Sejak Donald Trump resmi menjabat Presiden AS, sikapnya terhadap Rusia dan NATO susah untuk dipahami.bagi dunia luar.
Tapi sikapnya terhadap Rusia, Trump tampaknya berharap untuk mendapat pujian dan bersikap ramah, tapi terhadap sekutu AS—NATO, ia membuat komentar dingin dan bahkan pernah mengatakan bahwa organisasi itu telah ketinggalan jaman.
Demikian juga dunia luar sedang menunggu hubungan AS-Rusia akan membaik, tapi tampaknya pemerintah baru itu justru melakukan putaran balik terhadap Rusia, dan memperkuat kerjasamanya dengan sekutu---NATO.
Dengan hanya dalam waktu kurang dari 100 hari, sikap AS terhadap Rusia dan NATO perubahannya bak seperti roller coaster. Apa yang membuat perubahan tersebut? Dibalik ini semua apa yang nyata dan apa yang palsu?
Pada 25 Mei lalu di Brussel, Belgia, Presiden AS Donald Trump hadir dalam Pertemuan para kepala negara-negara NATO. Topik utama dari pertemuan membahas tentang biaya militer untuk kontraterorisme, dan kedua tentang keprihatinan terbesar Presiden Trump.
Trump mengatakan: 23 dan 28 negara-negara anggota NATO belum membayar biaya yang seharusnya mereka bayar, dan apa yang seharusnya mereka bayar untuk membela mereka. Ini tidak adil bagi rakyat dan pemabyar pajak di AS. Dan banyak dari negara-negara ini masih berhutang uang dalam jumlah besar dari tahun ke tahun sebelumnya, dan sudah tidak membayar untuk tahun-tahun yang lewat sebelumnya.
Sejak dari saat kampanye hingga Trump mejabat resmi presiden AS, sikapnya terhadap NATO tidak pernah bersahabat. Keluhan terbesarnya tentang NATO adalah tentang isu “Iuran” bagi beberapa negara anggota.
Trump dalam kampanye mengatakan: “Itu berarti kita (AS) melindungi mereka dan mereka mendapatkan segala macam perlindungan militer dan hal-hal lain, dan mereka merobek-robek AS, dan mereka membuat Anda kehilangan. Saya tidak perduli saya tidak ingin melakukan itu. Masalahnya apakah mereka mau membayar, termasuk kekurangan pada masa-masa yang lalu atau mereka keluar. Dan itu berarti NATO bubar.”
Selain biaya militer, Presiden Trump juga memiliki banyak keluhan tentang bagaimana NATO menangani isu kontraterorisme. Selama wanwacara, dia pernah mengeluh bahwa NATO tidak memiliki sikap proaktif terhadap kontra-terorisme, dan mengatakan bahwa NATO sudah ketinggalan jaman.
Trump mengatakan: Ketika saya di CNN, dan mereka mengajukan pertanyaan besar kepada saya, mereka bertanya: “Apa pendapat Anda tentang NATO?” saya mengatakan itu sudah usang dan harganya terlalu mahal.”
Memang jika berurusan dengan NATO, Presiden AS Trump tidak akan melepaskan masalah biaya militer dan kontratrorisme. Tapi sikapnya terhadap Rusia sangat berbeda dengan ini. Trump mengatakan: Percayalah padaku. Kita akan baik-baik saja. Tapi jika pihak Rusia berada di pihak kita, alih-alih kita mengenal orang-orang ini, beberapa dari mereka ingin mulai perang dunia ketiga.
Selama dalam kampanye, Trump menunjukkan tanda-tanda bersahabat dengan Rusia. Setelah berhasil terpilih, dia memiliki keinginan untuk lebih realistis memperbaiki hubungan AS-Rusia.
Pada bulan Januari 2017, tepat sebelum Trump menjabat resmi, Trump menulis dalam Twitternya: “Melakukan hubungan baik dengan Rusia adalah hal yang baik, bukanlah hal yang buruk. Hanya orang-orang ‘bodoh’ atau ‘tolol’ yang berpikir itu buruk!” Lebih lanjut dia juga mengatakan: “Ke depan AS dan Rusia dapat bekerjasama untuk menyalesaikan beberapa masalah global.”
Dalam suatu wawancara pada acara “Super Bowl” Fox News : Donald Trump (Trump) Super Bowl Interview With Bill O’Reilly ( O’R) pada 5 Pebruari 2017 a.l. sebagai berikut:
O’R : Apakah Anda menghormati Putin?
Trump : Ya, saya menghotmati dia.
O’R : Betulkah begitu? Mengapa?
Trump: Saya menghormati banyak orang, tapi tidak berarti saya akan akur dengan mereka. Dia adalah pemimpin negaranya. Saya katakan lebih baik kita berbaikan dengan Rusia daripada tidak. Dan jika Rusia membantu kita dalam perang melawan “ISIS” dan ekstrimis Islam seluruh dunia, yang merupakan perang utama, itu adalah suatu yang baik. Ya berbaikan dengan dia? Tapi saya tidak punya ide, tidak memiliki ide bagiamana. Tapi itu masih mungkin.
O’R : Dia itu pembunuh. Putin itu adalah pembunuh.
Trump: Kita juga punya banyak pembubuh. Apa kamu kira negara kita ini sangat polos?Anda pikir negara kita itu begitu polos tidak berdosa?
O’R: Saya tidak tahu apakah ada pemimpin negara kita yang pembunuh.
Trump: Lihatlah, apa yang telah kita lakukan juga. Kita sudah banyak melakukan kesalahan. Saya telah menentang Perang Irak sejak semula.
O’R : Kesalahan itu berbeda dari....
Trump: Banyak kesalahan, Oke, tapi banyak orang yang terbunuh. Jadi banyak pembunuh di sekitar kita. Percayalah....
Pada bulan Pebruari tahun ini, Presiden Trump mengeritik terhadap AS dan melakukan pembelaan terhadap Valdimir Putin dalam sebuah wawancara, yang menyebabkan AS memanas.
Tapi ini semua hanya omongan saja. Hubungan AS-Rusia secara praktis tidak menunjukkan kemajuan seperti yang diperkirakan oleh dunia luar. Bahkan sebaliknya, sejak Maret lalu mengalami tren kemunduran besar.
Pada tanggal 31 Maret, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengambil sikap keras terhadap Rusia dalam sebuah pertemuan Menteri Luar Negeri NATO, dengan mengatakan bahwa negara-negara NATO perlu bersatu dan bersama-sama menanggapi "invasi" Rusia terhadap Ukraina.
Rex Tiller mengatakan: Dan terakhir kita ingin berdiskusi seputar posisi NATO di Eropa, khususnya Eropa Timur dalam menanggapi agresi Rusia di Ukraina dan tempat lain.
Pada pertemuan Menteri Luar Negeri NATO, Tillerson mengatakan, bahwa NATO memiliki arti penting untuk melawan invasi Rusia. Dia mengatakan bahwa AS akan terus memberi sanksi kepada Rusia sampai Krimea kembali ke Ukraina.
Satu minggu kemudian, pada tanggal 7 April, militer AS melancarkan serangan rudal jelajah ke sebuah pangkalan angkatan udara Suriah, dengan alasan militer Suriah "menggunakan senjata kimia" sebagai alasannya.
Suriah, yang sebenarnya tempat ini semula bisa menjadi awal kerjasama antara AS dan Rusia, sekali lagi menjadi arena kontes di antara mereka. Insiden rudal tersebut tak diragukan lagi telah memperburuk hubungan AS-Rusia yang sudah lemah.
Valdimir Putin mengatakan: “Katakanlah bahwa pada tingkat kepercayaan, pada tingkat kerja, dan terutama di tingkat militer, tidak menjadi lebih baik, dan mungkin terdegradasi.”
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Trump mengatakan: “Saat ini kita sama sekali tidak berbaikan dengan Rusia. Kita mungkin berada dalam keadaan yang sama sekali rendah dalam hal hubungan dengan Rusia, yang selama ini telah dibangun untuk jangka waktu yang panjang.”
Selama era Trump, hubungan AS-Rusia, yang semula diharapkan bisa ada harapan membaik, sekali lagi mendingin. Sementara jarak antara AS dan NATO jutru tetap dekat seperti sediakala.
Pada 12 April, saat bertemu dengan Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg, sikap Presiden AS Trump digambarkan oleh CNN sebagai "memutar balik U yang menakjubkan."
Dalam pertemuan ini, Trump menyatakan: “Saya tadinya mengeluh tentang itu sejak lama dan mereka membuat perubahan. Sekarang mereka melawan teroris. Saya pernah katakan itu sudah usang. Kini sudah tidak usang lagi.”
Deutsche Welle Jerman berkomentar dengan mengatakan "Persahabatan Trump dan Putin layu sebelum bisa mekar." Majalah bulanan "Choice" Jepang memperkirakan sebelumnya, pada bulan Februari: "Hubungan AS-Rusia pasti akan memburuk."
Mengapa hubungan AS-Rusia begitu sulit diperbaiki? Dengan kenyataan dari kejadian dengan adanya peristiwa Michael Flynn kontak Rusia, setelah itu dia mengundurkan diri, mudah untuk dilihat adanya tingkat kompleksitas hubungan AS-Rusia.
Setelah Trump menjadi presiden, ia menjadi bintang media AS. Namun, media arus utama AS sebagian memberita tentang hal negatif Trump. Saat ini, insiden kontak Rusia terus berlanjut, berita media arus utama AS menempatkan berita hubungan Trump dengan Rusia sudah menjadi umum dan biasa.
Sehubungan dengan ini, Trump percaya bahwa dia diperlakukan tidak adil. Trump mengatakan: “Lihatlah cara saya akhir-akhir ini diperlakukan, terutama oleh media. Tidak ada politisi dalam sejarah, dan saya mengatakan ini dengan pasti, telah diperlakukan lebih buruk atau lebih tidak adil.”
Pada tanggal 15 Mei, "Washington Post" yang berbasis di AS melaporkan bahwa Presiden Trump telah membocorkan “informasi yang di klasifikasikan " mengenai kelompok ekstremis kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam pertemuan mereka lima hari sebelumnya. Dikatakan bahwa kebocoran informasi ini mungkin telah menghancurkan sumber informasinya.
Begitu kabar diatas dipublikasikan, hal itu langsung menimbulkan gelombang besar opini publik AS. Banyak kalangan di kalangan politik AS menuntut agar Presiden Trump memberi tanggapan. Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri AS Tillerson dan Penasehat Keamanan Nasional AS H.R. McMaster tampaknya mengklarifikasikan semuanya, dengan mengatakan bahwa Presiden Trump tidak membocorkan apapun.
H.R. MacMaster, National Security Advisor memberikan pernyataan: Cerita yang dipublikasikan malam ini apa yang dilaporkan salah. Presiden dan Menteri Luar Negeri mengkaji berbagai ancaman umum, terhadap kedua negara kita termasuk ancaman terhadap penerbangan sipil. Tidak ada waktu, tidak ada waktu lagi dimana sumber atau metode intelijen dibahas, dan Presiden tidak mengungkapkan operasi militer yang belum diketahui publik.
Dalam kenyataannya, ini bukan pertama kalinya Presiden AS Trump dicurigai memberikan informasi ke Rusia. Selama kampanyenya tahun lalu, dia dan tim kampanyenya dituduh memiliki kontak yang tidak semestinya dengan Rusia, dan Rusia dituduh menggunakan kekuatan nasionalnya untuk mempengaruhi pemilihan AS.
Pada 9 Mei, tanpa peringatan terlebih dahulu, Presiden AS Trump memecat Direktur FBI James Comey, yang sekali lagi menimbulkan keraguan dari publik, karena beberapa hari sebelum dia dipecat, Comey masih memimpin penyelidikan FBI atas kampanye Trump mengenai apakah dia telah melakukan atau tidak menghubungi Rusia.
Setelah insiden atau kejadian ‘Kontak Rusia’ Flynn di pecat. Banyak kalangan yang mengira insiden ini akan selesai, tapi sekarang sepertinya masalahnya bukannya selesai malah menjadi berkembang makin besar dan semakin merebut perhatian. Tampaknya dikemudian hari, ketika berhadapan dengan hubugan Rusia, insiden kontak Rusia ini mungkin akan membuat tangan Trump terikat. Kemungkin perbaikan hubungan AS-Rusia masih memerlukan jalan panjang.
Dari mulai kasus Snowden hingga ke Rusia mendapatkan sanksi dari Barat karena masalah Kremia. Hubungan AS-Rusia tetap menghadapi jalan buntu dan terbentur jalan buntu.
Setelah Trump mejabat presiden, di bermaksud memperbaiki kembali hubungan AS-Rusia. Pada 12 April lalu, Tillerson menyatakan bahwa dia bersedia menormalisasi hubungan AS-Rusia selama kunjungannya ke Rusia. Dan kunjungan Menlu Rusia Lavrov pada 10 Mei adalah yang pertama kalinya dalam empat tahun terakhir bagi seorang Menlu Rusia mengunjungi Washington D.C.
Kunjungan ini adalah pejabat Rusia paling senior yang bertemu Trump sejak ia menjabat. Niat kedua belah pihak untuk menghangatkan hubungan sudah terlihat jelas. Namun, kompleksitas hubungan AS-Rusia jauh melampaui lingkup kontrol pemerintah kedua negara.
Selama bertahun-tahun, Demokrat AS, dan Republikan, serta media arus utama hanya menganggap Rusia sebagai lawan geostrategis - mereka menganggapnya sebagai "musuh spiritual".
Kebijakan AS terhadap Rusia telah dipandu bersama oleh elit politik kedua partai AS. Pasti tidak mudah bagi Presiden Trump membebaskan diri dari halangan ini.
Alasannya banyak, salah satunya adalah pembatasan domestik. Saat ini, Demokrat memanfaatkan sepenuhnya insiden kontak Rusia untuk memaksa Trump agar terbentur dinding. Masyarakat Amerika memiliki kecurigaan dan permusuhan yang mendalam dalam hubungannya dengan Rusia.
Pada tanggal 2 Mei, Trump dan Putin melakukan hubungan telepon. Ini adalah hubungan telepon pertama antara dua kepala negara setelah militer AS melakukan penyerangan terhadap Suriah karena insiden senjata kimia yang lalu.
Gedung Putih AS dan Kremlin Rusia mengumumkan bahwa hubungan tilpon tersebut berjalan dengan sangat baik dan sangat konstruktif. Betapapun, ketika sampai pada cabang zaitun yang telah Presiden AS Trump usulkan, atmosfir di Moskow masih merupakan salah satu "harapan, Kekecewaan dan sekaligus kehati-hatian.”
RIA Novosti mengatakan, bahwa ketika sampai pada pengembangan hubungan dengan Rusia, Trump tidak dapat mengambil keputusan sendiri - dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan "elang" di Kongres.
Dalam kenyataannya, Trump hanya bisa mendaptkan pengakuan dalam negeri dengan mengebom Suriah. Jika dia melayani atau mau berbaikan dengan Rusia, hal ini akan menyebabkan ‘pertempuran’ dalam AS sendiri.
Sebuah laporan dari The American Broadcasting Company (ABC) membuktikan hal ini dari aspek lain: Sejak dia melakukan hubungan telepon dengan Putin, Presiden Trump mengalami kritik keras dari dalam negeri AS.
Komite Nasional Demokrat (DNC) bahkan mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa "persaudaraan antara Trump dan Putin telah nampak kembali dengan jelas."
Insiden hubungan kontak Rusia sebenarnya mungkin telah menyebabkan kerusakan besar pada Rusia dan AS. Awalnya, kedua belah pihak mungkin telah memanfaatkan Trump untuk memperbaiki hubungan mereka dalam batas-batas tertentu, tapi insiden hubungan kontak Rusia, justru membuat tangan Trump benar-benar terikat.
Beberapa analis percaya bahwa perlawanan yang dipimpin oleh kekuatan anti-Rusia di AS telah menyebabkan penghangatan hubungan AS-Rusia mengalami stagnasi. Dan menghadapi hambatan-hambatan saat ini, bagaimana mengekstrak dirinya dari tuduhan hubungan kontak Rusia adalah perhatian utama Trump, jadi apakah hubungan AS-Rusia dapat membaik harus menjadi perhatian sekunder.
Di satu sisi, DNC tidak akan melepaskan insiden hubungan kontak Rusia. Di sisi lain, AS dan Rusia memiliki perbedaan mendasar dalam strategi, sehingga akan sulit bagi kedua negara untuk bisa dekat dalam waktu singkat.
Selain itu, bagi NATO ada jurang yang luas antara Rusia dan AS. Konflik geopolitik antara anggota NATO Eropa dan Rusia pasti akan membuat AS sulit memilih antara NATO dan Rusia.
Menurut laporan Sputnik News yang berbasis di Rusia pada 12 Mei lalu, Kementerian Pertahanan Rusia memverifikasi hari itu bahwa sebuah pesawat jet tempur Su-30 Angkatan Udara Rusia telah berhasil mencegat sebuah pesawat patroli anti-kapal selam P-8 "Poseidon" milik AS di atas Laut Hitam yang telah berusaha mendekati perbatasan Rusia pada 9 Mei.
Kedua pesawat itu hanya berjarak 7 meter di tempat terdekat mereka. Selain itu, menurut sebuah laporan Fox News AS, pada tanggal 3 Mei, dua pembom Tu-95 Rusia yang pertama kali dikawal oleh dua jet tempur Su-35 terbang ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara AS (ADIZ/ Air Defense Identification Zone) di dekat Alaska. Dua pesawat F-22 AS yang berpatroli di dekatnya mencegat pesawat terbang ini, dan mengikuti mereka.
Hanya berselang sebulan sebelumnya, dari 17-20 April, jet tempur Rusia mendekati Alaska empat kali dalam empat hari, membuat jadi tingkat kewaspadaan yang tinggi dari AS. Saling beroposisi antara militer AS-Rusia baru-baru ini di dekat Alaska merupakan inersia dari pemikiran Perang Dingin, secara taktis, ini dapat diperkirakan sebagai pembalasan bagi AS yang mendekati Rusia di Laut Baltik dan Laut Hitam, karena baru-baru ini Kapal perusak AS memasuki Laut Hitam dan Laut Baltik, dan ini membuat Rusia marah.
Di Eropa, AS juga melakukan tekanan pada Rusia, jadi Rusia pasti harus melakukan pembalasan, dan mereka melakukan pembalasan di dekat Alaska.
Memasuki tahun 2017, hubungan militer antara NATO dan Rusia menjadi semakin tegang, dan dua kelompok militer besar terus mengerahkan kekuatan militernya ke wilayah pesisir di sepanjang Laut Baltik, menyebabkan oposisi militer meningkat.
Menurut sebuah laporan dari Sputnik News yang berbasis di Rusia, pada tanggal 8 Mei, latihan militer "Spring Storm 2017" skala besar NATO dimulai di Estonia utara di dekat perbatasan Rusia. Sebanyak 9.000 tentara dari 14 negara turut berpartisipasi.
Pada saat yang sama, Belarus dan Rusia mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan latihan militer gabungan 'West-2017' dari 14 hingga 20 September. Beberapa informan juga merilis informasi bahwa AS akan mengerahkan kapal perang ke Laut Baltik pada bulan Agustus dan September, yang akan mengambil alih untuk patroli udara NATO di wilayah tersebut.
NATO saat ini sedang menekan dan membatasi Rusia. Misalnya, mereka ingin melemahkan Rusia lebih jauh. Namun, pertumbuhan ekonomi Rusia dalam beberapa tahun terakhir telah berlangsung baik-baik saja --- Rusia secara bertahap mulai "mempercepat kecepatannya" dan mulai pulih, dan kita bisa melihat beberapa tindakan kekuatan utama darinya di berbagai tempat di seluruh dunia. Ini tidak bisa diterima oleh orang Amerika dan Eropa. Jadi mereka saat ini menggunakan segala macam metode/cara untuk menekan Rusia.
Bagi anggota-anggota NATO, Rusia merupakah ancaman keamanan yang nyata dan kuat. Secara historis, setiap kali Rusia tumbuh kuat, telah disertai dengan ekspansi ke arah barat. Karena itu, bagi negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang pada awalnya merupakan bagian dari Uni Soviet, yang kini bergabung dengan NATO setelah Perang Dingin usai, mendukung untuk melawan Rusia adalah faktor paling penting dari pertahanan nasional mereka.
Dan niat utama mereka untuk bergabung dengan NATO adalah mencari dukungan besar untuk mendukung pertahanan mereka melawan Rusia. Tapi bagi negara-negara Eropa Barat yang mapan seperti Jerman dan Prancis, mereka tidak ingin memiliki hubungan yang terlalu tegang dengan Rusia, karena mereka memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Rusia, terutama ketika menyangkut energi - mereka memiliki ketergantungan tertentu dengan Rusia.
Oleh karena itu, kita dapat melihat ketika sampai pada topik NATO meningkatkan pengeluaran militer, melanjutkan ekspansi ke timur, dan menggelar lebih banyak senjata di ambang pintu Rusia, negara-negara di Tengah dan Timur Eropa pada umumnya lebih antusias, sementara negara-negara Eropa Barat memiliki reaksi yang jauh lebih ringan.
Lantas, apa tuntutan Presiden Trump untuk NATO hari ini? Beberapa analis percaya bahwa Presiden Trump berharap bahwa NATO dapat memainkan peran lebih besar dalam kontraterorisme, dan tidak memperburuk ketegangan dengan Rusia.
Pasalnya ada pada pemimpin NATO, jika NATO terus bersitegang dengan Rusia, AS jelas tidak bisa hanya menjadi pengamat. Namun, bagi Presiden Trump, secara bertahap ingin mengurangi pengeluaran pertahanan AS untuk Eropa yang telah menghabiskan uang bagi AS, hal itu adalah yang paling penting.
Maka untuk menjadikan hangat hubungan AS-Rusia, dan menghendaki sekutu AS di Eropa lebih bertanggung jawab atas militer NATO menjadi apa yang sebenarnya ada dalam kepentingan AS saat ini. Namun, berdasarkan situasi saat ini, akan sangat sulit bagi pemerintah baru AS untuk menyelesaikan kedua hal ini dengan sempurna.
Donald Tusk, Presiden Dewan Eropa mengatakan: Saya tidak 100% yakin kita bisa katakan hari ini, "kita" berarti Tuan Presiden dan saya sendiri, bahwa kita memiliki posisi yang sama, memiliki pandangan umum sama tentang Rusia.
NATO merupakan kerangka-kerja aliansi AS yang paling penting, dan Rusia adalah negara utama yang diharapkan Trump untuk bekerjasama untuk mengatasi masalah internasional. Namun sayang kedua negara ini berselisih dan sulit untuk menemukan kecocokan dan keserasian.
Setelah Trump terpilih menjadi Presiden AS, anggota Duma Rusia merayakannya, menanti sebuah "musim semi baru" dalam hubungan Rusia-AS setelah musim dingin yang panjang. Namun aksi AS yang melakukan serangan udara terhadap Suriah dengan cepat membentuk keretakan yang tidak dapat dibantah antara realitas idealis dan realitas hubungan AS-Rusia, dan keretakan ini telah menjadi celah yang lebar.
Dendam baru terjadi sebelum yang lama masih belum bisa dipecahkan. Terobosan dalam hubungan AS-Rusia itu sulit, dan jalan menuju kerjasama antara kekuatan-kekuatan utama ini bahkan lebih sulit.
Timbul pertanyaan: Ketika idealisme memenuhi kenyataan, keputusan seperti apa yang akan dibuat Trump?
Ketika pemilihan umum 2016 AS berakhir, Trump, yang mendapat akses ke pusat kekuasaan, sering mengungkapkan niat ramah terhadap Putin. Putin juga menanggapi dengan positif, dan hubungan AS-Rusia yang dingin tampaknya hampir mencair.
Namun dengan adanya tindakan Presiden AS Barack Obama menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan mendeportasi diplomat Rusia sebelum berakhir masa jabatannya dalam upaya untuk membatasi kebijakan Trump terhadap Rusia.
Pada saat itu, beberapa pihak percaya bahwa Presiden AS Trump berharap dapat mengembangkan sebuah model baru dalam kerjasama besar dan memperbaiki hubungan kekuatan utama untuk mencari kepentingan AS saja, dan bukan kepentingan AS berserta sekutunya lagi.
Kita ketahui bahwa Trump adalah seorang pengusaha, dan dia menilai dan menghargai kepentingan serta kekuatan nyata dengan sangat baik, dan dia berharap dapat menggunakan kerjasama besar untuk menyelesaikan masalah internasional. Dan dalam pikirannya, kekuatan utama yang dia akui mungkin adalah Rusia dan Tiongkok, jadi dia tidak berkenan untuk memperhatikan hal-hal abstrak seperti nilai dari aliansi. Karena menurut dia itu tidak bisa diandalkan. Dan dengan kerjasama kekuatan utama, pilihan pertamanya adalah bekerja sama dengan Rusia, namun kenyataannya, dia menemukan hal yang cukup rumit menghadapi setiap orang di AS.
Situs "The Guardian" yang berbasis di Inggris menulis tajuk rencana "100 Hari Pertama Donald Trump", yang mencatat kejadian paling penting setiap hari sejak Trump menjabat.
Rekor tersebut menunjukkan bahwa editorial menyebutkan Jepang 3 kali, NATO 5 kali, dan Rusia 36 kali. Tingkat nilai posisi Trump dengan Rusia sudah jelas. Dalam urusan internasional, jika tidak kerja sama dengan Rusia, tidak mungkin AS bisa mengatasi masalah rumit seperti Suriah dan Ukraina saja.
Dalam isu-isu kontraterorisme dan isu nuklir Korea yang sangat diprihatinkan AS, pengaruh Rusia bahkan lebih penting lagi. AS dan Rusia masih memiliki ruang untuk kerja sama.
Dalam kenyataanya, jika hubungan AS-Rusia menghangat, ancaman militer signifikan kedua negara di luar negeri akan berkurang, dan AS akan dapat memiliki lebih banyak ruang untuk menyebarkan sayapnya ke seluruh dunia.
Seperti banyak diketahui, pusat strategi global AS masih berada di Eurasia. Ini memiliki tiga fokus di Eurasia --- Eropa, Timur Tengah, dan Asia,. Jika dia bisa menangani hal-hal dengan Rusia, Trump mungkin percaya bahwa segala sesuatu di Eropa dan Timur Tengah akan dapat dengan mudah ditangani, dan jika dia bisa menangani hal-hal dengan Tiongkok, maka semua yang ada di Asia akan dapat ditangani.
Selain itu dalam hal yang berkaitan diatas ini, melalui kerja sama dengan Tiongkok dan Rusia, dia dapat kembali berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan memulihkan industri manufaktur dalam negeri AS, jadi sebenarnya dia memiliki logika dan penalaran sendiri.
Namun, mungkin Presiden Trump tidak membayangkan bahwa menangani hubungan AS-Rusia akan sangat rumit.
Saat ini masih belum ada terobosan baru dalam hubungan AS-Rusia, dan peran NATO sekali lagi menjadi lebih menonjol.
Trump mengatakan bahwa fokus terbesarnya pada terorisme dan migrasi serta ancaman dari Rusia dan daerah perbatasan NATO di disebalah timur dan selatan.
Pada tanggal 25 Mei, pada pertemuan NATO, sikap Presiden Trump sama dengan strategi kontraterorisme AS yang baru yang akan dirilis. Menurut laporan media AS, draf strategi kontraterorisme baru ini adal 11 halaman dan secara jelas menggambarkan ancaman teroris yang saat ini dihadapi.
Yang menekankan bahwa AS ingin menghindari intervensi militer berskala besar, dan juga menekankan kebijakan diplomatik "Amerika pertama/America first", yang menuntut agar sekutunya dan NATO harus bertanggung jawab dan mengeluarkan biaya untuk kontraterorisme.
Namun Trum menyodorkan topik kontraterorisme ke NATO sebenarnya memberi NATO posisi baru.
NATO telah menemukan alasan baru atau dalih baru untuk eksistensinya. Jika NATO terus-menerus memperkuat kekuatannya sendiri, dan memperkuat pengaruhnya, mungkin akan menimbulkan ancaman yang semakin besar ke Rusia.
Informasi lain yang dilansir pada pertemuan ini, ada yang lebih langsung untuk menyampaikan sikap pemerintahan baru AS. Ini adalah bahwa Montenegro secara resmi diterima sebagai anggota ke-29 NATO. Montenegro hanya memiliki populasi lebih dari 600.000 orang, bahkan lebih sedikit dari satu distrik pemilihan AS, dan militernya memiliki lebih sedikit tentara daripada petugas polisi di Washington D.C.
Meskipun pertahanan Montenegro sangat lemah untuk bisa mempertahankan dirinya, namun mayoritas senator AS setuju untuk menerima Montenegro ke dalam NATO. Ini merupakan ekspansi lain NATO ke Balkan setelah Kroasia dan Albania bergabung dengan NATO pada tahun 2009. Hal ini dengnan sendirinya menjadi titik yang menyakitkan bagi Rusia.
Selain menerima Montenegro sebagai anggota NATO, belalai militer AS diperluas lebih jauh ke Polandia dan Estonia.
Pada akhir Maret, Kementerian Pertahanan Polandia mengumumkan rencananya untuk membeli delapan sistem pertahanan rudal Patriot dari AS.
Pada tanggal 25 April, beberapa jet tempur F-35A milik militer AS dikirim ke Pangkalan Udara Amari Estonia, disana mereka akan tinggal selama beberapa minggu.
Dari perspektif Rusia, setelah Perang Dingin, Barat mengambil negara-negara Eropa Timur ini, yang disebut "Eropa baru," ke dalam NATO, dan itu sudah memperparah pandangan Rusia terhadap mereka, karena di mata orang Rusia, ini adalah wilayah kekuasaan tradisional mereka, dan kini NATO berkembang di sana. Mengambil wilayah kekuasaannya. Jadi Rusia tentu saja akan marah, terutama karena baru-baru ini, NATO mengizinkan Republik Montenegro bergabung, menjadi anggota NATO baru. Hal ini telah mengganggu Rusia. Itu adalah negara Balkan, dan Balkan selalu diakui sebagai halaman belakang Rusia.
Jadi jelas, rangkaian tindakan militer AS telah menunjukkan sikapnya. Beberapa analis percaya bahwa hari ini, Presiden AS Trump menggunakan tindakan ini untuk menjauhkan diri dari ucapan yang dibuat selama kampanyenya. Hal ini menjadi semakin jelas bahwa ia lebih banyak mencari dukungan dari kerangka aliansi jangka panjang AS dan konsep keamanan strategis.
Presiden baru AS Trump masih mencari tahu strategi globalnya. Untuk strategi keseluruhannya, dia tetap berharap dapat fokus mengembangkan ekonomi dalam negeri, terutama ketika harus memulihkan industri manufaktur. Analis dan pengamat pikir ini adalah strategi keseluruhannya. Dan untuk mencapainya, ia berharap bisa mengurangi investasi di luar negeri.
Di Eropa, dia berharap agar NATO dapat memainkan perannya sendiri, jadi dia ingin sekutu-sekutunya membayar ini, dan dia juga ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia pada saat yang bersamaan. Jika dia bisa mengaturnya, dia akan bisa mengumpulkan sumber daya utama dan menginvestasikannya untuk membangun ekonomi dalam negeri AS.
Namun, ketika harus menerapkan ini, memulihkan hubungan dengan Rusia belum berjalan dengan baik. Jadi dia memperdayakan sekutunya yang berperan seperti sekarang, tapi kemajuannya cukup lamban. Ada beberapa kemajuan, karena beberapa negara mulai meningkatkan pengeluaran militer, namun secara keseluruhan lambat. Ini belum mencapai hasil yang diproyeksikan. Ini perlu disesuaikan lagi.
Sebenarnya ada semacam "oposisi inersia/ inertia of opposition" dalam hubungan AS-Rusia, dan menerobos situasi asli ini sangat sulit dilakukan. Mengingat masalah yang ada di Kantor Oval Gedung Putih dan mempertimbangkan masalah pada kampanye adalah dua hal yang berbeda.
Presiden AS Trump pasti memiliki pemahaman yang tajam tentang hal itu. Diperkirakan bahwa AS dan Rusia masih akan memiliki jalan yang bergelombang dalam waktu dekat karena pengaruh insiden hubungan kontak Rusia. Apakah Trump akan dibatasi oleh kaum establishement AS dan secara bertahap berubah menjadi Presiden yang mereka inginkan adalah sesuatu yang harus kita tunggu untuk melihat apa yang terjadi. Demikian menurut pendapat para analis.
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H