3 September 2015, dalam rangka memperingati ulang tahun ke-70 Kemenangan Perlawanan Rakyat Tiongkok dan Dunia dalam Perang Anti Fisism, dan ketika itu juga diperagakan dalam parade militer rudal-rudal buatan Tiongkok dan rudal Dongfeng yang merupakan “Perisai Dunia” dari Tiongkok yang mempunyai sejarah 55 tahun.
Berikut ini akan dikisahkan suka duka yang dipenuhi dengan cinta dan pengorbanan, serta lebih lagi, sebuah saga yang dihasilkan dari hati, jiwa, dan kehidupan....
Untuk kisah ini, kita coba kembali pada kerangka waktu dari 5 Nopember 1960, rudal jarak pendek DF-1 yang meniru dari rudal Soviet berhasil meluncur 7 menit 37 detik, meluncur lebih dari 550 km dan tepat menghantam sasaran. Rentang jarak ini melampaui rudal Soviet yang ditiru. (baca: Kisah Lahirnya Rudal DF-1 Tiongkok)
Namun tampaknya orang Tiongkok tidak pernah puas dengan hanya bisa meniru. Atas nama CPC Komite Sentral, Nie Rongzhen memerintahkan untuk pelaksanaan sebuah misi, yang meminta secara mandiri mengembangkan rudal jarak jauh.
Wei Faren (威发轫) mantan wakil rektor Akademi No.5 Kemeterian Pertahan Nasional Tiongkok dan kini sebagai Kepala Designer Pesawat Luar Angkasa Berawak, menuturkan: Rudal tiruan ini terbangnya terlalu pendek haya 400-500 km. Jarak itu masih sangat kurang jauh bagi misi yang akan kita wujudkan. Maka kita memutuskan untuk secara mandiri mengembangkan rudal jarak jauh yang dinamai DF-2.
Proyek DF-2
Sejak adanya perintah atas proyek DF-2 yang dimasukan ke dalam agenda. Menurut skema rancangan, proyek ini akan mejadi rudal permukaan-ke-pemukaan jarak pendek hingga menengah dengan rentang dua kali lipat dari DF-1.
Qian Xuesen sebagai kepala designer, mengatakan kepada para desinger bahwa meniru dan merancang sendiri/mandiri sama sekali berbeda. Untuk meniru, masalah teknis utama, selanjutnya hanya mengikuti aturan dan prosedur yang sudah ditetapkan. Tapi situasinya berbeda dengan perancangan mandiri. Banyak masalah akan timbul, yang massing-masing perlu ditangani sendiri.
Masalahnya ternyata memang benar segera muncul, tidak secara teknis. Dari tahun 1960 sampai 1961, Tiongkok dilanda krisis kekuarangan makanan, yang mempengaruhi seluruh bidang dalam negerinya. Mal-nutrusi menghantui para peneliti proyek rudal dan para prajurit di basis eksprimen ini.
Tao Jiaju mantan sekretaris Qian Xuesen menceritakan: Wakil Perdana Menteri Nie Rongzhen menjadi cemas dan khawatir serta mengeritik lembaga penelitian ini, dengan mengatakan: “Kalian harus bertanggung jawab, jika orang-orang ini menderita karena masalah kesehatan.” Untuk memastikan para peneliti yang berada di garis depan ini tidak kelaparan, Nie Rongzhen menelpon semua pimpinan wilayah militer atas namanya sendiri, yang memerintahkan mereka untuk menyumbangkan satu paket makanan non-pokok kepada peneliti rudal dan bom atom.
Pada saat itu ransum sumbangan ini disebut “biji-jian teknolgi” dan “daging teknologi” dua istilah yang khas pada saat itu.
Zhao Mengxiong menceritakan: Para prajurit diminta untuk menembak kijang Mongolia liar yang tidak dijinakkan. Daging gazelle ini kemudian di kirim ke Instirute Penelitian No.5 Kementerian Pertahanan Nasional untuk makanan teknisi. Petugas adminstrasi dan pekerja politik dilarang mengkonsumsi makanan ini.
Pada tahun baru implek 1962, Zhou Enlai dan Chen Yi atas nama Dewn Negara menjamu lebih 1,000 orang peneliti dan ahli untuk makan malam di Aula Besar Rakyat. Yang duduk di samping Zhou Enlai adalah Qin Xuesen yang bertanggung jawab untuk mengembangkan rudal, dan Qian Sanqiang (钱三强) yang bertanggung jawab dalam pengembangan bom atom.
Ada toleransi dan harapan pada tahun-tahun yang mereka inginkan. Perhatian semacam ini selalu meningkatkan semangat Institut Penelitian No.5 Kementerian Pertahanan Nasional.
Zhao Mengxiong menceritakan: Para peneliti sangat bersemangat, setelah kami kembali (dari jamuan), kami bekerja sepanjang waktu setiap hari kerja lembur, berharap bisa memperkuat pertahanan nasional. Kami bekerja hingga larut malam, bahkan pada hari Sabtu dan Minggu.
Tao Jiaju menceritakan: Pada pukul 10:00 malam, lampu menyala di dalam gedung. Mereka semua bekerja sampai pukul 10:00 malam. Setelah bel berbunyi dan lampu dimatikan barulah para peneliti akan keluar lab.
Pasokan makanan telah dapat dipecahkan untuk saat itu, namun ada perdebatan apakah proyek rudal dan proyek bom atom yang merupakan proyek terdepan yang memakan sumber daya yang sangat besar itu akan diteruskan atau harus dihentikan.
Perdebatan tersebut terjadi sampai di puncak kekuasaan. Pada musim panas 1961, Mao Zedong memanggil per tilpon Nie Rongzhen ke Beidaihe, untuk melakukan presentasi dan pemaparan untuk masalah ini dan memberikan referensi untuk pengambilan keputusan.
Dalam waktu secepatnya, Nie Rongzhen menyampaikan sebuah laporan kepada Komite Sentral CPC yang berjudul “Laporan Tentang Mempertahankan Penelitian Rudal dan Bom Atom.”
Untuk tujuan ini, Nie Rongzhen datang ke Beidaihe berulang kali hingga tiga kali pertemuan yang mendesak proyak ini tidak boleh ditangguhkan.
Pada akhirnya, Mao Zedong bertekad untuk melanjutkan penelitian untuk senjata canggih ini. Diminta diupayakan di tempat kerja jangan sampai kendor, dan proyek tidak boleh dibatalkan. Dengan dukungan Nie Rongzhen, pekerjaan penelitian DF-2 mampu dilanjutkan.
Bertahun-tahun kemudian, Qian Xuesen tidak bisa menahan diri untuk gelisah saat mendengar desas-desus bahwa proyek rudal dan bom atom serta satelit yang memakan banyak sumber daya akan dihentikan.
Qian Xuesen mengatakan: Saya merasa sesak nafas saat mendengar orang mengatakannya. Saya tidak bisa menahan diri untuk segera bicara. Saya katakan kalau proyek ini dibatalkan. Tiongkok tidak akan mendapatkan rudal, bom atom, dan satelit lagi. Dan itu berarti kita sama sekali tidak bisa berkumpul disini untuk rapat, karena kita tidak memiliki peralatan itu.
Untuk mencapai target jarak tempuh tembak DF-2, para peneliti memperbesar mesin dan tangki bahan bakar, dan akibatnya, bodi rudal tersebut harus diperpanjang. Tapi karena keterbatasan keahlian dan hanya punya pengalaman membuat yang imitasi. Ada beberapa bahaya tersembunyi yang tidak teramati dengan design teknis awal.
Uji Coba DF-2 Gagal
Pada 21 Maret 1962, rudal DF-2 telah melakukan test pertama. Pada detik ke-21 setelah peluncuran ekornya terbakar. Pada sekitar detik ke-25 mesin berhenti bekerja. Tinggi flight maksimum adalah 3.456 meter, dan jatuh ke tanah pada detik ke-69.
Ini adalah kegagalan dari orang-orang kedirgantaraan Tiongkok di generasi itu yang tidak dapat terlupakan sepanjang hidupnya hingga akhir hayat mereka.
Wei Faren menceritakan: Pemerintah telah menghabiskan begitu banyak uang dan waktu untuk membaiyai proyek ini, tapi gagal. Kami merasa telah mengecewakan CPC dan rakyat. Kami merasa tidak enak. Para peneliti muda merasa sangat menyesal. Lebih lanjut di ceirtakan..
Saat itu Qian Xuesen dengan segera bergegas ke tempat kejadian dari Beijing untuk menyelidiki. Dia mengatakan kepada para peneliti agar tidak takut akan kegagalan. Mereka bisa mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari kegagalan dan bisa melakukannya lagi.
Shi Lei (石磊) wakil kepala administrasi kentor kedirgantaraan Tiongkok dan ketua redaktur, menceritakan: Begitu dia sampai di tempat kejadian dan menganalisis apa yang salah. Dia mempelajari keseluruhan proses peluncuran tersebut dan mencari puing-puing dari reruntuhan rudal tersebut, dan membahas masalah ini secara sistimatis. Kemudian dia merenungkan seluruh proses penelitian dan menemukan bahwa mereka terlalu optimis tentang kompleksitas dari proyek penelitian ini.
Sejak saat itu, Qian medorong orang-orang untuk diajak bicara (diskusi), karena ini adalah proyek yang tidak akan pernah bisa dicapai oleh inteleknya sendiri saja. Dia menyuruh orang lain untuk berbicara, untuk melihat masalah apa yang mereka hadapi dengan sistem mereka sendiri.
Sementara mendorong dan memberi semangat kepada para peneliti dan teknisi, sebenar dia mengambil alih beban da tekanan pada pundaknya sendiri.
Wang Yongzhi (王永志) mantan kepala designer proyek pesawat ruang angkasa berawak dan kini sebagai kepala regu staf ahli bidang engineering di Menhan Tiongkok, menceritakan: Qian sebanarnya berada dalam tekanan besar, begitu juga seluruh tim peneliti. Banyak para ahli disana yang menangis sedih saat rudalnya meledak. Tidak hanya yang ada di lapangan saja, juga para anggota keluarganya. Mereka merasa bersalah terhadap negara yang telah memngeluarkan begitu banyak biaya dan pengorbanan untuk proyek tersebut.
Dalam menghadapi keadaaan keraguan dari semua sisi, Nie Rongzhen selalu memberi kepercayaan dan melindungi Qian Xuesen, dan berupaya menghilangkan semua tekanan dan gangguan untuk Lembaga Riset No.5 Kementerian Pertahanan Nasional. (Institute No.5 Kementerian Pertahanan Nasioanal Tiongkok).
Wang Yongzhi menuturkan: Jenderal Nie Rongzhen menginstruksikan bahwa apa yang dilakukan adalah eksprimen ilmu ilmiah. Yang hasilnya bisa kesuksesan dan kegagalan. Kegagalan adalah induk dari keberhasilan.
Guo Jingchao (郭京朝) seorang peneliti proyek dari Space Science Systems Tiongkok sekarang, menceritakan: Qian berseru “kita harus mencari jalan melalui sistem pengukuran dan kontrol.” Dia bekerja dengan para ilmuwan dan teknisi siang dan malam. Dan memerlukan beberapa bulan barulah menemukan jalan keluar untuk menyelesaikannnya.
Guo melanjutkan: “Kita dihadapkan pada tumpukan kesulitan, dan kita harus berjuang cari jalan keluar. Ini adalah pemikiran Qian Xuesen dalam menghadapi kegagalan itu.”
Untuk mengetahui alasan kegagalan, Qian Xuesen berulang kali menyelidiki ke Gurun Gobi yang kering, terik, dan tidak berair. Setelah dua bulan melakukan analisis dan pemeriksaan, sebuah laporan kegagalan terdiri dari 67 halaman termasuk penyebabnya di semua aspek lini produksi, ditulis dalam laporan tersebut.
Untuk memperbaiki design DF-2, Qian Xuesen berdiskusi dengan personil terkait mengenai kesulitan hampir setiap hari Minggu di tempat tinggalnya, yang merupakan kebiasaan diskusi akademis dengan gurunya Von Karmen saat berada di AS.
Lalu saya menundah diskusi sampai setelah minggu depan. Jika harus ditangani dalam waktu seminggu, mka saya akan mengambil keputusan berdasarkan pandangan kelompok dan pemahaman pribadi saya. Solusi terakhir bibuat oleh saya, seperti yang sudah-sudah. Keputusan saya dieksekusi satu minggu setelah diskusi kami. Jika ada masalah yang terjadi selama eksekusi, saya yang akan bertanggung ajwab atas solusi terakhir saya.
Selama periode awal pengembangan peluru kendali dan pesawat ruang angkasa Tiongkok, banyak rencana pengembangan teknis dan sarana teknis yang signifikan dirancang pertama kali di ruang mungil di kediaman Qian Xuesen, dimana solusi untuk masalah teknis yang beragam berasal dari brainstorming para pengunjungnya (tim peneliti).
Selama penelitian dan pengembangan gagasan teknis rekayasa ulang DF-2, ide-ide Qian Xuesen dari systematis engineering menjadi dasar perencanaan keseleuruhan. Karya klasik ilmiah “Engineering Cybernetics” yang ditulis selama ditahan oleh pemerintah AS telah memberi penerangan dan pencerahan dengan alasan klasik yang rasional (illuminated a classic rationale).
Sistem berbasis kontrol yang andal dapat dibentuk, bahkan dengan beberapa aksesoris yang tidak dapat diandalkan.
Xue Huifeng 薛惠锋sekarang sebagai Kepala R&D dari Aerospace Sicience Tiongkok mengatakan: Kegagalan peluncuran itu yang melahirkan disiplin rekayasa sistem dan Chinese School yang juga disebut Qian Xuesen School. (aliran Qian Xuesen).
Setelah mendapat pelajaran dari kegagalan peluncuran DF-2 pertama, Qian Xuesen membentuk unit bagian “Departemen Design Secara Menyeluruh (Overall Design Departement/总体设计部) lebih besar dari keseluruhan sistem. Sepuluh ribu asesoris, koordinasi puluhan sistem anak perusahaan, bahkan koordinasi pasokan dan kerjasama berbagai unit penelitian ilmiah teroganisir dengan baik, dan membentuk arus industri kedirgantaraan Tiongkok yang lengkap dan matang bersamaan dengan kerangka organisasi.
Qian Xuesen menuturkan: Tim kami harus terorganisasi dengan baik sejak awal penelitian prototipe. Tugas setiap insinyur ditentukan dengan baik sejak awal, yang juga berjenjang. Ada designer yang bertanggung jawab untuk keseluruhan perencanaan, perancang yang bertanggung jawab untuk departemen anak perusahaan, dan yang bertanggung jawab untuk setiap aksesoris tertentu. Tugas seorang insinyur yang bertugas tanggung-jawabnya cukup jelas.
Kemudian, sejarah membuktikan bahwa keberhasilan besar proyek “rudal, bom atom dan satelit” adalah contoh praktis dari ide dan metode manajemen yang efektif yang terbawa oleh pembentukan Overall Design Departement.
Tidak banyak diketahui orang waktu itu bahwa transplantasi pengalaman sukses semacam itu dalam pengembangan rudal dan penerbangan luar angkasa Tiongkok, hingga pembangunan program ekonomi nasional yang signifikan sekali sudah berada di benak Pedana Menteri Zhou Enlai.
Xue Huifeng menceritakan:Zhou Enlai melakukan pertemuan dengan Qian Xuesen, berharap Qian Xuesen dapat meringkas “Komite Teknolgi Ilmiah dengan Satu Depatemen Umum dan Dua Jalur Komando” dan membuatnya menjadi suatu dorongan bagi ekonomi nasional dan pembangunan sosial di semua aspek.
Pada periode inilah Qian Xuesen mengarahkan dan membangun terowongan angin ultrasonik, test bench unit besar untuk mesin roket besar, test bench uji getaran kontruksi segala rudal, segala missile dan lain-lain semacam Laboratoriun Uji Konstruksi.
Akhirnya tim peneliti ilmiah kedirgantaraan ini tumbuh menjadi lebih dewasa setelah peluncuran yang gagal.
Pada bulan Juni 1964, sebuah kecelakaan terjadi pada DF-2 yang dirancang ulang, setelah melewati 17 kali uji di daratan beskala besar dan sudah memasuki lapangan peluncuran. Dikarenakan cuaca sangat terik, bahan bakar yang di-isikan dalam tangki bahan bakar rudal gagal mengandung propellen bahan bakar yang sebelumnya secara tiba-tiba. Hal ini akan menyebabkan rudal itu tidak bisa terbang karena tanpa bahan bakar, dan percobaannya akan gagal. Dalam diskusi tersebut, sebuah proposal luar biasa datang dari seorang peneliti muda yang menarik perhatian Qian Xuesen.
Qian Xuesen menceritakan: Peneliti muda itu bernama Wang Yongzhi (王永志). Dia berkata: “Menurut perhitungan saya. Ketika kita membicarakan tentang kisaran rudal, kita bisa membongkar propellen terlebih dahulu.” Pada saat itu, proposal ini dianggap tidak masuk akal, dan diterwai teman-teman lain, karena mereka tidak yakin rudal tersebut bisa terbang dengan bahan bakar lebih sedikit.
Wang Yongzhi menceritakan pengalamannya: Setelah saya menyelesaikan perhitungannya, saya mendiskusikan ke para pakar lainnya yang relevan untuk membahasnya, sebelum dilaporkan kepada perancang umum. Mereka berpendapat itu tidak apa-apa, karena kekuatannya tidak mencukupi. Bagaimana Kamu bisa membongkar propellen? Jadi saya tidak punya jalan keluar.
Tidak layak. Saat itu saya percaya bahwa cara itu satu-satunya jalan keluar. Metode ini layak dilakukan. Sebagai roket utama, saya percaya itu akan baik-baik saja. Lalu apa yang bisa saya lakukan? Saya bertekad untuk menemui komandan utama teknologi peluncuran roket --- Qian Xuesen.
Solusi untuk kekurangan bahna bakar dengan mengurangi bahan bakar sebesar 600 kg? Wang Yongzhi menganalisis bahwa suhu tinggi mengubah densitas bahan bakar dan karakteristik dari throttling dari mesin.
Dalam menghadapi keraguan ini, Qian Xuesen langsung memberi perintah. Usaulan Wang Yongxhi itu layak diikuti. Laksanakan saja.
Qian Xuesen mengatakan: Saya sudah memikirkannya, dan mempelajari bahwa hal itu benar-benar mungkin. Karena kemungkinan ini berdasarkan rumus perhitungan, saya bilang itu adalah proposal yang bagus.
Kini, Wang Yongzhi menjadi perancang umum utama dalam Program Pewasat Ruang Angkasa Berawak Tiongkok setelah lebih dari 20 tahun kemudian.
Uji Coba Rudal DF-2 Berhasil
Pada 29 Juni 1964, DF-2 berhasil diluncurkan. Setelah terbang lebih dari 1.000 km, rudal langsung membentur sasaran. Keberhasilan rudal yang dirancang dan dibuat sendiri oleh Tiongkok setelah peluncuran pertama yang gagal menjadi sebuah tonggak sejarah dalam perkembangan peroketan Tiongkok.
Itu adalah tahun dimana Qian Xuesen dan para ahli di Isttitut Riset No.5 Kementerian Pertahanan Nasional mulai meluncur ke masa depan yang cemerlang. Atas dasar pengalaman dari DF-1 dan DF-2, Pengembangan teknologi Roket Tiongkok dari tahun 1965-1972 yang dikedalikan oleh kepemimpian Nie Rongzhen dan pemimpin pusat lainnya, yang mengusulkan bahwa dalam delapan tahun ke depan, Tiongkok harus mengembangkan rudal jarak pendek, menengah, rudal jakrak jauh dan rudal antar-benua.
Shi Lei (石磊) menceritakan: Ini adalah panduan pengembangan strategis pertama dalam sejarah kedirgantaraan Tiongkok, yang lengkap dan dapat direalisasikan secara mendasar.
Qian Xuesen merencanakan dan melaksanakan pedoman ini dengan visi ilmuwan strategis yang berwawasan luas dan ilmuwan teknis yang ketat. Itu adalah panduan yang disebut “Empat rudal dan bom dalam delapan tahun” (八年四弹) yang menggubah Tiongkok menjadi negara yang menyusul sebagai negara yang mengejar ketinggalan dalam pengembangan teknologi muktahir.
Tahun 1964 menjadi tahun sangat penting untuk proyek Rudal, Bom Atom, dan Satelit Tiongkok . Ledakan di Lop Nur Xinjinag setelah sukses dalam peluncuran DF-2 mengejutkan dunia.
Presiden Kennedy AS saat itu telah mengirim pesawat pengintai U2 dan mencoba untuk menghancurkan pengembangan senjata nuklir Tiongkok, dan semua yang behubungan dengan uji coba nuklir Tiongkok, hal ini sebagai situasi terburuk yang pernah terjadi di tahun 1960an bagi Tiongkok.
Untuk menengahi dampak ledakan nuklir Tiongkok, Menhan AS McNamara menyatakan bahwa Tiongkok tidak akan dapat memiliki peluncuran untuk mengirim bom nuklir dalam lima tahun lamanya, karena Tiongkok tidak mempunyai rudal yang tersedia untuk mengirim bom nuklir, dan masih memerlukan waktu cukup lama untuk itu.
Wei Faren menceritakan: Dalam kasus ini, proyek luar angkasa Tiongkok terutama berfokus pada pengembangan “bom atom dan rudal jarak jauh, dengan perioritas pada rudal,” mencurahkan sebagian besar upaya penelitian terhadap rudal yang bisa membawa bom atom. Rudal itu ibarat bedil dan bom atom itu pelurunya. Tanpa rudal apa gunanya bom atom itu.
Baik AS dan Uni Soviet kemudian berhasil mengembangknan rudal antar benua dengan jangkauan lebih dari 10.000 km, yang berarti rudal nuklir kedua negara adidaya itu mampu menyerang tempat dimanapun di bumi ini.
Bom ataom pertama Tiongkok diledak dalam pylon (tonggak menara/bunker). Misi untuk menggabungkan rudal dan bom atom dibebankan pada bahu Qian Xuesen dan Institut Riset No.5 Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok.
Kombinasi rudal dan bom atom ini cukup rumit dan menantang, karena senjata inti harus dibawa rudal. Begitu bom atom melenceng dari jalur, jatuh atau meledak di tengah jalan dan meledak di tempat, maka akan seperti menjatuhkan bom atom ke atas diri kita sendiri.
Wei Faren menceritakan: Lalu bagaimana kita bisa menjamin pengembangan proyek agar aman? Tiongkok tidak memiliki AL saat itu, tidak bisa melakukan tes di laut. Dengan begitu uji coba nuklir harus dijalankan di wilayah Tiongkok sendiri, yang tidak pernah diketahui dan dilakukan sebelumnya. Jika semuanya berjalan lancar itu akan sukses, jika tidak, itu akan menjadi ledakan bom atom di Tiongkok.
Untuk menghindari tragedi semacam itu, AS melakukan uji coba di pangkalan luar negeri, di tengah Lautan Hindia selatan (Diogo Garcia). Dan Uni Soviet melakukannya di tanah tandus di Sieberia. Sedang Tiongkok yang memiliki sumber daya terbatas pada saat itu, di sisi lain harus menerima kenyataan hanya bisa melakukan uji coba di lahanya sendiri dan lintasan rudal akan mencakup kota dan desa. Jika ada ketidak beresan, konsekuensinya akan terlalu mengerikan untuk dicoba.
Pada bulan Juni 1966, ketika Pedana Menteri Zhou Enlai setelah kembali dari kunjungan keluar negeri, dia melakukan perjalanan khusus ke pangkalan rudal di barat laut Tiongkok. Berkenaan dengan proyek kombinasi rudal dan bom atom, Zhou secara eksplisit mengajukan kebijakan dan pengarahan dengan enam belas karakter dalam bahasa Mandarin “Ketat dan teliti, perhatian dan memauskan. Aman dan terpercaya, sempurna dan bebas dari kesalahan.” (严肃认证 周到细致 稳妥可可靠 万无一失/ Strict and Conscientious, Attentive and Satisfactory, Safe and Reliable, Faultless and Error-free.).
Yang menjadi moto dalam proyek kegirgantaraan Tiongkok hingga kini.
DF-2 merupakan rudal khusus yang membawa hulu ledak nuklir setelah diadakan perbaikan, para meter yang telah diverifikasi dan diuji berulang-ulang. Orang-orang memperhatikan Qian Xuesen bepergian kesan kemari antara Beijing dan pangkalan rudal yang ribuan kilometer jaraknya saat itu.
Pada bulan September 1966, DF-2A dengan hulu ledak berukuran kecil dikirim ke lokasi peluncuran. Persiapan ini berbeda dari yang sebelumnya, karena merupakan kombinasi hulu ledak dan rudal serta proses pengisian bahan bakar rudal juga berbahaya sangat besar.Setiap kesalahan bisa berkonsekuensi bencana.
Ketegangan menyebar ke mana-mana di pangkalan rudal. Nie Rongzhen dan Qian Xuesen, bagaimamapun, tetap datang ke lokasi garis depan peluncuran pada saat kritis ini.
Di Beijing, yang jauh dari markas rudal, PM Zhou Enlai mengadakan beberapa kali pertemuan pada awal Oktober untuk mendengarkan laporan, dan mencermati persiapan kombinasi rudal dan nuklir tersebut. Selama pertemuan, PM Zhou Enlai yang teliti menemukan bahwa lintasan rudal ini akan terbang di atas Provinsi Gansu dan melewati desa “Liuyuan.” (柳园).
Berdasarkan perhitungan hulu ledak hanya memiliki peluang 0,006% untuk jatuh di Liuyuan. Namun PM Zhou Enlai masih bersikeras untuk mengevakuasi penduduk desa tersebut, selainitu demi keamanan penduduk, perkereta-apian Lanzou-Xinjiang dihentikan pada hari uji coba tersebut, dan puluhan ribu penduduk di jakurn lintasan rudal dievakuasi ke daerah aman.
Pada pagi hari 27 Oktober 1966, lokasi peluncuran semua personil diekvakuasi. Hanya pada 100 m dari rudal itu telah di buat bunker beton di bawah tanah, satu-satunya ruang kontrol uji coba nuklir ditempatkan disana. Tujuh orang harus tinggal di ruang kontrol. Semua orang sadar betul bagaimana bahayanya itu. Mereka sudah menandatangani surat wasiat yang dipersiapkan sebelum memasuki ruangan ini. Ketujuh orang pemberani tersebut telah menyerahkan hidup mereka dengan proyek kedirgantaraan Tiongkok pada saat itu.
Tahun itu, kekuatan rudal strategis Tiongkok didirikan secara formal, PM Zhou Enlai menamai kesatuan ini “Korps Atileri Kedua.” (第二炮兵). Banyak orang tidak mengetahui setelah Qian Xuesen baru saja kembali ke tanah airnya tahun 1956, ia memperkenalkan tentang rudal ke perwira tinggi PLA, dia menuliskan tiga karakter dalam bahasa mandarin “Korps Angkatan Roket/Rocket Force/ 火箭军” di papan tulis.
Pada saat itu ada seorang perwira staf di Departemen Staf Operasi Umum bernama Li Xuge (李旭阁), dia mencatat pelajaran yang diberikan Qian Xuesen ini. Di papan-tulis Qian menuliskan “Korps Angkatan Roket/Rocket Force/ 火箭军”dengan kapur tulis.
Pada 18 Mei 1980, rudal DF-5 antar benua Tiongkok pertama, terbang lebih dari 30 menit dan melintasi 6 zona waktu, dengan mulus mencapai Samudra Pasifik sejauh ribuan mil. Tiongkok akhirnya mencapai tujuan ambiusnya untuk mengembangkan “Empat Rudal dan Boms dalam delapan tahun.”
Setelah itu, Qian Xuesen cukup mengamati rudal yang melintas di langit di pusat komando di Beijing dengan tenang dan kalem. Perjuangan lima tahun untuk pulang ke tanah airnya, dan dalam sepuluh tahun berhasil membuat dua alutsista dahsyat untuk negaranya.
Pada 31 Januari 2017, Bill Gerztz di website AS “The Washington Free Beacon” menurunkan laporan dengan judul “China Tests Missile With 10 Warheads” . Dimana tiongkok telah melakukan uji coba DF-5C varian dari rudal dengan membawa hulu ledak 10 sekaligus.Rudal diluncurkan dari Taiyuan Space Center di sentral Tiongkok. Uji coba rudal dengan huu ledak 10 ini sangt penting karena kengindikasikan militer Tiongkok semakin menigkatkanhulu ledak di gudang senjatanya, yang tidak kurang dari 250 hulu ledak.
Saluran TV pemerintah CCTV-4 China 25 Januari 2017, menyiarkan grafik yang menunjukkan rudal intercontinental (ICBM) DF-41 baru yang di pasang di Tiongkok utara dan gambar yang menunjukkan jalur lintasan rudal melewati AS. Dan melakukan uji coba pada bulan April tahun ini.
Letjend. Zhang Wentai ( 张文台) berkomentar: Jika kita mengumpamakan PLA (angkatan bersenjata Tiongkok) dengan elang, Qian Xuesen telah memberi elang sayap. Jika diumpamakan seekor singa maka Qian Xusesen telah mempersenjatai PLA dengan gigi tajam.
Hari ini, setiap kali roket Tiongkok melesat ke langit, dengan cahaya yang menggelegar dan nyala api yang menyilaukan, kita akan selalu ingat Qian Xuesen yang membantu proyek rudal dan roket Tiongkok yang telah melewati kesulitan selama sepuluh tahun pertama yang berangkat dari nol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H