Dalam pidatonya saat itu Trump mengatakan: "Saya berdiri di hadapan Anda, namun diskusi tidak lengkap jika ancaman ini tidak mencap (menyebutkan/stamping out) Â pemerintah ini yang telah memberi tiga macam kepada teroris: perlindungan, dukungan finansial, dan status sosial yang dibutuhkan untuk perekrutan. Ini adalah rezim yang bertanggung jawab atas ketidak-stabilan di kawasan ini, tentu saja yang saya maksud ini adalah --Iran."
Padahal Emir Qatar menghadiri pertemuan puncak, dan juga mengadakan pertemuan dengan Trump, namun saat itu dia tidak mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan pidato Trump atau bahwa dia tidak setuju dengan menentang terorisme. Pertemuan ini dilihat oleh Arab Saudi,  bahwa ini membuktikan Qatar menyetujui pidato Trump. Setelah pidato Trump, Arab Saudi memobilisasi negara-negara Muslim yang menghadiri pertemuan tersebut untuk menerbitkan sebuah "Deklarasi Riyadh," yang sebenarnya mengulangi pokok-pokok utama pidato Trump. Dalam  Deklarasi ini juga termasuk Qatar.
Jadi ketika terjadi insiden peretasan, Arab Saudi percaya bahwa Qatar berbalik pada kata-katanya. Apa yang memprovokasi adalah bahwa tindakan pemutusan hubungan dengan Qatar persis hampir bersamaan dengan negara-negara ini. Hal ini membuat pihak lain tidak bisa tidak menduga apakah pemutusan hubungan ini sudah direncanakan sebelumnya.
Sebenarnya menurut para analis Timteng, konflik dan prasangka antara negara-negara Arab dan Qatar, sudah ada sejak lama. Konflik dan sentimen semacam ini yang dapat juga disebutkan prasangka, sudah berangsur-angsur terakumulasi. Maka ketika masalah sensitif semacam "Hackergate" ini terjadi, mereka akan segera membuat keputusan terpadu dalam hitungan menit.
Jika menyangkut maslah beginian, mereka tidak perlu membahasnya teralu banyak, sunguh-sungguh, atau secara komprehensif. Mereka hampir tidak membutuhkan sinyal, bahkan hanya cukup dengan hubungan per tilpon, masalahnya sudah bisa diputuskan.
Qatar Menjadi Fokus Perhatian Dunia
Mengalami keruntuhan hubungan diplomatik ini, perhatian masyarakat internasional terfokus pada Qatar - sebuah negara yang biasanya tidak terlalu banyak menarik perhatian. Qatar memiliki luas wilayah hanya 11.000 km2, dan memiliki populasi hanya 2,5 juta.
Qatar adalah negara kecil di Timteng, namun belakangan ini, pengaruh Qatar telah jauh melampaui lingkup sebuah negara kecil. Bahkan kadang-kadang telah mencuri sorotan dari beberapa negara besar di kawasan itu, yang telah membuat beberapa negara tidak senang.
Jadi, apakah Arab Saudi dan negara-negara lainnya ini memutuskan hubungan dengan Qatar hanya untuk memberi pelajaran kepada negara ini? Atau mereka ini mempunyai tujuan lain?
Menanggapi berbagai negara memutuskan hubungan dengan Qatar pada 5 Juni lalu, Kemenlu Iran mengeluarkan pernyataan yang meminta semua pihak untuk mau mengekang sebisa mungkin, untuk mengurangi konflik, menghindari keputusan emosional dan bertindak rasional.
Dengan Arab Saudi mengumumkan penutupan rute darat, pelabuhan dan wilayah udara. Laporan mengatakan bahwa Iran telah siap untuk mengekspor berbagai produk pertanian melalui pelabuhan Iran di Bandar Abbas, Bushire, dan Bandar Lengeh.