Pada 17 Januari 2017, Xi Jinping menekankan pada Forum Ekonomi Dunia bahwa Tiongkok harus secara tegas berkomitmen untuk mempromosikan globalisasi, memimpin globalisasi ekonomi ke arah yang lebih baik, menciptakan model pertumbuhan yang penuh vitalitas, terbuka, saling-menguntungkan, model tata kelola yang adil dan rasional, dan model pembangunan yang seimbang dan umum, untuk secara mantap mewujudkan kesadaran akan bernasib bersama, mengambil tanggung jawab bersama, bersama-sama mendorong untuk pertumbuhan global.
Peter Mourer, Presiden Palang Merah Internasional mengatakan: Apa yang saya suka dengan pidato Presiden Tiongkok adalah bahwa dia mengklaim bahwa kita seharusnya tidak melawan globalisasi, dan harus memiliki ilusi yang harus dapat kita kendalikan, kita harus bisa mengelola, kita harus bisa bertanggung jawab untuk mencoba mencari solusi untuk masalah global tersebut. Dan menentang globalisasi akan sia-sia. Â Kedua yang membuat saya bangga dan senang dengan mendengar dari segala sudut di Davos ini pengakuan bahwa kita tidak dapat melakukannya sendirian.
Bagaimana globalisasi ekonomi bisa ditata agar bisa berkembang ke arah yang lebih baik?
Pada 18 Januari awal tahun ini, pada waktu setempat, Xi Jinping memenuhi undangan untuk mengunjungi Kantor PBB di Jenewa. Di Istana Bangsa-Bangsa, Xi Jinping memberikan keynote speech/pidato kunci berjudul "Creating a Community of Common Destiny" (Menciptakan Komunitas Bernasib Bersama) yang mengusulkan solusi Tiongkok untuk tata kelola global.
Presiden Xi Jinping menyerukan agar mempromosikan azas timbal balik dari proses besar untuk menciptakan sebuah Komunitas Umum yang Bernasib Bersama, dan bersikeras mengusulkan konsultasi melalui dialog, saling membangun dan berbagi, kerjasama, komunikasi dan pertukaran yang saling menguntungkan, dan proyek hijau dan rendah karbon, untuk membangun sebuah dunia yang terbuka, dapat diterima semua pihak, bersih dan indah dengan perdamaian abadi, keamanan umum, dan kemakmuran bersama.
"Menciptakan sebuah komunitas umum bernasib bersama untuk mencapai suasana yang saling menguntungkan dan saling berbagi" inilah yang dijadi sikap dan solusi Tiongkok.
Tiongkok kini, yang secara aktif terlibat dalam tata kelola global telah menjadi ciri unik dari diplomasi Tiongkok selama era Presiden Xi (menjabat). Â Misalnya, dia mengusulkan sebuah tujuan jangka panjang dengan menciptakan sebuah komunitas umum bernasib bersama. Dan membangun bentuk baru hubungan internasional kooperasi yang saling menguntungkan, setidaknya secara moral, dia menciptakan masyarakat yang lebih baik daripada apa yang telah diciptakan Barat sebelumnya.
Dan banyak prinsip spesifik akan dimunculkan di bawah kerangka utama tata kelola global ini, seperti prinsip yang berpusat di sekitar PBB.
Setelah P.D. II berakhir, PBB lahir untuk mencegah terjadinya perang lain, namun masyarakat tidak menuju ke arah kedamaian yang abadi setelah PBB berdiri. Setelah Perang Dingin berakhir, AS menjadi dominasi, dan ketika untuk penanganan hubungan internasional, mereka selalu menganut prinsip mendahulukan kepentingannya, dan bahkan memandang PBB hanya sebagai simbol kelayakan dan keadilan, sebagai alat bagi mereka, dengan melemahkan otoritas dan efektivitas PBB dari waktu ke waktu.
Namun, setelah memasuki abad baru, dunia berkembang dalam arah yang semakin terpolarisasi, dan situasi internasional yang rumit dan berkembang cepatnya ekonomi global tidak hanya membuat berbagai kelompok internasional menjadi lebih baik, namun juga menunjukkan peran mereka dalam urusan global, dan mempromosikan formasi keberadaan antar ketergantungan satu sama lainnya antara negara-negara dan ekonominya. Jika ada satu anggota dirugikan maka mereka semua akan juga mengalami kerugian.
Xi Jinping mengatakan bahwa saat ini, urusan global semakin menuntut konsultasi gabungan antar negara, dan membangun mekanisme internasional, mematuhi peraturan internasional, dan mencari keadilan internasional telah menjadi konsensus di antara mayoritas negara-negara. Jadi, bagaimana tata kelola global dapat dilakukan secara efektif? Tiongkok percaya bahwa PBB bisa memainkan perannya yang sangat penting.