Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalur Sutra Maritim Kuno - Ajang Pertukaran Budaya

6 Desember 2016   14:57 Diperbarui: 6 Desember 2016   16:08 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http//kekunaanblogpot.co.id

Mereka datang ke Tiongkok karena tertarik dengan produk, budaya, konsep, sistem yang ada di Tiongkok dan juga semangat orang Tiongkok pada waktu itu. Kebudayaan dan peradaban Tiongkok pada waktu itu sudah maju, sehingga menyebabkan ketertarikkan mereka saat itu.

Terjadi Toleransi Agama

Sumber: www.desinia.tw
Sumber: www.desinia.tw
Orang-orang Arab sudah aktif melayari di JSM. Pada 20 Juni 1265, sebuah kapal dagang Arab akhirnya tiba di Yangzhou yang makmur pada zaman Diansti Song Selatan, setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang melalui JSM.

Setelah kapal berlabuh, seorang pria tua bernama Puhhadin berjalan di kerumunan orang di kota pelabuhan ini. Puhaddin dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan di ibukota Arab Saudi sekarang-Riyadh. Sebagai keturunan ke-16 generasi Nabi Muhammad.

Puhaddin sejak kecil telah menerima pendidikan yang baik. Dia seorang cendikiawan lokal Arab yang terkenal dan disegani dengan pengetahuan yang mendalam dan luas.

Pada saat itu ada pepatah terkenal di negara-negara Arab. “Meskipun pengetahuan adalah jauh-jauh di Tiongkok, kita akan mengejar itu.” Atau carilah ilmu hingga ke negeri Tiongkok (Although knowledge  is a far away in China, we shall pursue it). Ter-motivasi dengan pernyataan yang terkenal ini, Puhaddin akhirnya memutuskan untuk datang ke Tiongkok saat ia berusia 57 tahun. Haus akan ilmu pengetahuan, Puhaddin pertama belajar ilmu kebudayaan Tiongkok (Sinologi) selama 4 tahun untuk mengenal Tiongkok. Beliau tidak beranjak kemana-mana sampai semuanya siap menguasai ilmunya. Saat itu dia sudah berumur 61 tahun.

Seperti pepatah lama, sangat langka bagi orang untuk bisa mencapai usia 70 tahun sejak zaman kuno. Pada saat itu, ia harus dianggap aneh untuk pergi ke luar negeri dan tetap tinggal hinga umur 61 tahun. Karena itulah Puhaddin menjadi dikenal luas setelah tiba di Yangzhou. Banyak orang yang ingin melihat jenis orang yang dianggap aneh ini pada saat itu.

Pejabat resmi tertinggi lokal Gubernur Prefecture Yanzhou, Yuan Guang’en (元广恩 ) termasuk yang paling penasaran. Dia khusus mengatur pertemuan dengan Puhaddin. Sebelum pertemuan Guang’en mengatur seorang pelukis untuk mengamati Puhaddin dengan teliti di belakang layar dan melukis wajah Puhaddin di sebuah kanvas. Potret wajah Puhhadin masih tersimpan dengan baik sampai sekarang, sehingga orang kini dapat melihat wajah berwibawa dan simpati dari cendikiawan dari Kawasan Barat (Arab) ini meskipun telah lewat 700 tahun.

Puhhadin sangat tertarik dengan Yangzhou yang merupakan pelabuhan laut internasional yang makmur dan kagum pada Grand Kanal yang digali orang-orang Tiongkok.

Puhhadin juga menemukan banyak orang Arab yang tinggal di Yangzhou yang melakukan perjalanan dari jauh sepanjang JSM seperti dia. Beberapa bahkan menikah memiliki anak dan membesarkan keturunan mereka. Ada banyak penduduk kota keturunan Arab, banyak dari nenek moyang mereka datang kesana untuk melakukan bisnis dan menetap di Dinasti Tang.

Orang-orang Arab yang tinggal di Tiongkok kemudian disebut pengunjung asing (番客) di tempat lokal itu dan dearah  dimana mereka tinggal di sebut jalur asing (番坊) pada waktu itu. Pemerintah Tiongkok kuno tampaknya telah secara efektif mengelola pengunjung asing . Untuk mengatasi distribusi masalah warisan keturunan Arab, pemerintah khusus memberlakukan “Hukum Warisan Lima Generasi Untuk Orang Asing/ Law of Five Generation Legacy for Foreigners.”( 番客五世遗产法).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun