Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa Dibalik Slogan AS “Dunia Tanpa Senjata Nuklir” (3)

14 November 2015   19:55 Diperbarui: 14 November 2015   19:58 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun karena konflik antara McArthur dengan Truman terus meningkat dan intensif, pada akhirnya McAthur mundur dari tugasnya, dan momok nuklir di Asia Timur sementara menguap.

Tapi sikap ini yang menyebabkan banyak negara didorong untuk membuat resolusi “memiliki senjata nuklir untuk melindungi diri” setelah Perang Dingin usai.

Setelah AS, Uni Soviet dan Inggris berhasil melakukan uji coba nuklir tahun 1952, tergabunglah Inggris dalam daftar negara nuklir. Prancis bergabung pada tahun 1960, sedang Tiongkok bergabung pada tahun 1964. Dikarenakan samakin banyak negara yang coba untuk  ikut berlomba sebagai negara nuklir, maka tiba-tiba dunia terkesiap dan sadar akan bahaya baru dari senjata nuklir.

Pada bulan Oktober 1962, terjadi Krisis Rudal Kuba yang terjadi antara AS dan Rusia. Kedua negara sudah siap berperang, mereka masing-masing siap menekan tombol meluncurkan senjata nuklir. Tetapi pada akhirnya pada saat paling kritis, kedua bisa saling berunding, dan mengakhiri krisis dengan kompromi, krisis bisa diselesaikan.

Setelah peritiwa Krisis Rudal Kuba, menjadi awal refleksi pimpinan AS dan Uni Soviet akan “konskuensi nuklir”. Mereka menyadari bahwa konflik nuklir tidak akan menguntungkan salah satu dari mereka. Dalam perang nuklir, tidak akan ada pemenang, semua pihak tidak akan terhindar dari azab mereka.

Robert McNamara, Menhan AS tahun 1961-1968 mengakui, “Krisis Rudal Kuba membahayakan keberadaan bangsa kita (AS), Kami sudah berada pada ambang  perang nuklir. Baik Soviet atau kita, AS dimaksudkan untuk menempatkan bangsa kita pada resiko itu, Tapi untuk kesempatan lain, mungkin tidak akan begitu beruntung.”

Metode semacam inilah yang sebenarnya adalah pedang yang sangat panjang Damocles yang sedang jatuh ke bumi, Pedang ini akan memotong leher siapa pun yang melepaskan perang nuklir. Dan akan memotong tenggorokan siapa saja untuk menjadi korban perang nuklir. Penyerang dan yang melakukan serangan balik semua pihak akan berpikir kenyataan ini, semua pihak tidak akan bersedia menanggung akibatnya, sehingga semua orang secara bertahap mulai mau menerima perlucutan senjata nuklir.

Pada tahun 1969, Uni Soviet dan AS mulai melakukan negosiasi pertama untuk membatasi senjata strategis selama dua tahun enam bulan.  Perjanjian kedua dalam membatasi senjata strategis tercapai pada tahun 1979, dalam enam tahun tujuh bulan.   Perjanjian tahap pertama untuk membatasi stok senjata strategis yang mencakup sembilan tahun.

Pada 16 Juni 1962, kepala negara Rusia dan AS bertemu di Washington D.C., dimana mereka dengan cepat mencapai “Pembicaraan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis.”(Strategic Arms Reduction Talks Treaty.)

Pada 24 Mei 2002, Rusia dan AS menandatangani perjanjian yang mengatur sebelum akhir 2002, kedua negara akan mengurangi jumlah hulu ledak nuklir mereka hingga antara 1.700 sampai 2.200. Ini merupakan untuk pertama kalinya kedua negara menandatangni kesepakatan skala besar pengurangan senjata nuklir  dalam sepulah tahun setelah Perang dingin berakhir.

Sebagai kekuatan nuklir utama yang sangat penting di dunia mencapai konsensus, “denuklirisasi” secara bertahap menjadi tujuan dan harapan bersama dari semua negara di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun