Pada siang hari Yang Zao sibuk di pertanian, ketika pulang ke tempat tinggalnya di rumah gua sibuk menulis surat di bawqh lampu yang redup. Itu jelas surat yang penuh gairah, tapiYang Zao agak ragu tidak tahu apakah surat-surat itu bisa menyampaikan pikirannya dengan tepat dan membawa kekasihnya ke Tiongkok. Dia khawatir sekali dengan idenditas khusus dari kekasihnya.
Kendati demikian, bom atom membuat banyak peneliti yang terlibat dalam proyek litbang bom atom ini menjadi ragu. Diantaranya, ada seorang fisikawan muda bernama Joan Hinton.
Joan Hinta Pacar Erwin (Sid) Engst
Pada tahun 1944, Joan sebagai seorang mahasiswa pascasarjana, Joan dipanggil ke Proyek Manhattan rahasia di Los Alamos dimana para otak-otak top  dunia berlomba membangun bom atom pertama di dunia.
Joan menyaksikan tes bom atom pertama di gurun Nevada. Dengan menceritakan: "Saya merasa seperti berada di dasar samudera cahaya. Kemudian secara bertahap, seperti ada magnet yang mengisap cahaya ini dan terkonsentrasi ke dalam massa ungu ini. Seperti minyak terbakar - hitam di bagian luar dan ungu di dalamnya; Warna ungu beracun yang mengerikan. "
Pada masa-masa awal, bahaya radiasi dipahami secara tidak sempurna dan tindakan pencegahan keselamatannya masih primitif. Joan ingat pernah menyupiri seorang ilmuwan muda ke rumah sakit setelah secara tidak sengaja menyentuh bola plutonium. Ia menjadi korban radiasi keracunan pertama yang tercatat sebagai korban. " Harry Daghlian membutuhkan waktu sebulan untuk meninggal. Radiasi itu membakar langsung di sekujur tubuhnya dan usaha dokter tersebut terbukti tidak berguna. Bahkan ketika membiarkannya merendam tubuhnya ke dalam es juga tidak mempengaruhi pembakarannya."
Dalam benak Joan timbul pikiran, bagaimana dia menjadi ahli pembuat senjata pembunuh sebagai fisikawan yang bertekad untuk bisa memberi manfaat bagi umat manusia?
Pada bulan Agustus 1945, dua bom atom, yang dinamakan "Little Boy" dan "Fat Man", telah mengubah Hiroshima dan Nagasaki menjadi api pemusnah manusia seketika. Melihat asap tebal yang naik, rekan-rekan Joan Hinton berkata dengan dingin, "Itu adalah tulang dan daging dan darah orang Jepang."
Melihat kehidupan yang tak terhitung jumlahnya diabaikan tanpa ampun dengan ucapan dingin semacam itu. Bom atom menjadi pembunuh, dan dia adalah salah satu pembuatnya. Joan Hinton jatuh sakit. Pengejaran ilmu fisika murni dikecewakan pada saat itu juga.