Teh dimuat dengan kapal dagang yang berangkat dari Mingzhou, pertama ke Jepang dan Semenanjung Korea, kemudian dijual ke Asia Tenggara, ini semua menandakan wangi teh juga tersebar melalui Jalur Sutra Maritim.
HuaguangjiaoOne (华光焦一号) pada masa Dinasti Song Selatan (1127-1279) berlayar dengan sarat muatan. Kapal Arab Batu Hitam juga sedang berlayar menuju Teluk Persia dengan muatan penuh dari Tiongkok, mereka memuat barang dari Tiongkok berupa porselen, sutra, teh dan barang-barang lainnya. Ini menandakan bahwa Jalur Sutra Maritim telah hidup 1.000 tahun dan perdagangan tidak pernah berhenti. Dari Tiongkok telah banyak barang yang diekspor, demikian juga dari luar Tiongkok juga banyak barang yang telah di-impor ke Tiongkok.
Komoditas tradisional dari Tiongkok yang dijual ke luar negeri, dan barang-barang yang di-impor dari masing-masing negara diperkenalkan ke Tiongkok. Yang paling penting adalah rempah-rempah, impor barang ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Orang Dinasti Han telah mengenal negara India kuno dengan sebutkan Tianzhu Raya (天竺), dimana merupakan tempat asal rempah-rempah.
Menurut Kitab Han Susulan Tentang Catatan ke Wilayah Barat (后汉书西域传): Berbagai rempah-rempah yang diproduksi di Kerajaan Tianzhu Raya di-impor dari jalan darat melalui wilayah Barat atau Jalur Sutra Daratan. Tapi kemudian karena jalur sutra Darat terblokir karena perang terjadi di wilayah Barat, maka rempah-rempah di-impor melalui laut.
Pada saat itu, dupa dan rempah-rempah dibawa ke istana kekaisaran sudah menjadi lazim. Itu menjadi suatu preferensi bagi para bangsawan tingkat atas, petapa dan kaum terpelajar.
Pada zaman Dinasti Utara dan Selatan (南北朝) kayu cendana dari Rinan (日南) dan dupa serta kayu cendana dari Tianzhu Raya(天竺), kemenyan atau garu dari Kekaisaran Arsacid, damar wangi dari Kekaisaran Romawi diangkut ek Tiongkok oleh pedagang seluruh dunia. Peningkatan impor rempah-rempah secara bertahap membuat barang ini menjadi komoditas konsumsi sehari-hari dari yang semula barang mewah.
Pada zaman Dinasti Song, pajak rempah-rempah saja telah menyumbang 10% dari pendapatan fiskal pada saat tinggi-tingginya. Selain rempah-rempah, obat, kaca, emas, perak, produk-produk specifis langkah dan eksotis juga diperkenalkan ke Tiongkok.
Pada tahun 1405, suatu armada besar di pantai selatan Eurasia telah berhasil menyelesaikan prestasi yang luar biasa dari perlayaran melintasi Samudra Hindia dan mencapai pantai timur terpencil Afrika. Zhenghe menyelesaikan suatu prestasi besar dalam sejarah nevigasi.
Di Museum Maritim Singapura terdapat replika kapal pusaka Zhenghe, yang dibuat model serta ukurannya sama dengan kapal yang digunakan Zhenghe pada saat itu menurut catatan sejarah. Stuktur penampang badan kapal di bagi dengan sekat-sekat besar dan kecil. Juga ada replika jerapah dan badak.
Menurut “Kitab Han Susulan: Biografi Jia Cong” (后汉书.贾琮传) Jia Cong orang kaya yang memiliki mutiara yang mengkilap, zamrud hijau, kulit badak, gajah, penyu sisik, rempah-rempah kayu-kayu indah.
Menurut legenda jerapah adalah prototipe dari Qilin di Tiongkok. Semua harta tak ternilai ini merupakan hasil pertukaran barang atau upeti yang dikirim kepada kaisar Tiongkok, sebagai suatu berwujudan persahabatan antara Tiongkok dan negara-negara lain.