Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Provokasi Obama: Gonjang-ganjing Laut Timur & Laut Tiongkok Selatan

1 Juli 2016   17:26 Diperbarui: 2 Juli 2016   17:21 1857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang dari awal bisa terlihat, dari iterasi sederhana “poros ke Asia” yang kemudian terdengar lebih hebat “strategi menyeimbangkan Asia-pasifik.” Obama telah coba mempertahankan dengan tekad dan tegas untuk menerapkan strategi ini.

Bahkan melalui detik-detik masa jabatannya, strategi untuk “menyeimbangkan Asia-Pasifik” yang oleh sebagian analis dan terutama dari pihak Tiongkok, bahwa strategi itu terutama diarahkan ke Tiongkok, tampaknya akhirnya akan terabaikan dari sorotan setelah ini.

Andaikata memang strategi untuk “menyeimbangkan Asia-Pasifik” telah diimplementasikan, apakah itu akan menberhentikan kebangkitan Tiongkok? Apakah akan mampu menghentikan Tiongkok berkembang di masa depan?

Menhan AS Ashton Carter dalam pidatonya di US Naval College pada 25 Mei 2016, mengatakan: aksi dan reaksi Tiongkok dan AS di Laut Tiongkok Selatan hanya sebagian dari skema besar sepanjang masa.   “Jadi ini akan menjadi kampanye yang panjang dan perlu ketegasan, dan lembut namun harus dengan kuat didorong, mungkin cukup untuk beberapa tahun di dua tempat. Perlu beberapa tahun untuk menyimbangkan, atau melakukan ini untuk sementara waktu dan mencobanya hal semacam itu. Ini adalah komitmen jangka panjang.” katanya lebih lanjut.

Strategi menyeimbangkan Asia-Pasifik sebenarnya telah muncul selama masa jabatan Bush. Pada tahun 2005, Bush dihadapkan dengan beberapa sekutu militernya yang secara bertahap meninggalkannya, terutama dalam hal isu Taiwan pada saat itu, sekutu utama di Asia-Pasifik telah membuat sikap mereka dengan jelas: Jika militer AS turun tangan dalam masalah Taiwan, mereka tidak akan mengambil bagian di dalamnya.

Mereka menyatakan tidak ada hubungannya dengan itu. Ini adalah pelajaran besar bagi AS. Meskipun AS melancarkan Perang Afghanistan dan Perang Irak, Bush masih segera mengusulkan melakukan menyesuaian strategi militer global mereka dan AS akan kembali ke Asia-Pasifik.

Dari beberapa indek yang diusulkan Bush dapat dilihat. Misalnya, menempatkan 60% pasukan AL mereka di Asia-Pasifik adalah usulan Bush, yang berarti itu usulan Partai Republik. Setelah Obama mengambil alih , dia hanya meng-upgrade dan melakukan penyesuaian dalam strategi militer untuk strategi nasional, dan menamakan strategi tersebut untuk “menyeimbangkan Asia-Pasifik,” yang berarti bahwa isu Obama sebenarnya adalah salah satu dari kedua belah pihak yang telah menemukan landasan yang sama.

Andaikata nantinya Trump yang menang sebagai presiden AS, dia tidak akan mengubah penekanan terhadap Tiongkok, sehingga strategi untuk “menyeimbangkan Asia-Pasifik” akan tetap hanya namanya mungkin berubah, dan mungkin juga mengubah penampilan, tapi masih tetap akan diimplementasikan, isu ini tidak akan mengalami perubahan yang signifikan. Demikian menurut pandangan kebanyakan analis dan pengamat.

Sejak tahun 2015, kapal militer AS telah berlayar di sekitar Laut Tiongkok Selatan atas nama “kebabasan navigasi” dan kin terus meningkat frekuensinya, juga lingkup pengawasannya pada titik kosong dari pengintaian Tiongkok.

Dihadapkan dengan seringnya diintai dan dimata-matai ini, Tiongkok mengirim kapal dan pesawat untuk memantau, mengamati dan mengusir atau mencegat kapal ini beberapa kali. Tiongkok berargumen dan mengklaim mereka bertindak sesuai dengan hukum dan praktek internasional pada umumnya.

Tapi tampaknya AS telah menjadikan dirinya “korban” bukan “menghasut” (pencari gara-gara). Menurut laporan dari “USA Today,” Komandan Air Combat Command,  Herbert Carlisle mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir ini, aksi jet tempur Tiongkok dan Rusia semakin sering mendekati terlalu dekat dengan pesawat militer AS, dan perilaku ini telah menjadi salah satu “kekhawatiran terbesar” AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun