Perilaku seperti ini yang tidak dapat diterima di mata Arab Saudi dan negara-negara lain. Setelah negara-negara lainnya gregetan beberapa lama, konflik akhirnya meletus di depan umum.
Peran Qatar juga dimainkan melebihi peran yang seharusnya dimainkan, dengan menggunakan TV Al Jazeera, dan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, Hamas, dan Iran, dan situasi ini tidak dapat bertahan lama. Dengan Qatar memainkan peran utama seperti itu, dunia Arab pasti membendung lingkup dan kedalaman pengaruhnya.
Jadi tampaknya Arab Saudi dan negara-negara lainnya memutuskan hubungan bersama-sama dengan Qatar adalah suatu hukuman kepada Qatar, yang selama ini mejadi duri dalam daging mereka. Tindakan ini mungkin bagi Arab Saudi untuk tujuan membangun prestise di GCC, Liga Arab, dan Dunia Islam.
Qatar yang mengalami pemutusan hubungan diplomatik yang begitu cepat, sehingga tidak sempat bereaksi. Lalu bagaimana Qatar menangani badai dipolmatik yang mendadak ini adalah merupakan satu ujian berat.
Qatar sangat berharap masyarakat internasional dapat menengahi ini, dan membuat badai ini berlalu lebih cepat. Sikap AS terhadap Qatar sangat penting pada saat ini. Sebagai sekutu baik dengan Arab Saudi maupun Qatar, bagaimana AS akan memilih?
Siapa yang akan memainkan peran penting dalam menetralisir krisis ini?
Menurut sebuah laporan CNN, Menteri Pertahanan AS bertemu dengan Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Mohammad Al Attiyah pada tanggal 14 Juni waktu setempat, dan mencapai kesepakatan AS untuk penjualan pesawat tempur. Qatar akan membeli 36 jet tempur F-15 Hawk dari AS dengan total 12 miliar USD.
Hal ini terjadi tepat setelah AS mengkritik Qatar karena mendanai terorisme, dan AS menjual pesawat tempur ke Qatar. Serangkaian tindakan pemerintah AS membuat satu goresan pada kepala mereka untuk kebijakan Timur Tengah. Dan situasi seperti ini telah terjadi berkali-kali setelah krisis diplomatik Qatar terjadi.
Pada  9 Juni, pada saat dalam sebuah konferensi pers, Menlu AS Rex Tillerson meminta Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir untuk melonggarkan blokade melawan Qatar, dan bahwa semua pihak melakukan dialog untuk mencegah agar keadaan tegang tidak meningkat. Dia menunjukkan bahwa blokade tersebut merugikan bisnis perusahaan AS dan negara-negara lain yang berada di Qatar, dan dapat menghalangi operasi militer AS untuk memerangi ekstrimis.
Tapi kurang dari dua jam kemudian, Trump mengatakan kepada Media bahwa selama kunjungannya ke Arab Saudi bulan lalu dan pertemuannya dengan banyak pemimpin negara Arab dan Islam, beberapa pemimpin telah berbicara dengannya tentang bagaimana "berurusan dengan" Qatar.
Pada saat itu, Trump, Tillerson, dan seorang pejabat senior militer AS telah memutuskan bahwa itu "saatnya memaksa Qatar untuk menghentikan pendanaan kepada terorisme."