Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Latar Belakang Penembakan Jet Tempur Russia Oleh Turki (4)

20 Desember 2015   17:58 Diperbarui: 20 Desember 2015   19:40 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak serangan teroris Paris, Presiden Prancis Hollanade terus melakukan perjalanan diplomatik untuk “membangun koalisi kontra terorisme internasional.” Dan bertemu dengan kepala negara dari Inggris, AS Rusia, Tiongkok, Jerman, dan Italia. Dia telah meminta koalisi yang dipimpin AS memperkuat kerjsama dengan Rusia untuk melawan kelompok-kelompok ekstrimis.

Prancis mengatakan bahwa hal itu tidak ingin mengecualikan negara manapun, Presiden Rusia Putin juga mengatakan sambutannya yang hangat. Obama, disisi lain, jelas menjawab bahwa Rusia tidak harus bergabung dalam koalisi saat ini.

Daniel Wagner, CEO of Country Risk memposting artikel di “The World Post”, AS dengan judul: “The US Should Join Hands with Russia to Fight ISIS” antara lain menuliskan: Setiap orang yang rasional akan setuju dunia akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk secara efektif memerangi “ISIS” bersama, daripada terpisah-pisah.

Dengan mereka memerangi “ISIS” sekarang, Rusia telah mengirim pasukan, dan koalisi kontra terorisme internasional bekerjasama dengan AS dan NATO, dan semua negara, kerjasama ini mengurangi tekanan pada masalah Ukraina, dan membuat sulit bagi AS menerima.

Kerena AS tidak mau Rusia merasa berkurang atas tekanannya pada masalah Ukraina. Pada bulan Maret tahun lalu, Rusia mencaplok Crimea, yang ditentang oleh kubu Barat. Dengan dipimpin AS, negara-negara Barat terus meningkatkan sanksi, dan ekonomi Rusia terlihat penurunan tajam.

Dengan harga minyak internasional jatuh dari US$ 100 menjadi US$ 40, masalah ekonomi Rusia yang mengandalkan ekspor energi menjadi masalah yang menumpuk.

Krisis pengungsi Syria telah menciptakan masalah besar bagi Eropa, Putin berharap untuk menggunakan kesempatan ini untuk melakukan serangan yang gencar pada kelompok-kelompok ekstrimis, dan mencapai terobosan dalam efek pertempuran.

Setelah peristiwa serangan teroris Paris, negara-negara Eropa menyadari melakukan pertempuran melawan ekstrimis akan lebih penting daripada yang lain.

Dengan perspekstif ini, Rusia telah mencapai tujuannya untuk tingkat tertentu. Mereka telah mencapai tujuan dalam edisi “ISIS”, tapi itu bukan tujuan utama Rusia. Tujuan utama Rusia memaksa perdamaian dengan Eropa dan AS. Rusia berharap untuk membentuk koalisi anti-terorisme atau sejenis dengan mereka, kemudian mengurangi sanksi terhadap Rusia, AS tidak mau melakukan itu pada saat ini.

Sejauh untuk memerangi “ISIS”, Rusia dan Syria berjuang bersama-sama, tetapi AS telah menggunakan oposisi pemerintah Bashar al-Assad sebagai alasan untuk menolak kerjasama lebih lanjut dengan Rusia.

Gerakan “Arab Spring” menyebabkan kekacauan di Syria, AS pecaya bahwa Bashar al-Assad harus diganti dengan kekuasaan demokratis, Turki juga berpendapat bahwa harus ada kekuatan yang menggantikan Bashar al-Assad. Untuk hal yang menyangkut masalah perkembangan Syria, Turki dan AS ada dalam perjanjian. AS yang dipimpin kelompok militer NATO juga secara terbuka mempertahankan sikap konsisten ini dengan AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun