Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intervensi Militer Rusia Di Syria Akankah Mengubah Peta Geopolitk Timteng? (1)

21 November 2015   19:54 Diperbarui: 21 November 2015   20:25 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timur Tengah selama ini selalu menjadi arena bagi negara-negara utama untuk saling sikut, sudah lebih sebulan, porsi penting dari papan catur geopolitik dunia telah terlihat berubah dengan gerakan cerdik Rusia masuk kembali ke Timteng dengan intervensi militer di Syria.

Dengan Rusia memobilisasi militer dan menyerang kelompok ekstrimis “ISIS” di Syria, intervensi ini dilihat sebagai sebuah langkah pergeseran dramatis dalam situasi Timteng. Tindakan cepat Rusia di Syria telah banyak mendapat pujian, bahkan banyak yang menaruh harapan untuk bekerjasama dengan Rusia.

Secara komperatif AS telah dianggap dingin. Kontes antara AS dan Rusia telah berubah menjadi Rusia menjadi diposisi ofensif, dan AS sementara berada pada posisi defensif.

Maka jika melihat dari isu Syria saat ini, bagaimana AS untuk meraih kembali kepercayaan dirinya? Apakah negara-negara Timteng yang selama ini merupakan pengikut/sekutu setia AS, dengan melihat perspektif realistik kini akan memilih sisi baru?

Pada 31 Oktober, pesawat penumpang Rusia A320 Metrojet Flight 9268 mengalami kecelakaan fatal di Mesir, menewaskan 224 orang didalamnya. ISIS di Mesir mengumumkan bahwa mereka bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. PM Rusia, Dmitry Medvedev mengakui untuk pertama kali pada 9 Nopember bahwa pesawat tersebut korban dari serangan teororis.

Kepala Keamanan Federasi Dewan Rusia (FSB) Alexander Bortnikov menyimpulkan bom rakitan yang mengandung 1 kg TNT ditanam di bagasi pesawat ini, yang pelaknya diduga dilakukan 2 orang karyawan Bandara Mesir yang sudah terindentifikasi dari 17 orang yang dicurigai.

Tapi 4 Nopember, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tujuan Rusia untuk memerangi terorisme untuk menjaga keamanan sendiri, jika ada yang mencoba menakut-nakuti Rusia, mereka akan gagal.

Selama sebulan lebih ini serangan udara Rusia telah menperoleh hasil yang nyata. Andrei Kartapolov, Kepala Operasi Utama Staf Umum Angkatan bersenjata Rusia  mengatakan dalam sebulan jet tempur Rusia telah melakukan serangan 1.391 kali dan menghancurkan 1.623 target ekstrimis.

Siaran TV Rusia, “The Russian Today” mengatakan jumlah target ekstrimis yang dihancurkan dalam satu bulan ini sama dengan target yang dihancurkan koalisi multilateral yang dipimpin AS dalam enam bulan terakhir, sedang keberhasilan operasi militer Rusia telah dilihat oleh orang-orang dunia sebagai cahaya baru. Beberapa negara di Timteng yang sudah lelah berperang telah mulai terlihat lebih besemangat terhadap Rusia.

Pengamat melihat dengan Rusia melakukan serangan terhadap ISIS di Syria, sebuah fenomena baru sangat jelas terjadi diseluruh Timteng, tampaknya banyak negara yang disusulkan untuk coba memperkuat kerjasama mereka dengan Rusia, dan nampaknya panggilan/ajakan untuk bertindakan bersama Rusia mendapat respon positif dari berbagai negara di Timteng. Namun sikap ini terutama hanya berkisar di sekitar isu memerangi ISIS.

Pada 5 Oktober, ketika Wakil Presiden pertama Afganistan, Rashid Dostum mengunjungi Rusia, dia menekankan “Saya berharap Rusia dan Afganistan dapat mengembangkan kerjasama lebih lanjut untuk masalah ini.”

Pada 3 oktober, Menlu Mesir, Sameh Shoukry mengatakan, serangan udara Rusia terhadap ISIS di Syria akan menekan penyebaran terorisme, dan membantu mencabut akar terorisme. Bahkan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker juga mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 9 Oktober bahwa “Hubungan Euro-Rusia tidak harus dipandu oleh AS.”

Yang paling menyolok mata jelas Irak. Reuters melaporkan pada 6 Oktober bahwa ketua Federasi Dewan Rusia menyatakan, jika mereka menerima permintaan serupa dari Irak, Rusia akan mempertimbangkan “memperluas serangan udara terhadap pemberontak bersenjata Syria untuk Irak.”

Pada 7 Okotber, Kapala Keamanan Nasional dan Komite Pertahanan Parlemen Irak, Hakem al-Zameli mengatakan : “Dalam hal serangan udara Rusia berhasil di Syria. Irak mungkin akan meminta Rusia untuk melaksanakan serangan udara terhadap militer ISIS di Irak.” Dia bahkan mengharapkan Rusia akan memainkan “peran yang lebih penting daripada AS” dalam berjuang melawan ISIS.

Ketidak efektifan dan ketidak mampuan yang diungkapan oleh serangan negara-negara Barat pada ISIS yang menyebabkan perubahan sikap demikian.

Setelah pemerintah Irak lolos dari ancaman ISIS terakhir lalu, AS sudah tidak banyak komentar lagi, Irak sudah berulang kali minta dukungan lebih dari AS, termasuk senjata dan peralatan militer, dan bantuan dalam aspek lain, tapi tampaknya AS tidak mampu memenuhi tuntutan Irak.

Arab Saudi yang telah berusaha menggulingkan pemerintahan al-Assad, juga terlihat adanya perubahan halus dalam sikapnya. Menhan Arab Saudi bertemu dengan Vladimir Putin pada 11 Oktober dan mendiskusikan kemungkinan resolusi politik untuk masalah Syria.

Pada 26 Oktober, Putin melakukan hubungan tilpon dengan Raja Salman bin Abdulaziz al Saud dari Arab Suadi, mereka membahas situasi Syria dan Timteng. Selama pembicaraan teilpon ini, Raja Salman sangat memuji Rusia dalam memainkan peran positif dalam mendorong majunya proses perdamaian di Timteng.

Tampaknya kekecewaan Arab Saudi terhadap AS sudah lama. Sebuah laporan dari “Le Figaro” Prancis yang menunjukkan bahwa sejak pergolakan di Asia Barat dan Afrika Utara, hubungan AS dan Arab Saudi menjadi sangat rapuh. Ditambah lagi produksi minyak serpih (shale oil) dalam negeri AS telah meningkat pesat, dan AS sudah tidak lagi memerlukan terlalu banyak produsen minyak Timteng dari Arab Saudi.

Di Mesir setelah Hosni Mubarak lengser, yang menyebabkan pemerintah Arab Saudi tidak lagi terlalu percaya AS akan melindunginya. Seorang diplomat senior Arab Saudi memberi komentar, sikap Obama dalam krisis Syria telah menyebabkan rasa “kekecewaan” ini lebih kuat lagi, dan merasa Arab Saudi harus bergantung pada dirinya sendiri.

Di satu sisi ada “pemberontakan” di kamp kontraterorisme AS, dan sisi lain ada yang yang memperkuat kekuasaan yang mendukung pemerintah al-Assad, termasuk Rusia dan Iran yang bersikeras untuk itu.

Andrey Baklanov, Penasehat Wakil Ketua Federasi Dewan Rusia mengatakan : “Umumnya, hal yang paling penting bagi mitra Barat kami perlu untuk memahami bahwa kita tidak berrencana untuk mengganti (menggulingkan) pemerintahan al-Assad, Pemerintahannya akan terus ada.”

Pada 20 Oktober, Presiden Bashar al-Assad melakukan kunjungan singkat ke Rusia, “kunjungan al-Assad ini memperkuat posisi Rusia di Syria.”, RIA Novosti mengatakan dengan dukungan dari militer Syria, operasi militer Angkatan Udara Rusia (the Russian Aerospace Defense Forces) di Syria akan diperkuat di masa depan.

Kunjungan Bashar al-Assad ke Moskow merupakan kunjungan internasional pertama sejak meletusnya perang saudara di Syria pada 2011. Analis percaya bahwa kunjungan tak terduga ke Moskow ini menunjukkan percaya diri yang meningkat dari al-Assad atas situasi di Syria. Di saat sama juga untuk menampilkan keyakinan Moskow atas pemerintahan al-Assad.

Rusia telah melakukan satu langkah dalam masalah Syria, “Economic News’ Jerman, berkomentar: Jika membicarakan masalah Syria, sepertinya aliansi yang dibentuk AS menghadapi pembubaran.

Beberapa negara Timteng yang selama ini mengikuti AS telah mulai goyah termasuk Arab Saudi, yang tadinya termasuk negara yang beroposisi paling keras terhadap pemerintahan al-Assad.

Pada September 2014 lalu, seorang pangeran Saudi Arabia secara pribadi telah ikut menerbangkan jet tempur untuk mengebom target ISIS di Syria. Pada akhir September tahun ini, menlu Saudi Arabia, Adel al-Jubier dengan tegas menolak panggilan Rusia kepada masyarakat internasional untuk memerangi ISIS bersama pemerintah Syria.

Jadi, alasan yang mendalam apa dibalik perubahan Arab Saudi ini? Kecuali AS, siapa lagi yang mengharapkan Al-Assad mundur?

( Bersambung ...... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.

http://www.ibtimes.com/russia-plane-crash-update-metrojet-flight-9268-investigation-enters-final-stage-putin-2186183

http://news.detik.com/internasional/3073547/2-karyawan-bandara-mesir-diduga-kuat-memuat-bom-ke-pesawat-metrojet

https://www.nahimunkar.com/alawi-suriah-sebuah-sekte-syiah-rahasia-yang-berkuasa/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun