Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tata Kelola Global Menurut Pandangan Tiongkok untuk Zaman Milenial dan Generasi Z

25 Oktober 2017   08:58 Diperbarui: 25 Oktober 2017   09:17 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AS terlalu kuat. Masyarakat internasional untuk melakukan tindakan memberi sanksi atau menghukumnya terbatas. Namun yang terjadi dengan PBB,  AS bisa menghukum negara-negara lain yang tidak mematuhi resolusi PBB, namun jarang melihat AS dihukum jika melanggar atau tidak mematuhi resolusi PBB---kiranya hal ini jarang terlihat.

Hasil dari perilaku AS ini, menyebabkan PBB dalam memainkan peran semakin berkurang dalam menghadapi banyak konflik besar. Selama lebih dari 30 tahun sejak berakhirnya Perang Vietnam, AS melancarkan pendudukan militer 3 kali, ini merupakan serangan militer yang diotorisasi oleh PBB, sementara sisanya adalah operasi militer hegemonik, unilateral atau bilateral militer AS.

Melihat kembali tindakan AS dalam beberapa tahun terakhir, mudah untuk melihat bahwa AS sebelum mendapatkan otorisasi PBB, mereka langsung maju berperang atas nama PBB, seperti Perang Teluk, Perang Afghanistan, dan Perang Libya; Jika tidak bisa mendapatkan otorisasi PBB, maka menggunakan NATO untuk melakukannya, seperti Perang Kosovo dan Perang Irak.

Menghadapi pelanggaran secara terbuka terhadap Piagam dan konvensi PBB, PBB tampaknya tidak berdaya.

AS melihat dunia seolah-olah dari tempat tinggi, dan bagaimana cara mempertahankan posisi hegemoniknya? Jadi, juga ingin menggunakan tata kelola global dan terkadang ingin memamerkan peran PBB, namun perannya bukanlah memperlakukan secara setara terhadap anggota PBB lainnya. Sama sekali tidak. AS hanya ingin mempertahankan posisinya sebagai "pimpinan".

Pada 4 Januari, sehari setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang baru resmi bekerja, dia menilpon langsung Trump. Trump mengatakan bahwa pemerintahan baru perlu menjalani beberapa reformasi dan perubahan untuk memastikan bahwa setiap sen yang diberikan AS kepada PBB telah digunakan secara efektif. AS membayar jumlah yang paling banyak untuk biaya-biaya operasi dan perawatan harian PBB, dan menanggung sekitar 22% dari biaya operasional PBB.

Kini AS sebagai penyumbang biaya operasional terbesar PBB dan coba untuk melakukan tekanan, namun ini akan membuatnya pusing kepala. Karena kini relatif lebih lemah, tidak begitu percaya diri seperti sebelumnya, jadi lebih cermat melihat pengeluarannya, dan jika Anda tidak sesuai dengan permintaannya, maka mereka tidak akan memberi Anda uang.

Kebiajakan "America First" AS Akan Meminggirkan PBB

Pada 20 Januari, AS memasuki era Trump. Dia memandang pemikiran inti dari kebijakan luar negerinya sendiri sebagai "Amerika yang utama," yang berarti menempatkan kepentingan Amerika dan keamanan Amerika terlebih dahulu dan yang terutama. Kita bisa memprediksi bahwa dalam proses diplomasi AS, PBB niscaya akan ditakdirkan untuk dipinggirkan.

Kunci dari tata kelola global adalah mengklarifikasi siapa yang mengatur, apa yang mereka kelola, dan bagaimana mereka mengelolanya.

Pandangan dan Usulan Tiongkok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun