Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa Dibalik Slogan AS “Dunia Tanpa Senjata Nuklir” (3)

14 November 2015   19:55 Diperbarui: 14 November 2015   19:58 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Usulan Denuklirisasi Pertama

Pada 12 April 1945, mantan Presiden AS Roosevelt tiba-tiba meninggal, dan wakilnya Presiden Truman menggantikan menjabat sebagai presiden. Pada malam yang sama, Sekretaris Angkatan Darat mengatakan kepada presiden yang baru, akan melaporkan ada sesuatu yang presiden belum pernah dengar sebelumnya—ada senjata baru yang bisa mengubah jalannya perang, yang akan lahir atau rampung dibuat dalam beberapa bulan lagi --- yang disebut Bom Atom.

Pada 16 Juli 1945, AS berhasil menguji bom atom pertama di dunia. Meskipun tadinya niat memanufaktur bom atom untuk diarahkan pada Fasis Jerman, namun saat itu perang di Eropa telah berakhir. Dan teater di Asia, Fasis Jepang masih melakukan upaya terakhir untuk bertahan. Maka sasaran AS untuk serangan nuklir ini akhirnya diarahkan ke Jepang.

Pada 16 Agustus 1945, Hiroshima--Jepang, diratakan oleh bom atom dengan kode “Little Boy” dengan sekejap semuanya menjadi abu sejauh mata memandang.

Kemudian hanya beselang tiga hari, mimpi buruk lain terjadi di Jepang yang tidak akan terlupakan bagi mereka. Angkatan Udara AS menjatuhkan bom atom kedua di Nagasaki, sekejap Nagasaki tertutup dengan bola api raksasa, kontan puluhan ribu manusia kehilangan nyawa.

Rasa sakit yang disebabkan senjata nuklir di Jepang selama P.D. II telah memaksa dunia untuk mengevaluasi ulang senjata terakhir ini.  Selama Perang Dingin yang panjang, pengembangan senjata nuklir dalam perlombaan senjata benar-benar seperti berlomba untuk membuka Kotak Pandora (Pandora Box = gentong dari mitologi Yunani yang berisi segala macam iblis).

Perlombaan Pengembangan Senjata Nuklir

Pada tahun 1949, Uni Soviet berhasil melakukan uji coba Bom Atom pertama mereka, yang mengakhir monopoli AS untuk sejata nuklir. AS terkejut dari mimpinya, dan mulai lagi mempercepat melakukan pengembangan dan pembuatan sejata nuklir. Maka mulailah terjadi perlombaan senjata nuklir antara AS dan Uni Soviet.

Pada tahun 1950, jumlah bom atom yang dimiliki AS mencapai 369, sementara Uni Soviet hanya memiliki 5. Pada 1952, AS melakukaqn uji coba termonuklir beberapa kali yang lebih kuat daripada bom-bom atom hidrogen untuk pertama kalinya

Sembilan bulan kemudian, bom hidrogen pertama Uni Soviet telah berhasil diuji coba. Pada tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit buatan manusia ke luar angkasa, dan rudal antar benua berhasil dibuat untuk menghantam target lebih dari 6.000 km.

Setelah itu terjadilah hiruk-pikuk, dan AS mempercepat pembuatan dan pengembangan senjata nuklir.

Pada bulan Juli 1964, jumlah senjata nuklir AS telah tumbuh sebesar 66% dari 3.012 di tahun 1961 menjadi 5.700. Di sisi lain dunia—Uni Soviet hulu ledak nuklirnya juga tidak mau kalah, pada awal 1960an, tumbuh dari 400 di tahun 1952 menjadi 2.450 pada tahun 1961, dan telah melakukan 112 uji coba nuklir antara tahun1961-1962.

Perlombaaan senjata nuklir AS dan Uni Soviet telah menyebar seperti api liar, dan sumbu perang nuklir semakin hari makin dekat untuk bisa menyala.

Tiongkok Nyaris di Bom Atom AS

Pada tahun 1950, pecah Perang Korea, dan militer AS mengalami berulang kali kekalahan dalam pertempuran. Pada 30 Nopember tahun itu juga, Presiden AS -- Truman mengadakan konferensi pers, dan ketika ditanya oleh seorang wartawan apakah kemungkinan Bom Atom akan digunakan, Truman tidak menyangkal dengan mengatakan : “Kami secara aktif sedang mempertimbangkan menggunakan Bom Atom.”

Berita ini menggempar seluruh dunia, bahwa AS mempertimbangkan untuk menggunakan bom atom , yang menyebabkan kekhawatiran dari semua negara akan pecahnya P.D. III. Ditekan oleh masyarakat internasional, Truma terpaksa mengumumkan secara resmi bahwa AS tidak akan menggunakannya.

Namun, momok nuklir menghantui Langit Asia Timur saat itu masih belum menguap. Douglas McArthur  selama Perang Korea secara aktif menganjurkan untuk menggunakan bom atom untuk memperluas perang.

Suatu ketika McArthur telah menyiapkan permintaan kepada pemerintah AS untuk mengunakan senjata nuklir untuk melawan Tiongkok, dan ia memerintahkan senjata duklir untuk disimpan di Jepang. McArthur adalah pendukung pertama yang menemukan bom kotor, tapi dihentikan oleh pemerintah AS.

Bom Kotor/Dirty Bomb adalah perangkat penyebaran radiologi (RDD/Radiological Dispersal Device), senjata radiologi spekulatif dengan bahan peledak konvensional. Tujuan untuk memcemari daerah dari ledakan konvensional dengan bahan radioaktif.

RDD dirancang untuk menyebarkan bahan radioaktif di area yang luas dengan bahan peledak konvensional, tapi gelombang ledakannya akan jauh lebih mematikan kepada manusia dibandingkan dengan bahaya  yang ditimbulkan oleh bahan radioaktif yang dapat dicampur dengan bahan peledak.

McArthur akan menggunakan bom kotor dengan digunakannya bahan fisi untuk mencemari daerah, sehingga tidak seorangpun yang bisa melewati daerah itu. Ini menjadi kasus pertama yang mereka pikirkan dari sudut pandang militer.

Namun karena konflik antara McArthur dengan Truman terus meningkat dan intensif, pada akhirnya McAthur mundur dari tugasnya, dan momok nuklir di Asia Timur sementara menguap.

Tapi sikap ini yang menyebabkan banyak negara didorong untuk membuat resolusi “memiliki senjata nuklir untuk melindungi diri” setelah Perang Dingin usai.

Setelah AS, Uni Soviet dan Inggris berhasil melakukan uji coba nuklir tahun 1952, tergabunglah Inggris dalam daftar negara nuklir. Prancis bergabung pada tahun 1960, sedang Tiongkok bergabung pada tahun 1964. Dikarenakan samakin banyak negara yang coba untuk  ikut berlomba sebagai negara nuklir, maka tiba-tiba dunia terkesiap dan sadar akan bahaya baru dari senjata nuklir.

Pada bulan Oktober 1962, terjadi Krisis Rudal Kuba yang terjadi antara AS dan Rusia. Kedua negara sudah siap berperang, mereka masing-masing siap menekan tombol meluncurkan senjata nuklir. Tetapi pada akhirnya pada saat paling kritis, kedua bisa saling berunding, dan mengakhiri krisis dengan kompromi, krisis bisa diselesaikan.

Setelah peritiwa Krisis Rudal Kuba, menjadi awal refleksi pimpinan AS dan Uni Soviet akan “konskuensi nuklir”. Mereka menyadari bahwa konflik nuklir tidak akan menguntungkan salah satu dari mereka. Dalam perang nuklir, tidak akan ada pemenang, semua pihak tidak akan terhindar dari azab mereka.

Robert McNamara, Menhan AS tahun 1961-1968 mengakui, “Krisis Rudal Kuba membahayakan keberadaan bangsa kita (AS), Kami sudah berada pada ambang  perang nuklir. Baik Soviet atau kita, AS dimaksudkan untuk menempatkan bangsa kita pada resiko itu, Tapi untuk kesempatan lain, mungkin tidak akan begitu beruntung.”

Metode semacam inilah yang sebenarnya adalah pedang yang sangat panjang Damocles yang sedang jatuh ke bumi, Pedang ini akan memotong leher siapa pun yang melepaskan perang nuklir. Dan akan memotong tenggorokan siapa saja untuk menjadi korban perang nuklir. Penyerang dan yang melakukan serangan balik semua pihak akan berpikir kenyataan ini, semua pihak tidak akan bersedia menanggung akibatnya, sehingga semua orang secara bertahap mulai mau menerima perlucutan senjata nuklir.

Pada tahun 1969, Uni Soviet dan AS mulai melakukan negosiasi pertama untuk membatasi senjata strategis selama dua tahun enam bulan.  Perjanjian kedua dalam membatasi senjata strategis tercapai pada tahun 1979, dalam enam tahun tujuh bulan.   Perjanjian tahap pertama untuk membatasi stok senjata strategis yang mencakup sembilan tahun.

Pada 16 Juni 1962, kepala negara Rusia dan AS bertemu di Washington D.C., dimana mereka dengan cepat mencapai “Pembicaraan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis.”(Strategic Arms Reduction Talks Treaty.)

Pada 24 Mei 2002, Rusia dan AS menandatangani perjanjian yang mengatur sebelum akhir 2002, kedua negara akan mengurangi jumlah hulu ledak nuklir mereka hingga antara 1.700 sampai 2.200. Ini merupakan untuk pertama kalinya kedua negara menandatangni kesepakatan skala besar pengurangan senjata nuklir  dalam sepulah tahun setelah Perang dingin berakhir.

Sebagai kekuatan nuklir utama yang sangat penting di dunia mencapai konsensus, “denuklirisasi” secara bertahap menjadi tujuan dan harapan bersama dari semua negara di seluruh dunia.

Selama 45 tahun ini, walaupun NPT-PBB telah mempertahankan prinsip-prinsip dan banyak negara rela bergabung, tapi tidak secara hukum menarik, secara obyektif tujuan untuk menjadi konsensus dasar bagi masyarakat internasional mengenai isu senjata nuklir.

Tujuan obyektifnya : untuk mencegah proliferasi senjata nuklir, mempromosikan pelucutan senjata nuklir, dan memacu kerjasama internasional untuk penggunaan damai energi nuklir. Tiga poin ini telah menjadi pilar untuk keamanan nuklir global, dan perlaksanaan perlucutan senjata nuklir yang menjadi komponen yang paling penting bagi mereka.

Perlucutan Senjata Nuklir

Perlucutan senjata nuklir merupakan tingkat tertinggi dari tiga gol untuk dunia bebas nuklir, saat ini menjadi fungsi tertinggi nilainya, dan menjadi yang paling berharga. Jika perlucutan senjata nuklir tercapai. Itu merupakan satu-satunya cara untuk mencegah perang nuklir, dan penggunaan senjta nuklir dapat dihindari.

Jika dunia tidak mampu mencapai perlucutan senjata nuklir, kita tidak akan bisa mencapai dua prinsip lain dengan baik. Misalnya jika Anda mempunyai niat untuk melakukan serangan nuklir, atau menggunakan untuk tujuan berguna yang lain, atau kegunaan untuk acara-acara lain, orang lain baru bisa percaya jika Anda dapat menggunakan energi nuklir secara damai, dan itu akan berarti kepercayaan untuk penggunaan damai energi nuklir akan secara radikal berkurang.

Semua orang percaya bahwa pengunaan damai energi nuklir mungkin menjadi pondasi, atau batu locatan untuk non-damai, karena menggunakan energi damai nuklir bisa dikembangkan dan dikembang biakan menjadi teknologi nuklir non-damai dari yang awalnya menggunakan energi damai nuklir. Maka peluncutan senjata nuklir merupakan katup.

Senjata nuklir telah mengakhiri setan Fasis untuk tumbuh lebih besar. Dengan sifatnya sebagai penghancur total, membuat manusia untuk menjadi posesif, tidak hanya dalam pikiran, tapi juga dalam persenjataan, itu telah dengan cepat disebarkan.

Tapi untungnya, di saat-saat terakhir sebelum semua rasionalitas hilang, kemanusiaan melepaskan “satu cincin” ini, dan dicetuskan kembali ideal umum “Dunia Tanpa Senjata Nuklir.”

Namun, untuk membuat yang ideal ini menjadi kenyataan, hanya bisa dimulai dari persenjataan. Maka denuklirisasi, dan perlucutan senjataan nuklir benar-benar seperti katup (kelep/valve),  katup ini harus sempurna tidak harus perlu diperbaiki dan boleh ada catat sejak untuk pertama kalinya muncul. Jika cacat, ini langsung akan menentukan betapa sulitnya perjalanan denuklirisasi di kemudian hari.

( Bersambung ......... )

 

Sumber ; Media TV dan Tulisan Luar Negeri

http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2921899/Doomsday-Clock-reads-11-57-Atomic-scientists-minute-hand-two-minutes-forward-say-closest-point-disaster-decades.html

http://www.psr.org/about/board-of-directors/ira-helfand.html?referrer=https://www.google.co.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun