Pada akhirnya, Mao Zedong bertekad untuk melanjutkan penelitian untuk senjata canggih ini. Diminta diupayakan di tempat kerja jangan sampai kendor, dan proyek tidak boleh dibatalkan. Dengan dukungan Nie Rongzhen, pekerjaan penelitian DF-2 mampu dilanjutkan.
Bertahun-tahun kemudian, Qian Xuesen tidak bisa menahan diri untuk gelisah saat mendengar desas-desus bahwa proyek rudal dan bom atom serta satelit yang memakan banyak sumber daya akan dihentikan.
Qian Xuesen mengatakan: Saya merasa sesak nafas saat mendengar orang mengatakannya. Saya tidak bisa menahan diri untuk segera bicara. Saya katakan kalau proyek ini dibatalkan. Tiongkok tidak akan mendapatkan rudal, bom atom, dan satelit lagi. Dan itu berarti kita sama sekali tidak bisa berkumpul disini untuk rapat, karena kita tidak memiliki peralatan itu.
Untuk mencapai target jarak tempuh tembak DF-2, para peneliti memperbesar mesin dan tangki bahan bakar, dan akibatnya, bodi rudal tersebut harus diperpanjang. Tapi karena keterbatasan keahlian dan hanya punya pengalaman membuat yang imitasi. Ada beberapa bahaya tersembunyi yang tidak teramati dengan design teknis awal.
Uji Coba DF-2 Gagal
Pada 21 Maret 1962, rudal DF-2 telah melakukan test pertama. Pada detik ke-21 setelah peluncuran ekornya terbakar. Pada sekitar detik ke-25 mesin berhenti bekerja. Tinggi flight maksimum adalah 3.456 meter, dan jatuh ke tanah pada detik ke-69.
Ini adalah kegagalan dari orang-orang kedirgantaraan Tiongkok di generasi itu yang tidak dapat terlupakan sepanjang hidupnya hingga akhir hayat mereka.
Wei Faren menceritakan: Pemerintah telah menghabiskan begitu banyak uang dan waktu untuk membaiyai proyek ini, tapi gagal. Kami merasa telah mengecewakan CPC dan rakyat. Kami merasa tidak enak. Para peneliti muda merasa sangat menyesal. Lebih lanjut di ceirtakan..
Saat itu Qian Xuesen dengan segera bergegas ke tempat kejadian dari Beijing untuk menyelidiki. Dia mengatakan kepada para peneliti agar tidak takut akan kegagalan. Mereka bisa mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari kegagalan dan bisa melakukannya lagi.
Shi Lei (石磊) wakil kepala administrasi kentor kedirgantaraan Tiongkok dan ketua redaktur, menceritakan: Begitu dia sampai di tempat kejadian dan menganalisis apa yang salah. Dia mempelajari keseluruhan proses peluncuran tersebut dan mencari puing-puing dari reruntuhan rudal tersebut, dan membahas masalah ini secara sistimatis. Kemudian dia merenungkan seluruh proses penelitian dan menemukan bahwa mereka terlalu optimis tentang kompleksitas dari proyek penelitian ini.
Sejak saat itu, Qian medorong orang-orang untuk diajak bicara (diskusi), karena ini adalah proyek yang tidak akan pernah bisa dicapai oleh inteleknya sendiri saja. Dia menyuruh orang lain untuk berbicara, untuk melihat masalah apa yang mereka hadapi dengan sistem mereka sendiri.