Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagaimana Kebijakan AS Terhadap Asia-Pasifik Setelah Presiden Trump Setahun Berkantor?

23 Januari 2018   18:18 Diperbarui: 23 Januari 2018   18:36 2128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di permukaan, hubungan AS-India telah mengalami penghangatan dalam beberapa tahun terakhir, namun yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa masih ada perbedaan besar dalam keprihatinan fokus kerja sama mereka, dan meskipun mereka "berpegangan tangan," mereka tampaknya berselisih. Demikian menurut pandangan beberapa analis.

Namun dalam banyak aspek, India dan Tiongkok sudah bekerjasama dengan baik, termasuk di kawasan Samudra Hindia. Selain itu, mereka juga memiliki kesamaan dalam gambaran global yang lebih besar, dan mereka sesungguhnya memiliki banyak kesamaan, dengan "multi polarisasi global".

India berharap tata letak strategis dunia akan menjadi ter-multi polarisasi. Tapi apa itu multi-polarisasi? Multi-polarisasi berarti bahwa AS akan kehilangan hegemoni. India bekerja ke arah ini. Ini sepenuhnya bertentangan dengan kepentingan AS.

Dalam Bank BRICS, Tiongkok telah menginvestasikan sebagian besar modal, tapi yang menjadi kepala adalah India. Mengapa? Karena India proaktif, dan mau melakukan ini. AS dan Barat tidak memiliki kendali penuh atas bank dunia ini. Sejumlah besar negara berkembang juga perlu memiliki suara.

India sepakat dengan Tiongkok mengenai hal ini. Tanpa dukungan Tiongkok, sistem BRICS tidak akan berlangsung. Jadi secara keseluruhan, Tiongkok memiliki banyak aspek yang sedang bekerjasama dengan India. Jadi kedua belah pihak harus tetap bisa bekerja-sama, dan kedua belah pihak akan dirugikan jika terjadi permusuhan antar mereka.

Kebijakan Trump Yang Dipandu Isu

Pengamat dan analis berpandangan bahwa saat ini Trump nampaknya berada dalam suatu situasi yang unik, orientasi kebijakannya dipandu oleh isu-isu. Apa artinya itu? Jika beberapa masalah terjadi di tempat tertentu, dia akan fokus menangani masalah itu. Jika ada isu menonjol di tempat lain, dia akan fokus secara khusus pada masalah lain itu.  Jadi dapat dikatakan ini adalah sifat yang sangat jelas dari pemerintahan Trump saat ini, termasuk dengan kebijakan Asia-Pasifik mereka. Demikian menurut beberapa analis dan pengamat.

Asisten Kementrian Luar Negeri AS untuk kawasan  Asia Timur dan Pasifik, Susan Thornton mengatakan beberapa hari yang lalu ketika membahas kebijakan Asia-Pasifik Trump bahwa strategi Obama untuk menyeimbangkan kembali wilayah Asia Pasifik telah secara resmi berakhir, dan bahwa kebijakan Asia-Pasifik Trump mungkin menggunakan metode baru.

Jadi, mengapa menjadi sangat sulit bagi AS untuk menetapkan strategi baru di Asia-Pasifik?

Perlu kita ketahui, saat ini Asia menyumbang lebih dari 60% ekspor Amerika. AS memiliki total investasi langsung lebih dari 620 miliar USD di kawasan Asia-Pasifik, dan sebelum tahun 2030, dua pertiga konsumen kelas menengah di dunia berada di Asia.

Mengingat pentingnya, kepentingan ekonomi dan kawasan Asia-Pasifik untuk kepentingan keamanan AS, dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah Trump akan meningkatkan perhatian dan investasinya di kawasan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun