Trump mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan Arab Saudi dan yang lainnya terhadap Qatar "dingin tapi perlu."
Sehingga AP menyebut ucapan yang dilakukan oleh Tillerson dan Trump pada hari yang sama dengan "pesan yang saling bertentangan" itu menunjukkan "diplomasi yang kacau."
Selama krisis diplomatik ini, Trump memiliki beberapa posisi. Arti dari sikap ini tampaknya saling bertentangan, tapi sebenarnya sama saja. Ketika sampai pada isu Qatar, Trump memiliki dua kalimat yang ingin dipastikan dengan jelas tentang krisis Qatar ini. Pertama, dia mendukung negara-negara Arab yang memberi pelajaran kepada Qatar. Yang kedua, ia ingin mempertahankan hubungan khusus antara AS dan Qatar.
Pejabat Pentagon secara pribadi mengatakan kepada media bahwa mereka terkejut dengan pernyataan Presiden Trump. Qatar adalah sekutu militer penting AS. Militer AS di pangkalan militer Al Udeid dekat Doha, Qatar adalah pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah dengan lebih dari 10.000 tentara AS di sana---ini adalah sebuah kamp garis depan untuk pasukan kontraterorisme AS di Timur Tengah. Jadi, bisa diketahui betapa pentingnya Qatar sebagai sekutu AS?
Salain itu, AS memiliki pangkalan militer besar di Qatar. Pangkalan militer ini berkemampuan untuk mendarat dan meluncurkan semua pesawat AS, termasuk B-52. Jika terjadi akan mengisolasi dan menghukum Iran, dan situasi ini jika berevolusi menjadi hukuman militer, maka pangkalan udara yang dimiliki AS di Qatar akan menjadi basis penjaga terdekat AS ke Iran.
Jadi keberadaan dan operasi normal basis ini adalah bottom line Trump, kartu terakhir yang dimiliki Trump. Dia harus berpegang pada itu, namun dia tidak memainkannya dengan cantik. Sama halnya dengan Qatar, keberadaan pangkalan AS ini merupakan perlindungan terbaik pemerintah dan teritorinya. Jadi keadaannya tidak ada situasi di mana Qatar bisa merusak hubungannya dengan AS.
Namun ada beberapa analisis yang  mengatakan bahwa meski pangkalan militer di Qatar sangat penting bagi kedua negara, tapi hal itu bukannya tidak dapat digantikan oleh AS. Saat ini, teknologi militer sangat maju dan sangat modern. Jika AS terlibat dalam operasi militer di negara lain atau di kawasan Timur Tengah, tidak masalah jika basisnya berada di Qatar, Bahrain, atau Arab Saudi.
Tapi bagaiamanapun dua sekutu terpentingnya di Timur Tengah yang memiliki perselisihan yang begitu parah jelas bukan hal yang baik bagi AS, dan niscaya akan membahayakan kepentingan nasional AS jika terus berlanjut.
Sebenarnya, AS sangat cemas, karena kunjungan Trump ke Arab Saudi baru saja berakhir, yang berusaha bersama dan memperluas koalisi regional untuk menekan Iran. AS berharap bisa memainkan peran dalam menggulingkan Iran secara efektif. Pada saat kritis ini, karena ada keretakan seperti ini, yang menjadi inti koalisi untuk menekan Iran - GCC, ini pasti akan mempengaruhi keefektifan koalisi tersebut, dan menyebabkan keefektifan kunjungan Trump ke Arab Saudi bisa menjadi tidak efektif beberapa derajat, dan ini akan berpengaruh terhadap langkah selanjutnya dalam desain strategis AS untuk Timur Tengah.
Antisipasi Qatar
Apa yang perlu juga dipikirkan, tidak lama setelah krisis diplomatik ini terjadi, Menlu Qatar pertama pergi ke Jerman dan Rusia.