Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalur Sutra Maritim Kuno - Ajang Pertukaran Budaya

6 Desember 2016   14:57 Diperbarui: 6 Desember 2016   16:08 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http//kekunaanblogpot.co.id

Jalur Sutra bukan hanya jalan komersial, juga merupakan jalur pertukaran peradaban dan kebudayaan dunia.  Dari penemuan dan penggalian arkeologi sejarahwan dapat menggambarkan betapa eratnya pertukaran perdagangan dan peradaban serta kebudayaan antar bangsa yang nun jauh di buni ini saling berinterkasi, dan mempengaruhi satu sama lainnya. Khusus untuk Jalur Sutra Maritim (JSM) yang telah membawa peradaban manusia dari satu benua ke benua lainnya.

Pada tahun 1998 tim arkeologi bawah laut Tiongkok telah menemukan Kapal Karam peninggalan Song Dinasti (960M-1279M) Huaguangjiao One di kepulauan Xisha dan berhasil mengeksplorasi selama 10 tahun.

Namun 10 tahun sebelumnya pada 1974, di pulau Jinyin island (金银岛), sebelah barat Atoll Yongle (永乐), dan pada tahun 1996 di pulau Shanhu (珊瑚) di Kepulauan Xisha, nelayan lokal menemukan batu dengan bentuk pilar sejumlah 47 buah dan temuan ini disimpan di Museum Provinsi Hainan.

Sejarahwan mempertanyakan, mengapa bisa ada begitu banyak material dan komponen bangunan  diatas kapal? Hal ini menunjukkan bahwa Jalur Sutra Mairitim (JSM) tidak hanya julur perdagangan, juga merupakan jalur penyebaran budaya nasional dan saling tukar menukarnya budaya.

Komponen banggunan yang ditemukan itu, diduga dari orang-orang Fujian dan tempat-tempat lain yang telah berimigrasi ke sekitar negara-negara Laut Tiongkok Selatan (LTS). Untuk membangun kuil-kuil  dan mereka membawa kebiasaan-kebiasaan dan tradisi mereka kemana mereka pergi.

Komponen bangunan yang berhasil diselamatkan dari kapal karam dari zaman Ming Dinasti (1368M), ternyata sangat besar ukurannya dan berukir dengan indah, selain itu juga termasuk peralatan berupa alu batu, mortar, ukiran relief, komponen bangunan yang berupa pilar segi delapan, kolom berbentuk naga, kolom terbuat dari batu dan sebagainya dari kapal karam Song Dinasti.  Dilihat dari teknik ukir dan pilar-pilar dan kolom-kolom ini dibuat di Provinsi Fujian.

Para ahli menegaskan bahwa komponen bangunan ini adalah barang yang diekspor ke Asia Tenggara selama Dinasti Ming (Masehi 1368-1644) dan Qing (Masehi 1644-1911), yang terkait dengan sejarah perantauan Tiongkok.

Pada awal Dinasti Han (206M) orang Tiongkok kuno telah melakukan perjalanan dan melakukan hubungan dekat dengan negara-negara Asia Tenggara melalui jalur laut menuju Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Pada awal Dinasti Ming, Laksamana Zheng He melakukan 7 kali pelayaran ke “Laut Barat” yang membuat  lebih memperkuat kontak antara orang-orang di negara-negara Asia Tenggara dengan Tiongkok. Kemudian orang-orang dari provinsi-provinsi Tiongkok seperti Hainan, Guuangdong, Fujian dan tempat lainnya mulai bermigrasi ke luar negeri sepanjang rute laut.

Dapat pula dikatakan JSM bukan hanya jalur petualangan orang Tiongkok ke luar negeri, terlepas dari membawa gaya hidupnya, kebiasaan makannya, dan fesival adat istiadatnya ke sudut dunia kemana mereka pergi, juga keyakinan agamanya.

Mereka ini biasanya memesan komponen bangunan dari kampung halaman mereka dan mengangkut ke tempat-tempat mereka tinggal di luar negeri untuk membanguan kuil, ruang leluhur dan rumah-rumah pangujuban orang sedaerahnya untuk meringankan perasaan nostalgia mereka yang mendalam dari asal usul mereka.

Sumber: www.chinatownology.com
Sumber: www.chinatownology.com
Ada sesuatu yang istimewa di negara-negara Asia Tenggara dan negara-negara sepanjang JSM, dimana banyak bangunan leluhur, bangunan pangujuban daerah/desa asal. Dan kleteng-klenteng (kuil) khas orang Tionghoa, seperti klenteng Guan Yu (Kwankong), Klenteng Mazu (Macho), Klenteng Kaisar Yang Baosheng, Klenteng Cheng Ho (San Bao Kong) dan yang menyembah berbagai dewa lokal, sehingga membentuk sebuah pemandangan budaya khusus.

Sumber: http//kekunaanblogpot.co.id
Sumber: http//kekunaanblogpot.co.id
Terjadi Pertukaran Kebudayaan

Semua zat, terutama yang sudah diproses oleh manusia, pasti menjadi budaya. JMS membantu mewujudkan peredaran barang dan pertukaran zat dan yang terpengaruh oleh peradaban yang berbeda dari negeri-negeri asing yang jauh dan sukacita orang-orang disana.

Fungsi yang paling menonjol dari budaya pada JSM adalah mempromosikan berbagai budaya agama.

480 vihara atau klenteng telah dibangun selama Dinasti Selatan (420M-589M).  Du Mu (杜牧) seorang penyair dari Dinasti Tang melukiskan dalam puisinya : “Banyak menara-menara di udara hujan kabut.”    

Ini menunjukkan budaya agama yang semarak dari Diansti Utara dan Selatan (南北朝/420M-589M).

Pada 1990an UNESCO meluncurkan ekspedisi JSM. Setelah mengenal dan mengetahui tentang budaya keagamaan di kota Quanzhou ( 泉州) Fujian, mereka memberi penghargaan tinggi atas kota ini.

Sumber: 大众旅游网
Sumber: 大众旅游网
Quanzhou dinilai sebagai museum berbagai agama dunia. Jika kita mengunjungin klenteng Guan Yu di Tumen Street (涂门街) melihat gambaran temboknya di kota Quanzhou sekarang, kita masih bisa melihat banyak orang melakukan ibadah. Hanya beberapa langka kita bisa melihat melihat orang melakukan sembayang kewajiban Muslim di Mesjid Qingjing (清净寺) yang eksotis.

Pada tahun 288M ketika awal-awalnya berlangsung menterjemahkan Kitab Suci Buddha di Tiongkok dibangun kuil Buddha pertama di Quanzhou.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China
Tidak lama sesudah agama Islam lahir pada abad ke-7, dua murid Nabi Mohammad datang ke Quanzhou. Batu Buddha Manichaeisme satu-satunya di negara ini msih dipuja di Kuil Caoyan di Jinjiang (草奄-晋江).  Agama Tao juga terus berintegrasi  dengan keyakinan rakyat,  dan kercayaan ini datang dan pergi dalam aliran kepercayaan, serta berlanjut terus untuk diada upacara ibadah setiap tahun.

Tapi JSM ini sebenarnya diciptakan oleh orang-orang dengan selangkah demi selangksh, dan dibangun orang-orang pada 2.000 tahun lalu. Orang-orang dari negara-negara di sepanjang jalan berwisata itu selangkah demi selangkah datang dan pergi ke Tiongkok dari mana-mana.

Mereka datang ke Tiongkok karena tertarik dengan produk, budaya, konsep, sistem yang ada di Tiongkok dan juga semangat orang Tiongkok pada waktu itu. Kebudayaan dan peradaban Tiongkok pada waktu itu sudah maju, sehingga menyebabkan ketertarikkan mereka saat itu.

Terjadi Toleransi Agama

Sumber: www.desinia.tw
Sumber: www.desinia.tw
Orang-orang Arab sudah aktif melayari di JSM. Pada 20 Juni 1265, sebuah kapal dagang Arab akhirnya tiba di Yangzhou yang makmur pada zaman Diansti Song Selatan, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang melalui JSM.

Setelah kapal berlabuh, seorang pria tua bernama Puhhadin berjalan di kerumunan orang di kota pelabuhan ini. Puhaddin dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan di ibukota Arab Saudi sekarang-Riyadh. Sebagai keturunan ke-16 generasi Nabi Muhammad.

Puhaddin sejak kecil telah menerima pendidikan yang baik. Dia seorang cendikiawan lokal Arab yang terkenal dan disegani dengan pengetahuan yang mendalam dan luas.

Pada saat itu ada pepatah terkenal di negara-negara Arab. “Meskipun pengetahuan adalah jauh-jauh di Tiongkok, kita akan mengejar itu.” Atau carilah ilmu hingga ke negeri Tiongkok (Although knowledge  is a far away in China, we shall pursue it). Ter-motivasi dengan pernyataan yang terkenal ini, Puhaddin akhirnya memutuskan untuk datang ke Tiongkok saat ia berusia 57 tahun. Haus akan ilmu pengetahuan, Puhaddin pertama belajar ilmu kebudayaan Tiongkok (Sinologi) selama 4 tahun untuk mengenal Tiongkok. Beliau tidak beranjak kemana-mana sampai semuanya siap menguasai ilmunya. Saat itu dia sudah berumur 61 tahun.

Seperti pepatah lama, sangat langka bagi orang untuk bisa mencapai usia 70 tahun sejak zaman kuno. Pada saat itu, ia harus dianggap aneh untuk pergi ke luar negeri dan tetap tinggal hinga umur 61 tahun. Karena itulah Puhaddin menjadi dikenal luas setelah tiba di Yangzhou. Banyak orang yang ingin melihat jenis orang yang dianggap aneh ini pada saat itu.

Pejabat resmi tertinggi lokal Gubernur Prefecture Yanzhou, Yuan Guang’en (元广恩 ) termasuk yang paling penasaran. Dia khusus mengatur pertemuan dengan Puhaddin. Sebelum pertemuan Guang’en mengatur seorang pelukis untuk mengamati Puhaddin dengan teliti di belakang layar dan melukis wajah Puhaddin di sebuah kanvas. Potret wajah Puhhadin masih tersimpan dengan baik sampai sekarang, sehingga orang kini dapat melihat wajah berwibawa dan simpati dari cendikiawan dari Kawasan Barat (Arab) ini meskipun telah lewat 700 tahun.

Puhhadin sangat tertarik dengan Yangzhou yang merupakan pelabuhan laut internasional yang makmur dan kagum pada Grand Kanal yang digali orang-orang Tiongkok.

Puhhadin juga menemukan banyak orang Arab yang tinggal di Yangzhou yang melakukan perjalanan dari jauh sepanjang JSM seperti dia. Beberapa bahkan menikah memiliki anak dan membesarkan keturunan mereka. Ada banyak penduduk kota keturunan Arab, banyak dari nenek moyang mereka datang kesana untuk melakukan bisnis dan menetap di Dinasti Tang.

Orang-orang Arab yang tinggal di Tiongkok kemudian disebut pengunjung asing (番客) di tempat lokal itu dan dearah  dimana mereka tinggal di sebut jalur asing (番坊) pada waktu itu. Pemerintah Tiongkok kuno tampaknya telah secara efektif mengelola pengunjung asing . Untuk mengatasi distribusi masalah warisan keturunan Arab, pemerintah khusus memberlakukan “Hukum Warisan Lima Generasi Untuk Orang Asing/ Law of Five Generation Legacy for Foreigners.”( 番客五世遗产法).

Puhhadin juga aktif dalam kegiatan keagamaan untuk orang Arab di Yangzhou. Dan atas usahanya mendirikan mesjid yang dinamai Mesjid Dewa Bangau (Crane Mosque/仙鹤寺) dengan tradisi dan karakteristik arsitektur Tiongkok.

Puhaddin tinggal di Yangzhou 10 tahun. Dengan berjalannya sejarah lebih 700 tahun, Mesjid Dewa Bangau ini telah menjadi saksi dari pertukaran budaya antara Tiongkok dan negara-negara Arab, dan menjadi peninggalan sejarah penting dari JSM hingga sekarang.

Setelah Puhaddin meninggal, Yuan Guang’en memakamkan beliau di atas bukit tinggi di tepi timur Grand Canal sesuai dengan keinginan dan pesan terakhirnya. Kaisar Yongle dari Ming Dinasti suatu ketika khusus mengeluarkan maklumat untuk melindungi makam Puhaddin.

Muhibah Laksamana Cheng Ho

Sumber: Tribunnews.com
Sumber: Tribunnews.com
Pada era Kekaisaran Yongle dari Ming Dinasti, seorang kasim Sanbao yaitu Cheng Ho/Zheng He dikirim untuk misi diplomatik ke Asia Tenggara dengan armadanya tiba di BONI atau kini disebut Brunei.

Pada 1405, Raja Boni Sultan Abdul Majid Hassan datang berkunjung dengan menumpang dalam armada Cheng Ho dengan lebih dari 150 anggota keluarga dan para pejabat dalam rombongannya, dan diterima dengan ramah oleh Kaisar Yongle Zhu Di.

Boni adalah negara kecil di Pulau Kalimantan bagian utara di Asia Tenggara, kini disebut Negara Brunei Darussalam yang berarti para pedagang laut yang hidup di negara damai.

Boni selalu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Tiongkok. Boni mengirim utusan ke Tiongkok pada awal Dinasti Song Utara (960M-1127M). Petukaran yang bersahabat antara kedua negara terus menerus berlangsung hingga kini.

Setelah Sultan Boni tiba di Tiongkok. Ia tinggal di Nanjing, tapi sayang ia jatuh sakit beberapa bulan kemudian. Meskipun Kaisar Ming telah mengirim dokter kerajaan untuk mengobati dengan hati-hati, tapi akhirnya dia meninggal di kediamannya di Nanjing pada bulan Agustus tahun itu di usia 28 tahun karena sakitnya tidak tersembuhkan.

Kaisar Yongle sengaja memakamkannya di pinggir kota bagian selatan Kota Nanjing Shizigang  sesuai dengan pesan terakhirnya. Saat pemakaman diadakan upacara pemakaman terhadap sahabat Kaisar ini seperti upacara pemakaman seorang pangeran dan permaisuri Tiongkok untuk menghormati kerabat Boni. Dan ini sesuai atas permintaan dan keinginan terakhir agar dirinya di makamkan di Tiongkok. Kaisar Yongle juga meliburkan selama tiga hari untuk audensi kegiatan kenegaraan sebagai hari berkabung nasional. Pemakaman Boni dibangun Kaisar Yonle di areal Shizigang/石子岗 (khusus dijadikan taman pemakaman) diluar gerbang Andemen (安德门) Selatan Kota Nanjing. 

Sumber:CCTV China
Sumber:CCTV China
Jalur Sutra Maritim kuno adalah rute perdagangan untuk sirkulasi komoditas dan juga rute untuk saling interaksi dan kontak serta pertukaran budaya antara orang-orang dari satu tempat nan jauh dengan orang-orang setempat. Kuil Kwankong dan Mazu dapat dilihat di banyak tempat di Asia Tenggara.

Selain itu, Pedagang Arab dan Persia yang melakukan perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok melalui JSM juga banyak membawa peradaban Islam ke tempat-tempat ini. Banyak peradaban bertemu dan dikomunikasikan di tempat-tempat ini melalui JSM, dan terintegrasi satu sama lain dalam perdamaian pada akhirnya.

Sucahya Tjoa

30 Oktober 2016

Sumber : Media TV dan Tulisan Luar Negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun