Setelah lebih dari 10 tahun perubahan, kedua negara yang sebelumnya seimbang dalam kontes regional secara bertahap Iran berkembang lebih kuat dari Arab Saudi.
Tapi berkat peningkatan sanksi negara-negara Barat dan AS terhadap Iran pada tahun 2011, selama lima tahun terakhir, Arab Saudi telah mengambil keuntungan di pasar energi.
Tapi kini sanksi ekonomi Barat terhadap Iran telah dicabut, di antara banyak versi teori konspirasi tentang jatuhnya harga minyak internasional muncul versi lain dari “kontes antara dua kekuatan Timteng ini.”
Pada umumnya banyak pihak percaya bahwa AS dan Arab Saudi saling berhubungan untuk menenkan lawan politik mereka Rusia., sementara Arab Saudi menekan Iran. Semua orang tahu USD sangat terkait dengan minyak Arab Saudi, mereka bergabung bersama-sama, ini yang menyebabkan jatuhnya harga minyak begitu jauh.
Memang benar bahwa bagi Arab Saudi dengan tidak ada perubahan nyata dalam permintaan minyak mentah, jika Iran meningkatkan produksi jelas akan mengancam distribusi pangsa pasar itu sendiri.
Selain itu, dengan pencabutan pembatasan ekspor minyak Iran akan meningkatkan pengaruh Iran di kawasan Teluk.
Setelah sanksi-sanksi dicabut, Iran akan memiliki penghasilan lebih, dan pengaruhnya di kawasan Teluk Persia akan meluas. Ini menjadi ancaman besar bagi Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi memiliki cadangan devisa asing 750 USD, membuat kekuatan keuangan yang mantap, sehingga bahkan jika harga minyak jatuh, mereka masih memiliki dana untuk menahan pukulan.
Dan 15% dari pendapatan keuangan Iran berasal dari ekspor minyak. Bahkan jikalau negara-negara Barat mencabut sanksi mereka, untuk mendukung anggaran pemerintahnya harga minyak Iran perlu lebih dari 100 USD. Jelas tidak seperti Arab Saudi , dengan kekuatan finansial yang lebih luas, kemampuan Iran untuk menahan pukulan harga minyak rendah jauh lebih kecil.
Dalam hal ini “Fiancial Times” Inggris memberi komentar : “Arab Saudi berharap untuk menggunakan harga minyak rendah untuk menelan pangsa pasar dari negara-negara penghasil minyak lainnya., terutama lawan lamanya---Iran. Negara yang akan merasakan terpuruknya harga minyak yang rendah bukanlah Rusia, melainkan Iran.”