Sebenarnya, awal 6 November 2017, PM Jepang Shinzo Abe dengan jelas menyatakan saat bertemu dengan Presiden AS Trump di Tokyo bahwa mereka selanjutnya akan bekerja sama di bidang ruang angkasa.
Jepang dengan sendirinya ingin berbagi tanggung jawab. Berbagi tanggung jawabnya adalah bergabung dalam konflik ruang angkasa dan cyber AS. Hal ini karena menginginkan memperoleh posisi sebagai kekuatan utama dan juga memungkinkannya mendapatkan teknologi yang memadai, karena di kedua sektor ini, Jepang sangat jauh tertinggal dari AS.
Dalam manufaktur tradisional dan manufaktur militer, Jepang memproduksi chip dan barang lainnya, dan memiliki bahan yang sangat baru, sehingga masih memiliki beberapa kelebihan, namun bila menyangkut cyber dan ruang angkasa, Jepang hanya memiliki sedikit kemampuan untuk konflik ruang angkasa. Karena selama ini AS telah dengan sengaja membatasinya, jadi Jepang menggunakan kesempatan ini, dengan melihat AS yang sedang membiarkan aliansinya di seluruh dunia untuk ikut serta. Karena AS kini merasakan ketika mengembangkan sistem aliansinya di seluruh dunia, dalam persaingan kekuatan utama mereka tidak bisa melawan sendiri atau secara keseluruhan. AS merasa tidak memunyai kekuatan untuk melakukan semuanya seperti yang diinginkan, dan sagat membutuhkan dukungan negara-negara NATO di Eropa, serta dukungan dari Jepang dan Korsel untuk melanjutkan kelangsungan aliansinya.
Bangkitnya Perlombaan Bom Nuklir
Berdasarkan versi baru "Strategi Pertahan Nasional" AS mungkin akan meningkatkan senjata nuklir dengan skala besar.
Trump mengatakan: Â Ini akan menjadi sebuah mimpi indah dimana tidak ada negara yang memiliki nuklir, tapi jika negara-negara memiliki nuklir, kita akan berada di puncak paket ini.
Laporan "Strategi Pertahanan Nasional" AS, dipenuhi dengan pemikiran Perang Dingin dan hegemoni, namun pada saat yang sama, kita juga melihat bahwa AS nampaknya cemas untuk keunggulannya tertantang akan posisinya yang selama ini berada dipaling atas akan terkalahkan.
Maka setelah pemerintahan Trump secara bertahap sudah lengkap, "Strategi Keamanan Nasional" AS ini akan dikonfirmasi.
Jadi versi baru "Strategi Keamanan Nasional" AS yang dipenuhi dengan "kekhawatiran tak berdasar" atau  "siap-siap menghadapi bahaya di saat-saat yang aman"?
Pada 1 Januari 2018, waktu AS, Presiden Donald Trump membuat tweet pertamanya pada Tahun Baru, dengan kejam mengeritik Pakistan yang selama ini sebagai sekutu utama AS yang non-NATO.