Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menguak Latar Belakang Krisis Diplomatik Arab Saudi dan Iran (3)

27 Januari 2016   15:01 Diperbarui: 27 Januari 2016   16:05 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu saja skala ini jelas miring ke arah Iran. AS sebelumnya selalu mengambil langkah-langkah untuk menekan Iran, dan menggunakan isu nuklir untuk menekan Iran, menjatuhkan sanksi Iran dan melakukan ancaman militer kepada Iran. Jadi sampai batas tertentu, itu tetap masih bisa mempertahankan keseimbangan kekekuatan di kawasan tersebut.

Tapi pada tahun 2013, kebijakan AS mengalami perubahan besar. Dengan kata lain , sementara pada masa lalu telah menggunakan masalah nuklir untuk menekan Iran, di mulai 2013, AS mulai bernegosiasi mencari resolusi untuk masalah ini dengan Iran, dan pada 14 Juli 2105, perjanjian nuklir Iran akhirnya tercapai.

Tercapainya perjanjian ini secara luas dipandang sebagai pengendoran atas pengekangan terhadap Iran.

“Wall Street Journal”AS, mengatakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 4 Januari lalu, bahwa AS khawatir memburuknya hubungan Arab Saudi-Iran dapat menyebabkan pelaksanaan kebijakan AS di kawasan tersebut menjadi sangat rumit, terutama untuk masalah penyelesaian Syria. Artikel itu mengatakan, insiden meningkatnya ketegangan yang meningkat menjadi pemutusan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran selama beberapa pekan ini juga akan menjadi kesulitan yang tak terduga dalam resolusi yang sudah komplek tentang krisis Timteng di bawah pemerintahan Obama.

“Terorisme” dan isu Syria selalu menjadi titik fokus dari isu-isu Timteng saat ini, dan masalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa partisipasi dari dua kekuatan utama di Timteng: Arab Saudi dan Iran.

Kini mereka dengan tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik, pasti akan menyebabkan situasi menjadi rumit, dimana baru saja terlihat secerca harapan, dan kini menjadi lebih serius. 

Jadi bagaimana kiranya situasi di Timteng akan berkembang di masa depan?

Pada 2015, berbagai kekuatan nasional sebagian besar diwakili oleh AS dan Rusia yang mengadakan negosiasi mengenai bagaimana menyelesaikan dengan damai masalah Syria.

Semua pihak menyetujui PBB memimpin promosi proses perdamaian Syria, dan pada 18  Desember 2015, Dewan Keamanan PBB meluluskan proses perdamaian Syria.

Dalam perang sipil Syria, Iran telah bersekutu dengan pemerintah Syria, tetapi Arab Saudi telah mendukung oposisi Syria, Tetapi untuk menyelesaikan konflik ini hampir lima tahun, dengan mediasi masyarakat internasional, pemerintah Syria telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan beberapa faksi oposisi Syria.

Namun, negosiasi antara semua pihak yang dijadwalkan akhir bulan Januari ini, tampaknya akan mengalami kesulitan untuk mencapai sesuatu, karena adanya pertengkaran antara Arab Saudi dan Iran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun