Menlu Filipian Alan Cayetano  mengatakan: Apa jaminan bagi orang Filipina? Apa jaminan bagi para nelayan? Mereka sekarang bisa memancing disana. Apa jaminan untuk generasi penerus? Kini tempat pemijahan ikan dijaga penjaga kedua negara penjaga pantai, kini kerang raksasa dan daerah dengan sumber daya kelautan yang perlu dijaga dijaga baik oleh penjaga pantai kedua belah pihak Filipina dan Tiongkok. Sekarang Filipina dan Tiongkok sedang berunding, sekarang kita bekerja sama dan melakukan sesuatu bersama. Kami punya masalah di Mindanao, siapa yang memberi kami senjata dan amunisi gratis? Jadi, ini bukan tentang kata-kata, tentang dokumen, tentang penandatanganan. Lihatlah tindakannya.
Sebagian pengamat ada yang berpikir, pemerintah Filipina telah melakukan perubahan 180 derajat. Bagaimana situasinya sekarang? Hal ini apakah tidak menguntungkan kawasan ini, tapi sebaliknya justru sangat bermanfaat bagi kawasan ini, jadi Filipina adalah panutan yang hebat, dan negara-negara ini telah memperlihatkan hal itu kepada dunia luar.
Vietnam Bertindak Terkecualian Dan "Dikecam" Negara-negara ASEAN
Saat ini, dari empat penuntut LTS di ASEAN, hanya suara Vietnam yang mengambil sikap yang cukup keras. Selama Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ini, Vietnam mengusulkan untuk menambahkan kata-kata seperti "pulau dan membangun LTS" ke dalam pernyataan akhir, yang mendapat tentangan dari negara-negara ASEAN lainnya.
Analis melihat perilaku Vietnam benar-benar bisa merusak kepentingan keseluruhan ASEAN, karena ini lebih pada kepentingan nasional Vietnam sendiri, dan sampai batas tertentu, hal itu membawa kepentingan keseluruhan ke seluruh masyarakat ASEAN.
Dalam hal ini Menlu Tiongkok Wang Yi menanggapi masalah pembangunan pulau ini dengan mengatakan: Beberapa menteri luar negeri telah menyatakan keprihatinannya tentang pembangunan pulau. Dengan kata lain, ini bukan konsensus sepuluh negara ASEAN---sebenarnya hanya satu atau dua menteri luar negeri yang mengemukakan keprihatinan ini, dan yang ingin saya katakan kepada semua orang adalah bahwa Tiongkok telah menghentikan pembangunan pulau dua tahun yang lalu, atau menyelesaikan proyek reklamasi di tanah kita. Jadi kalau ada yang masih melakukan pembangunan pulau, itu bukan Tiongkok.
Justru Vietnam yang masih terus-menerus membangun pulau. Gambar satelit yang dikeluarkan oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional  (CSIS) yang berbasis di AS pada bulan Mei 2016, menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, Vietnam telah memulai pembangunan pulau dengan dua poin di perairan yang pernah diperebutkan. Vietnam telah melakukan reklamasi 10 kawasan yang telah diduduki secara ilegal, dan telah menciptakan area seluas lebih dari 0,48 kilometer persegi.
Bagaimanapun, Tiongkok dan Vietnam memiliki kepentingan yang lebih luas di antara negara ASEAN lainnya. Jika Vietnam bertindak terlalu jauh ke jalan untuk bermasalah di LTS, maka dikhawatirkan Tiongkok akan secara komprehensif menentangnya, dan saling beroposisi ini sebenarnya tidak sesuai dengan kepentingan Vietnam dan negara ASEAN lainnya.
Selama pemerintahan Obama, LTS dipandang sebagai tabir asap bagi strategi AS untuk menyeimbangkan kembali Asia Pasifik, dan Jepang mengikuti Amerika Serikat dalam menyebabkan masalah di LTS.
Dapat dikatakan hal itu adalah yang sangat merusak Tiongkok dan penggugat LTS. Kini, meski pemerintah Trump belum menyebutkan strategi untuk menyeimbangkan kembali kawasan Asia Pasifik, namun AS tidak berencana melemahkan kehadiran militernya di LTS.