Analis melihat tampaknya AS menyadari bahwa Iran akan makin kuat. Bagaimana untuk menangani lawan yang secara bertahap semakin kuat, jika terus ditekan akan tidak efektif, karena Iran cukup kuat maka tidak bisa dijatuhkan dengan satu kali pukulan.
Jadi AS mengubah kebijakan untuk memperkuat hubungan dengan Iran, dan mengundang Iran untuk berpartisipasi dalam beberapa masalah regional, seperti pembicaraan multilateral dan pertemuan meja bundar untuk memecahkan masalah Syria. Bahkan AS ada melakukan pertemuan tatap muka dengan Iran. Semua ini telah dinormalisasi, yang di masa lalu tidak mungkin terjadi.
Strategi baru AS di Timteng tidak hanya termasuk pengenduran tekanan terhadap Iran, tetapi juga membuat konsesi yang pada prinsipnya untuk Rusia dan pemerintah al-Assad di Syria.
Pada Desember tahun lalu, Presiden AS Barack Obama menyatakan dia “berharap Rusia akan bergabung dalam koalisi melawan ‘ISIS’ pimpinan AS.”
Pada 18 Desember tahun lalu, selama pertemuan Dewan Keamanan PBB, AS dan Rusia mencapai konsensus dalam memerangai kelompok teroris “ISIS” dan AS menyerah untuk melepaskan resolusi kondisi yang menghendaki turunnya Bashar al-Assad.
Memasuki tahun 2016, strategi baru untuk Timteng mulai terbentuk dan strategi baru ini mulai secara bertahap ditampilkan.
Analis melihat startegi baru AS untuk Timteng ini secara ringkas dapat dilihat AS benar-benar mengurangi tanggung jawabnya dan bebannya. Dalam hal ini mendistribusikan tanggung jawabnya ke negara-negara regional dan Eropa.
Harapan AS paling tidak menginginkan adanya keseimbangan terbentuk di Timteng antara Iran dan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang dipimpin Arab Saudi, sehingga tidak ada ruang untuk menjadi konflik.
Kekuatan tradisional Eropa termasuk Inggris, Prancis, Rusia dan Jerman akan kembali ke Timteng sampai batas tertentu, dan memulihkan ruang lingkup kekuasaan yang pada awalnya mereka miliki di Timteng.
Para analis melihat di Timteng, kekuatan yang benar-benar komprehensif masih belum terbentuk untuk melawan “ISIS.” Syria terkunci dalam perang saudara, Arab Saudi dan Iran memutuskan hubungan diplomatik dan konflik terus meningkat, Israel menentang keras atas pencabutan sanksi AS terhadap Iran.
AS “Melarikan Diri” Dari Timteng Beralih Menuju Asia-Pasifik