanyakan dari mereka beragama Islam, dan mereka adalah kelompok etnis terbesar keempat di Timur Tengah.

Secara historis, mereka tidak pernah berdiri sebagai sebuah negara merdeka yang bersatu. Sepanjang periode yang berbeda dalam sejarah, mereka selalu diperintah oleh kelompok etnis lain.

Oleh karena itu, membangun negara mereka sendiri selalu menjadi tujuan politis yang ingin dicapai oleh Kurdi, tentu saja hal ini menyebabkan banyak kekhawatiran dari etnis Timur Tengah lainnya.

Sejak tahun 1923, ketika Turki pertama kali didirikan, mereka telah menegaskan sebuah kebijakan bahwa Turki akan "tidak ada orang Kurdi di wilayahnya (no Kurds in its territory)." Rakyat suku Kurdi yang menyerukan kemerdekaan juga mendapat penolakan keras dari pemerintah Turki.

Pada tahun 1978, "Partai Pekerja Kurdistan/ Kurdistan Workers' Party (PKK)" didirikan dan berpusat di sekitar Kurdi di wilayah Turki dengan tujuan untuk mendirikan sebuah negara merdeka. Pada saat yang sama, "PKK" juga merupakan kelompok perang gerilya.

Setelah tahun 1990an, Turki mendaftarkan "Partai Pekerja Kurdistan (PKK)" sebagai organisasi teroris. Dan kekuatan utama SDF, "Unit Perlindungan Rakyat/ People's Protection Units (YPG)", diyakini oleh pemerintah Turki adalah  menjadi cabang dari PKK di Suriah. Bagi Turki, perilaku yang mendorong militan Kurdi tidak dapat diterima.

Erdogan mengatakan: "Namun, ada satu isu yang kita tidak bisa setuju dengan AS, Apa itu? Kami bertanya mengapa mereka menggunakan organisasi teroris untuk memerangi kelompok teroris lain di Suriah. Kami bertanya mengapa mereka begitu menyukai kelompok teroris seperti Democratic Union Party?"

AS Memanfaatkan Kehebatan Perang Suku Kurdi

Pada bulan Oktober 2015, dengan dukungan AS, "Pasukan Demokratik Suriah" (SDF) yang terdiri dari suku Kurdi, Arab, dan Assyria secara resmi didirikan. Sehubungan dengan hal ini, komandan Komando Operasi Khusus AS mengatakan secara terus terang bahwa SDF merupakan perpanjangan dari kelompok militan Kurdi sebelumnya, "Unit Perlindungan Rakyat (YPG)"

Sumber: www.defense.gov
Sumber: www.defense.gov
Raymond Thomas, Panglima Komando Operasi Khusus AS mengatakan: "Mereka secara formal menyebut diri mereka YPG, yang menurut orang Turki disamakan dengan PKK. Orang Turki bertanya: 'Anda berurusan dengan teroris, musuh kita, bagaimana Anda bisa melakukan itu, kepada sekutu Anda?'  

Jadi, kami benar-benar bermain di balik itu, kepada mereka (YPG) dianjurkan harus mengubah nama cabang mereka, apapun yang ingin mereka sebut atas dirinya selain YPG? Dan dalam waktu sekitar hitungan hari mereka memberitahu kita bahwa mereka adalah Syrian Democratic Forces(SDF)/Pasukan Demokrat Suriah. Saya pikir itu adalah pikiran cemerlang untuk menempatkan kata "demokrasi" disana, itu memberikan kepada mereka sesuatu kredibilitas."

Untuk memerangi terorisme dan menjaga agar situasi Suriah tidak terkendali, AS harus ikut campur secara militer. Tapi tidak mau memobilisasi pasukannya sendiri, juga tidak mampu melakukannya. Jadi yang bisa mereka andalkan dan gunakan paling banyak adalah militan Kurdi.

Untuk memerangi terorisme dan menjaga agar situasi Suriah dari tidak terkendali, AS harus ikut campur secara militer. Tapi tidak mau memobilisasi pasukannya sendiri, juga karena tidak mampu melakukannya. Jadi yang bisa mereka andalkan dan gunakan paling cocok adalah militan Kurdi.

Di benak Turki, militan Kurdi di Suriah utara hanyalah versi lain dari PKK/Partai Pekerja Kurdistan, mereka itu adalah satu hal yang sama. Perluasan militan Kurdi di Suriah utara sama dengan perluasan PKK. PKK juga mengancam keamanan nasional dan integritas teritorial Turki, dan mengancam keutuhan Turki dan ini adalah kepentingan mendasarnya.

Saat ini, berdasarkan rencana AS, "Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF)"  akan terdiri dari 30.000 pasukan, setengahnya berasal dari SDF/Pasukan Demokrat Suriah, yang terutama terdiri dari militan Kurdi, itu dianggap Turki sama juga  menambahkan bahan bakar ke bara api, itu yang dianggap menyimpang dari hubungan AS-Turki.

Kali ini, pemikiran Turki untuk pertama-tama menggunakan Afrin untuk mencoba tangannya (kekuatannya). Pertama-tama akan melawan mereka dan melihat apakah bisa menang atau tidak.

Langkah kedua, seperti yang Erdogan umumkan, mengambil alih Manbij. Kota ini juga merupakan kota penting di sepanjang perbatasan Turki-Syria, dan sudah menjadi titik pendukung strategis penting untuk wilayah utama Federasi Demokratik Suriah Utara.

Langkah ketiga, jika Turki menang dalam dua langkah pertamanya, langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan penghancuran Demokrat Federasi Suriah Utara.

Tujuan AS Menghancurkan Bulan Sabit Shiah

Sumber: GOPUSA.com
Sumber: GOPUSA.com
Beberapa analis percaya bahwa tujuan strategis AS di Timur Tengah adalah untuk menghancurkan "Bulan Sabit Syiah" yang intinya Iran. Dari ini, bagian Suriah yang dikendalikan oleh Bashar al-Assad menempati posisi kritis dalam bergabung dengan "bulan sabit" ini.

Untuk menggulingkan pemerintahan al-Assad, pilihan pertama AS adalah perang proxy. Dan saat ini, calon yang paling ideal untuk menjadi proxy adalah SDF.

Bagaimana AS akan menggulingkan pemerintahan al-Assad? Pasukan yang akan diandalkan adalah semua kekuatan oposisi di Suriah yang menyerukan agar pemerintahan al-Assad digulingkan. Dan dari semua kekuatan oposisi, yang paling kuat adalah SDF di Suriah utara, terutama mereka terdiri dari orang Kurdi.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan pada 17 Januari bahwa AS akan mempertahankan kehadiran militer dan diplomatik jangka panjang di Suriah, dan akan memberikan dukungan kepada daerah-daerah yang dikendalikan oleh orang-orang Kurdi dan faksi-faksi oposisi lainnya sampai al-Assad mengundurkan diri dan pemerintah Suriah berubah.

AS saat ini menempatkan sekitar 2.000 personil militer di Suriah, dan misi mereka yang diumumkan di publik adalah untuk melatih dan memberikan panduan kepada pasukan oposisi.

Berdasarkan situasi saat ini, beberapa analis percaya bahwa jika langkah selanjutnya Turki adalah terus menyerang Manbij, maka AS akan dipaksa untuk memutuskan: Apakah mereka akan meninggalkan sekutu Kurdi atau akan mengambil risiko berpotensial konflik dengan militer Turki?

Kontes Turki -- AS - Rusia

Di satu sisi adalah untuk masalah keamanan perbatasan Turki, dan di sisi lain adalah titik kunci dalam pengaturan strategi Timur Tengah AS. Dalam kontes kekuatan antara AS dan Turki ini, siapa yang akan tampil sebagai pemenang?

Untuk strategi Timur Tengah AS, penempatan pasukan oleh Turki ini tidak diragukan lagi ini akan menjadi setback. Hal ini telah menggagalkan upaya kebijakan AS terbaru untuk meningkatkan kehadirannya di Suriah dengan mendukung proxy.

Kekuatan utama lain yang memiliki pengaruh luar biasa terhadap kawasan ini adalah Rusia, yang ahli dalam strategi dan desain tingkat atas, dan semakin dekat dengan Turki.

Akankah sekutu lama AS dan Turki terkoyak? Akankah garis pertempuran baru berubah? Dengan adanya tekanan ini, akankah AS meninggalkan Kurdi di Syria?

Akankah AS selalu berdiri di belakang orang Kurdi? Sulit untuk mengatakannya. Tahun lalu, di kawasan otonom Kurdistan di Irak utara yang  mencari kemerdekaan dan mengadakan referendum. Namun, sebelum referendum tersebut dilaksanakan, AS mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mendukung kemerdekaan kawasan otonom Kurdistan di Irak utara.

Saat ini, menghadapi serangan ofensif sengit Turki, sikap AS terhadap SDF sudah mulai goyah seperti sebelumnya.

Pada 17 Januari lalu, Pentagon mengatakan bahwa AS belum membentuk "Pasukan Keamanan Perbatasan" baru di sepanjang perbatasan Turki, dan berjanji bahwa AS akan membuat rencana pelatihannya "benar-benar transparan" kepada Turki.

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson juga mengatakan bahwa AS sangat menghargai hak legitimasi Turki. Kami menyadari dan menghargai hak sah Turki untuk melindungi warganya sendiri dari elemen teroris yang mungkin akan meluncurkan serangan terhadap warga Turki dan tanah Turki dari Suriah.

Pada 23 Januari, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heater Nauert mengatakan bahwa AS khawatir dengan operasi militer Turki di Suriah, akan menjadi salah satu kasus "prioritas utama" Menteri Luar Negeri Tillerson dalam beberapa hari ini.

Keesokan harinya, Erdogan mendapat telepon dari Donald Trump. Gedung Putih AS mengatakan bahwa dalam pembicaraan telepon ini, Trump meminta Turki untuk "mengurangi dan membatasi" operasi militernya. Trump juga mengatakan bahwa AS tidak akan memasok militan Kurdi di Suriah dengan senjata dan peralatan lagi. Tampaknya respon AS saat ini lemah. AS hanya meminta agar Turki menahan diri, tapi tidak dapat menghentikan operasi militer Turki.

Dari sini kita bisa melihat dengan jelas AS mendukung militan Kurdi bukanlah prioritas utama, setidaknya tidak pada saat ini. Dan ada juga alasan mengapa AS telah menyerah kepada Turki saat ini.

Turki Salah Satu Negara Utama NATO

AS dan Turki merupakan anggota NATO. Dalam beberapa tahun terakhir, perselisihan terus terjadi antara AS dan Turki dan telah sangat mengganggu NATO.

Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952. Tentara Turki adalah yang terbesar kedua di NATO, dan angkatan udaranya adalah yang terbesar ketiga di NATO, di belakang AS dan Inggris, meliputi 10% dari semua pesawat di NATO. Turki memiliki jet tempur F-16 paling banyak di dunia setelah Angkatan Udara AS.

Turki berbatasan dengan Suriah, Irak, dan Iran, sehingga posisi strategisnya memainkan peran penting dalam NATO. Selain itu, Turki menempati pusat transportasi darat, laut, dan udara antara Asia, Afrika dan Eropa, dan berada di garis depan front tenggara NATO.

Karena itulah, NATO telah membentuk sebuah komando "Allied Land Forces Southeaster Europe/Angkatan Darat Sekutu Untuk Tenggara Eropa "  di Turki.

Jika hubungan AS-Turki menjadi tegang, Turki bisa saja menciptakan kesulitan bagi AS melalui isu-isu yang berkaitan dengan NATO, karena di Turki terdapat beberapa basis penting NATO, termasuk Pangkalan Udara Incirlik di Adana. Jika Turki kesal, bisa saja melarang AS untuk menggunakan basis ini, dan melarang negara-negara NATO lainnya untuk memakai basis ini, atau dapat menghentikan kerjasama apapun untuk operasi NATO dimanapun di Eropa tenggara. Selain itu, Turki bahkan bisa berhenti berpartisipasi dalam semua operasi NATO, dan itu akan menyebabkan banyak masalah bagi AS.

Jika hubungan antara AS dan Turki terus memburuk, hal itu akan mendorong Turki lebih jauh dan semakin jauh, dan baik AS maupun NATO tidak menginginkannya.

Jika hubungan antara AS dan Turki terus memburuk, hal itu akan mendorong Turki lebih jauh dan semakin menjauh, dan baik AS maupun NATO tidak menginginkannya.

"Haaretz" yang berbasis di Israel mengutip seorang analis yang mengatakan, "Jika AS harus memilih antara Turki dan Kurdi, mereka akan memilih Turki, dan orang Kurdi mengerti itu."

Hubungan Turki-Russia

Operasi militer Turki menimbulkan ketegangan yang tiba-tiba dalam hubungan AS-Turki, dan pada saat bersamaan, hubungan Turki-Rusia terus berlanjut berbaikan dan menghangat.

Beberapa berita mengatakan bahwa Turki mengerahkan pasukan ke wilayah Afrin dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari Rusia, karena sebelum Turki mengerahkan pasukan, Rusia menarik personil Angkatan Udaranya keluar dari semua bandara di wilayah tersebut, seolah-olah keduanya telah mencapai beberapa pemahaman diam-diam .

Presdiden Turki Erdogan mengatakan: "Afrin akan diserang. Tidak ada yang akan mundur dari Afrin. Kita telah membahas hal ini dengan teman-teman Rusia kita dan mencapai kesepakatan tersebut. Kita juga telah membahas hal ini dengan sekutu lainnya."

Setelah konflik pecah, Rusia bergabung dengan Turki menuduh AS mendukung rakyat Kurdi, yang dapat memperburuk ketegangan di Suriah. Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, "Perilaku AS entah tidak mengerti situasi, atau dengan sengaja provokatif."

Poros Turki yang menjauh dari AS dan merapat ke arah Rusia terjadi setelah kudeta yang gagal yang terjadi pada 2016, Rusia tidak hanya memberikan Erdogan "informasi rahasia" sebelum kudeta, Putin juga segera menghubungi Erdogan untuk mengungkapkan keprihatinannya.

Pertama, Erdogan menulis surat kepada Putin, Turki meminta maaf atas penembakan jatuh pesawat tempur Rusia (yang terjadi dahulu 24 November 2015), dan setelah itu, Erdogan mengunjungi Rusia untuk bertemu dengan Vladimir Putin.

Pada 2017, para pemimpin Turki dan Rusia saling mengunjungi lagi.  Baru-baru ini, Turki bahkan menandatangani kesepakatan pembelian untuk sistem pertahanan udara S-400 dengan Rusia.

Membeli sistem pertahanan udara dari Rusia sangat menjengkelkan bagi NATO. Karena Turki anggota NATO,  jika membeli sistem pertahanan udara Rusia, lalu bagaimana sistem pertahanan udara ini akan berintegrasi dengan sistem komando NATO? Karena rantai data yang ada terdahulu akan tidak kompatibel, dan sinyal IFF (sinyal untuk mengenali kawan atau alwan) tidak sama. Jika itu terjadi berarti militer Turki akan terpisah dari NATO.

Pada bulan November 2017, ketika Erdogan berkunjung ke Rusia, Putin mengatakan bahwa mereka percaya bahwa hubungan kedua negara telah "sepenuhnya dipulihkan."

Dari kebutuhan mendasar kedua negara, mereka perlu bersatu untuk terlibat dalam permainan intrik ini dengan AS.

Selain itu, pada bulan Oktober 2017, Presiden Turki Erdogan melakukan kunjungan bersejarah ke musuh Turkeys, Iran.

Dalam situasi ini, AS terpaksa harus secara hati-hati menangani hubungannya dengan Turki.

Turki dan Rusia memperbaiki hubungan mereka adalah sesuatu yang sangat menyakitkan AS. Efek langsungnya adalah bahwa kebijakan Timur Tengah AS saat ini dalam situasi yang sulit.

Untuk masalah topik penting yang sedianya mendorong proses perdamaian Palestina-Israel ke depan, menggulingkan pemerintahan al-Assad, dan membatalkan kesepakatan nuklir Iran, jika Turki menentang AS dan berdiri di sisi Rusia, maka bagi AS akan tambah sulit untuk mencapai tujuannya.

Akankah Turki benar-benar meninggalkan NATO dan benar-benar berpihak dengan Rusia? Sebagai satu-satunya negara NATO di Timur Tengah, Turki memiliki sentimen mendalam dengan Uni Eropa, dan telah lama berusaha untuk bisa bergabung dengan Uni Eropa, namun tampaknya dipersulit.

Tapi antara Turki dan Rusia memiliki dendam sejarah berabad-abad. Sejarah mereka telah digambarkan sebagai "pertempuran sengit selama tiga abad, dan perang berdarah sebelas kali." Sulit untuk mengatakan apakah Rusia dan Turki benar-benar dapat melepaskan dendam mereka ini.

Namun untuk urusan luar negeri kini Turki semakin mandiri. Hubungannya dengan NATO akan semakin maju menuju titik untuk terlepas dari kengkangan mereka. Namun saat ini untuk sementara tidak akan meninggalkan NATO.

Tapi itu akan tetap mempertahankan di batas-batas garis bawah, dan berusaha untuk tidak dibatasi oleh peraturan NATO. Turki ingin menekankan independensinya.

Dalam sebuah pernyataan publik terdahulu, AS dan Turki saling memberi ruang untuk memulihkan hubungan mereka. Selain Amerika Serikat yang mengaku memahami kekhawatiran Turki, pejabat Turki menekankan kepada dunia luar bahwa selama pejabat AS berjanji kepada Turki bahwa tidak akan ada personil militer AS di Afrin, tidak akan ada kemungkinan adanya konflik langsung di kawasan ini antara negara mereka.

Menjawab pertanyaan wartawan tentang apakah pertempuran di Afrin akan berkembang menjadi perang antara AS dan Turki, Menlu AS Rex Tillerson menjawab dengan sangat pasti bahwa tidak akan ada "pertentangan" antara dua negara NATO.

Pada kenyataannya, Erdogan juga pernah mengatakan bahwa jika dia mencapai tujuannya, operasi militer akan berakhir.

Erdogan mengumumkan: Saya mengumumkan kepada dunia bahwa negara saya tidak mengingini satu inci pun dari wilayah negara lain. Tujuan mendasar dari operasi ini adalah untuk menjaga integritas wilayah Suriah dan melindungi keamanan kehidupan dan kemakmuran rakyat Suriah. Operasi Afrin akan berakhir saat tujuannya tercapai, seperti "Operation Euphrates Shield."

Prakarsa Rusia

Dari 20 hingga 30 Januari lalu telah diadakan "Syrian National Dialogue Congress/Kongres Dialog Nasional Suriah" di Sochi, Rusia. SDF yang telah diberi bahu dingin oleh AS, menerima undangan dari Rusia, dan mengirim seorang perwakilan ke kongres tersebut.

"Kongres Dialog Nasional Suriah" adalah sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh Rusia antara pemerintah Suriah dan semua faksi oposisi, yang berusaha mengakhiri perang saudara Suriah selama tujuh tahun.

Tapi banyak pengamat dan analis Timur Tengah beranggapan untuk mengakhiri perang ini bukanlah suatu tugas yang sederhana dan mudah.

Sumber: 1, 2, 3, 4  

MediaTV dan Tulisan Luar Negeri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun